Limapuluh Kota – Kabut asap pekat akibat kebakaran hutan dan lahan yang menyelimuti sejumlah wilayah di Sumatra dan Kalimantan sudah masuk dalam tahap bahaya. Atas kondisi ini, Pemkab Limapuluh Kota akhirnya mengeluarkan status bencana tanggap darurat kabut asap.
“(Status) sejak 4 September. Rencana selama 14 hari tanggap darurat, untuk memastikan PM10 tidak menggangu kondisi kesehatan,” kata Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Limapuluh Kota, Rahmadinol, Ahad (6/9).
Ia menjelaskan, dasar penetapan status bencana tanggap darurat kabut asap dari data Stasiun Global Atmosphere Watch (GAW) Bukit Kototabang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Berdasarkan pantauan GAW pada 2 September, menunjukan kualitas udara di Kabupaten Limapuluh Kota masuk kategori tidak sehat. Sebab, data Stasiun GAW BMKG Kototabang menyebutkan tingkat konsentrasi aerosol atau partikel debu (PM10) mencapai 214 mikrogram per meter kubik.
Rahmadinol mengatakan, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat (Dinkes Sumbar) kemudian menguji kualitas udara di kabupaten tersebut. “Kepastian hasil lab Dinkes Sumbar Senin (7/9), karena pengukurannya dengan manual,” lanjutnya.
Saat ini, ujar dia, kabut asap di Kabupaten Limapuluh Kota masih tebal. Menurutnya, pada pagi hari jarak pandang di daerah tersebut hanya berkisar 30 meter. Sementara pada siang hari, jarak pandang mencapai 1 kilometer (km).
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Limapuluh Kota, Rahmadinol menuturkan, pihaknya telah membagikan 1.000 masker yang tersedia di BPBD Provinsi Sumbar kepada masyarakat. Dikatakannya, sebenarnya stok masker di provinsi terbatas. Stok masker, lanjutnya, masih berada di BNPB dan belum didistribusikan ke provinsi.
“Pendistribusian masker menunggu status darurat kabut asap (dari provinsi). Besok pagi kami akan sampaikan status tanggap darurat ke provinsi,” jelasnya.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPBD Sumatra Barat, Zulfiatno, sebelumnya mengatakan, pada Sabtu (5/9) siang kabut asap terlihat sudah mulai berkurang. Ini terlihat dari pantauan kualitas udara, yang sudah turun ke kategori sedang.
Zulfiatno menambahkan, berdasarkan prokiraan BMKG, ada potensi hujan di sejumlah daerah di Sumbar. Seperti, di Solok, Kabupaten Agam, Padang Pajang, dan Padang Pariaman. “Namun, kondisi ini bisa saja berubah-ubah setiap saat. Sebab, asap di Sumatra Barat kiriman dari Jambi dan Sumatera Selatan,” kata Zulfiatno.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, dalam kurun waktu 18 tahun terakhir, wilayah Sumatra dan Kalimantan selalu terbakar setiap tahunnya.
Kebakaran hutan dan lahan masif menyebabkan bencana asap. Wilayah langganan karhutla adalah Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng, dan Kalsel. Dampak yang di timbulkan luar biasa. Bahkan, kerugian dan kerusakan akibat karhutla lebih besar dibanding jenis bencana lainnya di Indonesia setiap tahunnya.
Sumber: republika