Limapuluh Kota,Beritasumbar.com-Lembah Harau,sebuah kawasan di Limapuluh Kota yang berada di antara du dinding tebik bebatuan karang nan curam. Lembah Harau merupakan Grand canonnya Indonesia di Sumatera. Udara yang sejuk dan nyaman serta hamparan hutan lindung dengan air terjun yang menghiasi dinding bukit.Tanggal 13 dan 14 September mendatang di lokasi ini akan di gelar Pasa harau Art and Culture Festival. Rugi bagi pembaca yang sudah menyediakan waktu utnuk liburan di hari itu tidak datang ke acara Pasa Harau Festival.
LIMA ALASAN MENGAPA ANDA HARUS KE PASA HARAU: ART AND CULTURE FESTIVAL?
1. SURGA TERSEMBUNYI
Di sana, di Kab. Limapuluh Koto, tersembunyi hamparan Lembah Granit berumur 30-40 juta tahun, seperti ratusan atap-atap rumah Minang di permadani alam. Keindahannya sudah dikenal sejak tahun 1926 (monumen bertandatangan Asisten Residen Belanda-F. Rinner, dan dua pejabat Indonesia-Tuanku Laras Datuk Kuning nan Hitam dan Datuk Kodoh nan Hitam). Tunggu, Anda juga masih mendapat bonus puluhan air terjun, cagar alam, dan suaka margasatwa seluas 270,5 Hektar.
Jika memilih melalui jalur Kota Padang, Anda akan ditemani jalur Kereta Api Kolonial yg mengular hingga pusat pendidikan Kayu Tanam dan Padang Panjang. Silahkan melempar ingatan pada para pendiri bangsa, sastra Minang, dan kebesaran arsitektural Kota Bukit Tinggi.
Jika memilih melalui jalur Kota Pekanbaru, siapkanlah mata (kamera) dan perut. Kelok Sembilan akan memanjakan mata, sekaligus menantang ketahanan perut. Sekarang atau menyesal seumur hidup!
2. MAKANAN DAN MINUMAN
Apa yang kau pikir dari campuran daging sapi terpilih, santan, bawang merah, bawang putih, daun kunyit, lengkuas, jahe, biji pala, daun sereh, daun jeruk, dan cita rasa Minang? Betul! Rendang! Ini bukan sembarang rendang, namun Rendang Hitam dari pusatnya di Desa Lubuak Batingkok!
Setiap Lebaran Haji, kemeriahan dan pesta kelezatan menjadi tradisi masyarakat Minang. Segala rempah dan kegembiraan bercampur dalam hidangan makanan. Rancak bana! Pasa Harau Art and Culture Festival sengaja dihelat di tengah kerihuan Lebaran haji, di tengah tradisi memanjakan lidah. Anda tidak hanya akan merasakan masakan yg tersaji di Rumah-rumah Makan Padang yang tersebar di Indonesia dan Dunia, namun juga kenikmatan yang selama ini hanya bisa dimiliki masyarakat asli.
Lagi-lagi, Pasa Harau Art and Culture Festiva memberi keistimewaan, menyajikan Kopi Kawa, kopi yang hanya dinikmati para buruh perkebunan kopi di masa lalu. Dengan daun kopi lokal pilihan yang disangrai selama 12 jam. Kemudian dicampur air dingin, lalu diseduh air mendidih, seperti menyeduh teh. Anda akan mengenang kembali sejarah bertahan hidup, cita-rasa sekitar, dan kepedulian.
3. MUSIK DAN PERTUNJUKAN
Pasa Harau Art and Culture memilih Talempong, Randai, Debus, dan Sijobang untuk tetamu yang hadir. Talempong merupakan ansambel musik tradisi yang terdiri dari talempong pacik, gendang, dan sikatuntuang. Sikatuntuang sebentuk kayu seperti lesung sang kemudian dihentak oleh dua kayu bulat (alu). Hentakan alu pada lesung tersebut kemudian menghasilkan bunyi-bunyi perkusif yang pada akhirnya diiringi oleh talempong dan gendang. Dahulu, Talempong dimainkan ketika panen padi di sawah.
Randai merupakan gabungan drama, tari, dan musik. Kesenian ini dimainkan secara berkelompok dengan membentuk legaran atau lingkaran, kemudian melangkahkan kaki secara pelahan sambil menyampaikan cerita (dialog) secara bergantian. Kesenian ini sangatlah populer di masyarakat Minangkabau, hampir setiap daerah di Minangkabau mempunyai kelompok Randai.
Sijobang merupakan kesenian musikal yang berkembang di Kabupaten 50 Koto dan Kota Payakumbuh. Sebuah kesenian yang mendendangkan cerita kaba Anggun Nan Tungga. Sijobang ini diiringi oleh instrumen musik Kecapi, orang menyebutnya dengan kecapi Pikumbuah. Selain itu, Basijobang juga dikenal dengan nama Sijontiak atau Basijontiak. Perbedaannya hanya pada instrumen yang digunakan, Basijontiak hanya menggunakan instrumen kotak korek api yang dijentik-jentikkan ke lantai.
Debus! Bagaimana mungkin senjata tajam mengkilat sejenis parang, tombak, silet, kaca, dan lain sebagainya tidak bisa melukai kulit meski satu gores pun? Itulah adegan-adegan yang bisa kita saksikan dalam kesenian Debus. Setiap daerah di Minangkabau biasanya punya kesenian ini, salah satunya Dabuih Tuah Sakato yang sekarang dipimpin oleh Pak Reman yang beralamat di Jorong Koto Baru, Situjuah Banda Dalam, Kec. Situjuah Limo Nagari, Kab. 50 Kota. Debus biasanya dimainkan oleh 10 orang atau lebih, debus ini dimainkan dalam beberapa bagian, bagian pertama dibuka dengan silat asli Minangkabau, kemudian Dzikir Rebana/Dikia Rabano , kemudian baru Debus yaitu adegan mengiris-ngiris kulit dengan benda-benda tajam, menginjak-nginjak kaca tajam, tetapi ketajaman benda-benda mengkilat tersebut tidak mempan ditubuh para pemain debus tersebut.
Kesenian kekinian, yang lebih berkembang belakangan, juga kami hadirkan melalui mini konser dengan dukungan para seniman Minang, STSI Padang Panjang, dan inisiatif sekitar.
4. PERMAINAN
Pernah menyaksikan Pacu Anjing? Sebuah perlombaan yang dilakukan untuk menguji seberapa kencangnya kekuatan anjing mengejar hewan buruan seperti babi hutan. Diujung garis finish diletakkan seekor babi di dalam kerangkeng sebagai pemancing untuk anjing-anjing peserta lomba untuk berpacu. Tentu suasana akan hingar bingar. Bagaimana anjing-anjing tersebut saling mendahului, saling menyalak satu sama lain, tentu saja anjing tercepatlah yang akan memenangkan pertandingan tersebut. Selain sebagai salah satu hiburan bagi masyarakat, pacu anjing juga sebagai ajang silaturrahmi untuk masyarakat yang mempunyai hobi berburu babi. Pacu anjing tersebut tentu berbeda dengan pacu anjing yang dilaksanakan diberbagai negara seperti Australia misalnya, yaitu dengan menggunakan hewan hidup tanpa kerangkeng, sehingga dalam pacuan tersebut akan diperlihatkan bagaimana anjing-anjing buruan tersebut mencabik-cabik mangsa yang dijadikan umpan tersebut. Sedangkan di Sumatera Barat, umumnya hewan yang dijadikan pemancing dimasukkan kedalam kerangkeng dan berfungsi sebagai pemancing saja.
Anda juga berkesempatan menyaksikan lenggak-lenggok layang-layang beragam corak warna. Layangan ini seolah menjadi penanda bagi msayarakat lainnya tentang keadaan suatu daerah, semakin banyak layang-layang yang menghiasi langit pasca panen maka itu akan menandakan kemakmuran daerah tersebut. Menjelang musim panen tiba, membuat layang-layang menjadi kesibukan yang lain bagi kaum laki-laki.
Atau panjat kelapa dengan ketinggian pohon mencapai 30 Meter? Tentu sangat menarik menyaksikan orang memanjat pohon kelapa tersebut, dan kita ikut merasakan sensasi kengerian adrenalinnya. Tentunya bagi mereka yang sudah terlatih, memanjat tidak memerlukan waktu lama. Sedangkan bagi kita yang tidak biasa, sudah dapat dipastikan akan membuat keluar keringat di telapak kaki hanya dengan melihat orang memanjat saja.
Atau melihat keceriaan anak-anak Mancakau Baluik (menangkap belut) dan bermain Badia Batuang (bedil bambu)? Anda bisa menjadi bagiannya jika punya nyali!
5. BERSAMA MASYARAKAT MINANG
Anda bisa saja setiap hari mampir ke Rumah Makan Padang; Anda bisa saja bertamasya ke ujung-ujung Sumatra Barat setuap hari. Tapi Pasa Harau Art and Culture Festival memberi kesempatan kepada Anda menjadi bagain Masyarakat Lembah Harau. Anda akan menginap di rumah-rumah penduduk, mengenal keseharian, mendapatkan senyum ramah langsung dari empunya rumah.
Satu lagi, bagi para jomblo, siapkan hati: Anda akan bertemu paras cantik dan ganteng Minang! Bawa jaket anti peluru! Biar gak mati kalau ditembak! Eaaa…!