Oleh : Ryan Budi Setiawan, SP, M.Si (Dosen Fakultas Pertanian Unand)
Dikenal sebagai negara Megabiodiversiti Indonesia memiliki kekayaan flora yang sangat melimpah. Kondisi bentang alam yang didominasi oleh kawasan hutan hujan tropis baik di dataran rendah hingga pergunungan menjadi salah satu penyebab tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia. Salah satu flora endemik yang hanya terdapat di Indonesia adalah Bunga bangkai (Amorphophallus titanum Becc).
Tumbuhan ini tergolong kedalam famili talas-talasan (Araceae) yang diketahui terdapat sekitar 200 spesies yang tersebar di seluruh dunia. Amorphophallus titanum Becc. merupakan spesies dengan bunga paling besar, sehingga dikenal juga sebagai bunga bangkai raksasa dengan ukuran bunga mencapai lebih dari 2 meter dengan diameter lebih dari 1 meter.
Spesies ini hanya ditemukan di Sumatera dan ditemukan pertama kali oleh Ilmuwan asal Italia bernama Odoardo Becchari pada tahun 1878 di kawasan hutan Lembah Anai Provinsi Sumatera Barat. Data dari Redlist IUCN (International Union for Conservation of Nature) tahun 2022 melaporkan populasi bunga bangkai terus mengalami penurunan dengan status Endangered dan diprediksi populasinya tidak lebih dari 1000 pohon di Alam.
Berdasarkan peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018, dilaporkan juga bunga bangkai termasuk ke dalam flora yang dilindungi karena rentan terhadap kepunahan
Beberapa faktor yang menjadi penyebab penurunan populasi yaitu : Eksploitasi umbi untuk dijual sebagai bahan pangan atau dijadikan koleksi penghobi tanaman langka, Deforestasi akibat pembukaan lahan untuk perkebunan dan pemukiman, umbi dimakan oleh binatang, fase berbunga yang lama, rendahnya peluang pembentukan buah dan perburuan burung rangkok yang bertugas untuk menyebarkan benih di alam.
Mengingat penurunan populasi yang terus terjadi di alam maka perlu dilakukan upaya untuk konservasi baik secara insitu maupun eksitu.
Tim peneliti dari Fakultas Pertanian yang beranggotakan 8 orang bersama dengan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) telah bekerja sama untuk melakukan pendataan populasi bunga bangkai di Sumatera Barat, khususnya di Kabupaten Solok Selatan melalui kegiatan eksplorasi dan ekspedisi.
Dr. Yusniwati selalu ketua tim peneliti menyampaikan bahwa “,kegiatan ini sangat penting dilakukan untuk memetakan titik koordinat penemuan bunga bangkai di Sumatera Barat. Dengan kegiatan eksplorasi ini kami dapat mengetahui gambaran populasi bunga bangkai saat ini”.
Dari hasil penelitian eksplorasi dan ekspedisi yang telah dilakukan ditemukan sekitar 19 tumbuh bunga bangkai yang terdiri dari 18 spesies Amorphophallus titanum dan 1 spesies Amorphophallus gigas.
Dian selalu tim peneliti menyatakan bahwa “,Penemuan 19 titik ini merupakan hal menggembirakan karena sebagian besar bunga bangkai sudah berumur dewasa dan diperkirakan akan memasuki fase pembungaan dan pembentukan buah.
” Sejauh ini, penemuan populasi bunga bangkai di Solok Selatan merupakan yang paling banyak di Sumatera Barat”, Ujar Agil
Meskipun begitu dari beberapa laporan masyarakat yang tinggal di kawasan pinggiran hutan di Solok Selatan menyatakan bahwa dulu populasi bunga bangkai lebih banyak. Beberapa tahun belakangan sejak trend tanaman Porang menyebabkan masyarakat melakukan eksploitasi umbi bunga bangkai secara masif.
“,Kami menduga eksploitasi umbi ini dilakukan akibat kekurangan informasi tentang perbedaan antara Porang dan Bunga bangkai. Bahkan beberapa umbi yang diambil memiliki bobot lebih dari 100 kg yang diperkirakan telah berusia sekitar 15 tahun”, tambah Mellyyana.
Selain mendapatkan titik koordinati, tim peneliti juga mengambil sampel berupa daun, rachis dan petiole untuk dibawa ke laboratorium agar bisa diperbanyak.
“,Kami melakukan perbanyakan dengan metode setek dan kultur jaringan. Kedua metode ini diketahui memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi untuk memperbanyak bunga bangkai secara cepat dalam rangka konservasi”, ujar Nanda selaku anggota tim riset.
Bibit bunga bangkai yang telah berhasil diperbanyak akan ditanam lagi di beberapa kawasan konservasi seperti hutan lindung, hutan adat dan kebun raya.
Rahmi menyatakan bahwa “,Kedepan kegiatan eksplorasi ini diharapkan dapat dilanjutkan di beberapa daerah di Sumatera Barat agar dapat mendata keberadaan bunga bangkai secara lebih luas dan melakukan konservasi secara berkelanjutan”,