Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Pemahaman yang baik tentang penyakit ini sangat penting bagi pasien agar dapat mengelola kondisi mereka dengan lebih efektif. Studi kuantitatif yang dilakukan tim peneliti Fakultas Keperawatan Universitas Andalas kepada 216 pasien PJK mengungkapkan bahwa sebagian besar responden memiliki pemahaman tentang penyakit yang memadai (46,3%) dan buruk (34,3%). Hanya sebagian kecil responden yang memiliki pengetahuan yang baik (12,0%) dan sangat baik (1,4%) tentang penyakit mereka.
Pengetahuan responden diukur menggunakan Coronary Artery Disease Education Questionnaire (CADEQ) dan secara lebih detail responden memiliki pemahaman yang memadai tentang PJKmereka. Ini berarti mereka memiliki pengetahuan dasar yang cukup untuk memahami kondisi mereka, tetapi mungkin masih memerlukan informasi tambahan untuk mengelola penyakit mereka secara optimal. Namun responden menunjukkan pemahaman yang buruk tentang penyakit mereka, mungkin kurang mengerti tentang penyebab, gejala, pengobatan, dan langkah-langkah pencegahan yang berkaitan dengan penyakit arteri koroner. Kondisi ini bisa menyebabkan pengelolaan penyakit yang kurang efektif dan peningkatan risiko komplikasi.
Responden yang memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit mereka, memiliki pemahaman yang lebih komprehensif tentang kondisi mereka dan mungkin lebih mampu mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengelola penyakit mereka dengan baik. Dan responden yang menunjukkan pengetahuan yang sangat baik tentang PJK mereka. Responden ini memiliki pemahaman yang mendalam tentang berbagai aspek penyakit dan kemungkinan besar dapat mengelola kondisi mereka dengan sangat efektif.
Beberapa implikasi klinis dari temuan ini antara lain:
a) Kebutuhan akan edukasi kesehatan yang lebih baik: temuan ini menunjukkan adanya kebutuhan yang mendesak untuk meningkatkan edukasi kesehatan di kalangan pasien PJK. Program pendidikan yang lebih intensif dan terarah diperlukan untuk meningkatkan pemahaman pasien tentang penyakit mereka.
b) Fokus pada pasien dengan pemahaman yang rendah: upaya khusus perlu dilakukan untuk menjangkau pasien yang menunjukkan pemahaman yang buruk tentang penyakit mereka. Intervensi yang lebih personal dan mendalam mungkin diperlukan untuk kelompok ini untuk memastikan mereka mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.
c) Pengembangan materi edukasi yang efektif: materi edukasi harus dirancang untuk mudah dipahami dan relevan dengan kebutuhan pasien. Ini termasuk penggunaan bahasa yang sederhana, visualisasi, dan metode pengajaran interaktif.
d) Dukungan dari tenaga kesehatan: tenaga kesehatan harus dilibatkan secara aktif dalam memberikan edukasi kepada pasien. Mereka harus dilatih untuk menyampaikan informasi dengan cara yang jelas dan mudah dipahami, serta memberikan dukungan berkelanjutan kepada pasien.
e) Evaluasi berkelanjutan: evaluasi berkelanjutan terhadap efektivitas program pendidikan kesehatan diperlukan untuk memastikan bahwa tujuan peningkatan pemahaman penyakit tercapai. Feedback dari pasien juga penting untuk meningkatkan kualitas program pendidikan.
Penelitian ini menyoroti pentingnya meningkatkan pemahaman tentang PJK di kalangan pasien. Dengan fokus pada edukasi yang lebih baik dan dukungan yang lebih efektif dari tenaga kesehatan, diharapkan pasien dapat mengelola kondisi mereka dengan lebih baik dan mengurangi risiko komplikasi.
Oleh: Ns.Mulyanti Roberto Muliantino, M.Kep
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas