Setelah hilang beberapa hari, sejak subuh kemarin (7/3), kabut asap kembali menyelimuti sebagian daerah Solok Selatan (Solsel). Akibatnya, jarak pandang masyarakat pengguna kendaraan di jalan raya terganggu. Selain itu, udara yang biasanya panas, kini berubah semakin dingin.
“Kabut asap sangat tebal, sehingga jarak pandang semakin dekat, terutama dekat perbatasan Kerinci-Solsel. Bila kondisi ini terus dibiarkan, bisa berpotensi kecelakaan dan kesehatan warga terganggu,” ujar Sandarwan, salah seorang sopir travel Kerinci-Padang kepada Padang Ekspres, saat menaiki penumpangnya di Padangaro, Jumat (7/3).
Khairul, 28, sopir travel lainnya menyebutkan, sejak sepekan terakhir kabut asap mulai berkurang.
Para sopir travel kewalahan dengan kondisi kabut asap yang kembali menebal itu. “Sangat mempengaruhi jarak pandang saat menyetir mobil, sehingga kendaraan tak bisa melaju lebih cepat,” katanya.
Menyikapi itu, Kepala Kantor Lingkungan Hidup Solsel Hapison menjelaskan, pihaknya telah mengukur kondisi udara tiga hari lalu, namun masih dalam batas normal. Hasil pengukuran udara tersebut, karbondioksida (O2) ditemukan 2,08 persen, karbondioksida (CO2) sebesar 0,2 persen atau 100 ppm. “Kondisi udara dua pekan lalu dalam batas normal, tapi perubahan udara dan kabut asap saat ini belum kita lakukan pengukuran. Sesuai ketentuan, batas maksimal kelembaban udara 1.500 atau 50 persen. Namun, sulfur belum bisa terukur oleh alat pengukur tim kami,” jelas Hapison.
Kepala Dinas Kesehatan Solsel, Novirman menyebutkan, pihaknya telah membagikan ratusan masker kepada masyarakat, sebagai antisipasi meningkatnya penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Tiap persimpangan jalan, petugas dikerahkan membagikannya. “Sejauh ini penderita ISPA belum bertambah, namun perlu pencegahan atau antisipasi,”sebutnya.
Kepala BPBD Solsel Hamudis menyebutkan, tebalnya kabut asap di Solsel, murni pengaruh dari kebakaran hutan dan lahan di Riau dan Jambi baru-baru ini.