Kempo masih tetap cabang andalan KONI Payakumbuh dalam merebut emas pada Porprov Sumatera Barat XIII/2014 di Dharmasraya. Cabang olahraga impor dari Korea ini, sukses memberikan kontribusi berupa 2 emas, 3 perak dan 4 perunggu terhadap kontingan Payakumbuh. Untuk mempertahankan prestasi emas itu, Persatuan Kempo Seluruh Indonesia (Perkemi) Payakumbuh, menyiapkan 15 kenshi untuk diterjunkan pada multi iven bergengsi tersebut.
Ketua Perkemi Payakumbuh Indra Syofran, bersama tiga pelatih kempo, Saidina Irawan, Trisna Rahmawati dan Abdul Khalik, menginformasikan di Kantor KONI Payakumbuh, Kamis (10/10), seluruh kenshi yang disiapkan punya peluang untuk merebut medali buat kontingen Kota Batiah. “Insya Allah, kita siap mempertahankan prestasi terbaik,” kata Indra yang diamini tiga pelatihnya.
Pada Porprov Sumatera Barat XII/2012, dua emas diraih Perkemi lewat atlet Suci Rahayu Fatahillah, yang turun pada nomor rundori kelas 43 Kg, kemudian Aditia Kurnia Fajdri, kelas randori 70 Kg. Tiga perak diraih lewat pasangan Suci Rahayu/Firman Suryadi pada nomor embu pasangan campuran kyu II, serta Yeti Yuliani kelas rundori 56 Kg dan Elif Ramadhan, rundori putrid 50 Kg.
Sedangkan, empat perunggu diukir Perkemi dari Fajri Ramonda kelas rundori putra 50 Kg dan Odie Saundana, rundori putra kleas 66 Kg. Kemudian dua nomor berpasangan lewat duet Suci Rahayu/Jamilah Pratiwi (embu putri kyu II), Firman Suryadi/M. Izan (embu putra kyu II) dan
Pengakuan ketiga pelatih yang selalu bersimbah keringat dengan kenshi-kenshinya, kemampuan atletnya akan lebih terasah, jika diimbangi dengan prasarana latihan memadai. Saat ini, katanya, berlatih di alam terbuka di kawasan GOR Kubu Gadang, bukan tak mampu meningkatkan prestasi. Tapi, loncatannya amat terbatas. “Kita ingin, dari sejumah kenshi yang ada mampu meraih medali di iven tingkat nasional. Tapi, bagaimana naik pentas nasional, jika prasarana dan latihan sangat terbatas sekali,” aku Trisna.
Sarannya, seyogianya Pemko Payakumbuh didorong KONI, membangun sebuah gedung beladiri yang representatif, sehingga seluruh cabang beladiri bisa berlatih secara terpadu. “Kami amat rindu dengan gedung olahraga milik cabang beladiri,” kata pelatih lainnya.