Oleh: Salkamal Tan
Setelah kejadian musibah di Mina tepat nya di jalan menuju areal pelontaran jumrah lantai pertama yang mengakibatkan syahidnya lebih dari 700 jiwa. Saya sudah tahu tidak lama kaum syiah, simpatisan syiah, yang disupport oleh JIL akan memanfaatkan moment ini untuk menyerang Arab Saudi.
Lewat berbagai corong media fitnah mereka dan media sosial akan terus menyuarakan hingga umat Islam di Indonesia pun akan berubah pikiran. Salah duanya adalah media arrahmahnews.com dan metrotv.
Masih ingatkah dengan pembredelan beberapa media Islam yang getol menyebarkan bahaya syiah oleh pemerintah? Salah satunya Web arrahmah.com menjadi korban. Tak lama kemudian muncul Web penuh tipu daya menggunakan nama yang hampir sama arrahmahnews.com
Kini saatnya syiah dan pendukung nya terus menyebar fitnah dengan berbagai cara.
Salah satunya lewat musibah Mina yang terjadi 24 September 2015. Mereka akan menyalahkan kerajaan Arab Saudi sebagai penyebab satu satunya musibah tersebut.
Tapi benarkah demikian?
Akhirnya saya coba menjalani apa yang dilakukan para jamaah dengan melontar jumrah pada waktu yang afdhol di pagi hari.
Perjalanan dari maktab ke lokasi jamarat hingga kembali ke maktab dengan jarak tempuh sekitar 10 km pulang pergi dapat ditempuh dalam waktu 2 jam.
Bayangkan jutaan umat manusia berjalan bersama untuk melontar jumrah. Kami semua berjalan sesuai jalur dan waktu yang ditentukan oleh penyelenggara haji.
Alhamdulillah tidak ada halangan berarti. Fasilitas melontar jumrah telah dibangun hingga 4 lantai agar dapat menampung jutaan jamaah, dibuatkan pembagian jalur di tiap negara itu lah kenapa dalam musibah Mina yang terbanyak menjadi korban dari benua Afrika, karena memang lokasi kejadian adalah jalur khusus jamaah asal Afrika. Jika ada jamaah Indonesia yang menjadi korban diduga karena tersesat dan terjebak di lokasi kejadian atau memang jamaah menganggap melontar jamaah harus melontar di lantai satu (ada sebagian jamaah Indonesia memiliki pandangan demikian).
Jalur menuju jamarat Indonesia bersama negara negara Asia Tenggara, Asia Timur, pecahan Uni Soviet dan beberapa India, Pakistan atau Bangladesh. Bersama jamaah asal negara tersebut membuat perjalanan menuju jamarat menjadi menyenangkan karena terasa seperti jalan santai. Akan berbeda halnya bila bersama dengan jamaah asal Afrika, sudah menjadi rahasia umum seluruh jamaah haji di dunia tahu bahwa karakter jamaah asal Afrika suka terburu buru, tidak suka antri, kurang sabar dan kadang tidak peduli orang lain sehingga beberapa sering menyakiti orang lain.
Sepanjang perjalanan bangunan terowongan Mina sangat membantu mempercepat perjalanan, tidak seperti tulisan salah satu pendukung syiah yang menganggap bangunan tersebut seperti penjara beton, bahkan berhala. Nyaman karena petugas berjaga di sepanjang perjalanan, siap memercikkan air di wajah jamaah yang kepanasan, mengarahkan jamaah agar tidak salah jalur, disediakan jalur eskalator membantu sedikit jamaah yang kelelahan, bahkan ada polisi yang membantu seorang anak kecil untuk melontar jumrah.
Beberapa kejadian yang berpotensi menimbulkan musibah segera diantisipasi petugas, seperti:
1. Jamaah berjalanan berlawanan arah, pasti akan dilarang petugas dan berjalan mengikuti jalur yang ada.
2. Jamaah yang berjalan terburu buru sehingga tidak peduli menabrak orang sekitarnya hingga jatuh. Paling banyak kejadian seperti ini bila berjalan beriringan dengan jamaah asal Afrika. Alhamdulillah jalur Indonesia berbeda dengan mereka.
3. Jamaah, beberapa jamaah, atau rombongan jamaah tiba2 berhenti di tengah jalur sehingga mengganggu perlintasan jamaah lain. Saya saja saat ingin memperbaiki sandal diminta bergeser ke tepi agar tidak mengganggu jamaah lain. Bahkan petugas tidak segan memaksa jamaah untuk segera bergerak agar tidak memicu kebuntuan.
4. Melontar jamrah sembarang tanpa memperhatikan jamaah di sekitarnya karena terkadang saat tidak tepat sasaran akan mengenai atau melukai jamaah lain.
5. Jamaah tidak mempersiapkan diri dengan baik seperti fisik, bawa air minum, pelindung diri padahal sudah disediakan semua.
Jadi dari beberapa hal dapat ditarik beberapa kemungkinan penyebab salah satunya kemungkinan ada satu rombongan berhenti, macet, ditambah karakter jamaah asal Afrika yang tidak sabar dan grasak grusuk terjadilah musibah massal.
Lalu media fitnah satuislam.org menyebut karena salah satu anggota kerajaan dan pasukan ingin masuk ke dalam jalur pelontaran sehingga menyebab kepanikan jamaah. Itulah fitnah yang disebarkan.
Rasanya tidak masuk logika bila tidak ada jalur khusus keluarga kerajaan yang membuat mereka lebih mudah mencapai lokasi pelontaran. Silahkan tanyakan kepada tamu kerajaan Arab Saudi yang berhaji Apakah sama jalur pelontaran yang dilalui dengan jamaah biasa? Pastinya beda, ada jalur khusus untuk itu.
Lantas bagaimana dengan penanganan korban yang dituduhkan tidak manusiawi?
Issue ini dihembuskan hanya oleh orang orang yang tidak paham evakuasi massal dalam kejadian musibah massal. Prosedur dalam penanganan korban adalah menyelamatkan terlebih dahulu korban yang kondisi nya masih bisa diselamatkan dengan baik dan harapan keselamatan besar.
Saya yakin Kerajaan Arab Saudi sudah berupaya menciptakan sistem kerja dan penanganan musibah dan akan bertanggung jawab atas setiap musibah.
Lantas, masihkah kita menuding Kerajaan Arab Saudi sebagai satu satunya penyebab kejadian musibah tersebut?
Jika ya, berarti mungkin Anda memang syiah, pendukung syiah, orang yang hanya ikut emosional, atau yang memang tidak tahu apa apa atau malas tahu sehingga enggan untuk konfirmasi.