BeritaSumbar.com,-Ayat-ayat Al-Quran dan sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam banyak sekali yang menerangkan bagaimana pentingnya menjaga kesehatan dalam Islam, baik secara tegas (eksplisit) ataupun implisit. Berbagai upaya yang terkait dengan kesehatan dalam Islam termasuk menjaga makanan (QS Al-Baqarah [2]:168 dan 172) dan kebersihan (QS Al-Maidah [5]:6). Khusnya kebersihan fisik atau raga merupakan salah satu syarat dalam melaksanakan setiap ibadah. Sebagaimana hadits dari Abu malik Al-Asy’ari, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda “Ath-thahuru syahthrul iman” (Bersuci datau menjaga kebersihan itu adalah bahagian dari iman, HR Muslim).
Salah satu contoh nyata yang dapat dijadikan pelajaran dan diambil hikmahnya adalah adanya syari’at kewajiban wudhu’ dalam setiap mengerjakan shalat. Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa tidak sah shalat seseorang bila ia tidak suci sampai ia mensucikan dirinya dengan berwudhu’ (Muttafaqun ‘alaihi). Wudhu’ yang sempurna bukanlah sekedar membasahkan wajah, tangan, kepala, dan kaki, namun, wudhu’ adalah proses membersihkan anggota tubuh dari hadas kecil dan kotoran (najis) sehingga tubuh menjadi bersih secara zahir dan suci secara bathin.
Jika dilihat dengan lebih seksama tatacara bersuci dan berwudhu’ serta anggota badan yang harus dibersihkan, maka akan dapat dilihat bagaimana ia dapat berperan dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan. Jika dilihat semua dalil-dalil Al-Qur’an (terutama QS Al-Maidah [5]:6) dan hadits-hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, baik yang disepakati oleh ulama sebagai rukun wajib ataupun sunat, mulai dari membersihkan jari-jemari, gigi dan mulut, membersihkan hidung, wajah, tangan, rambut, telinga hingga membersihkan kaki.
Membersihkan Jari-Jemari Tangan
Mencuci telapak tangan dan jari-jemari sangatlah diperhatikan dalam Islam. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda bahwa mencuci tangan harus dilakukan sebelum melakukan ibadah dan kegiatan apapun, terutama saat bangun tidur karena seseorang tidaklah tahu ketika dalam tidurnya tangannya ‘ada dimana’ (hadits muttafaqun ‘alaihi). Lebih spesifik lagi mencuci tangan merupakan bagian dalam syari’at wudhu’dengan menyempurnakannya dengan cara mencuci sela-sela jari. Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dari Laqith Ibnu Shabirah dan juga dari Abdullah Ibnu Zaid radhiyallahu anhuma: “Sempurnakanlah dalam berwudlu usaplah sela-sela jari dan beristinsyaqlah (isaplah air ke dalam hidung dalam-dalam) kecuali jika engkau sedang berpuasa“ (hadits muttafaqun ‘alaihi juga HR An-Nasai, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan lainnya).
Cara mencuci tangan yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana hadits tersebut dapat dijelaskan keutamaan dan hikmahnya dengan Ilmu Kedokteran dan Kesehatan pada saat ini. Beliau mengajarkan bahwa mencuci tangan bukanlah sekedar membasahi tangan, namun menggosoknya hingga ke sela-sela jari-jemari. Cara cuci tangan dalam Ilmu Kedokteran saat ini, sebagaimana yang dikembangkan oleh organisasi kesehatan dunia (World Health Organization: WHO) dan Kementerian Kesehatan terutama yang diterapkan bagi petugas kesehatan yang berkontak dengan pasien sangat sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam empat belas abad silam.
Dalam Ilmu Kedokteran tata cara cuci tangan ini mencakup lima, enam, atau tujuh langkah yang sempurna. Langkah-langkah tersebut meliputi mengusap dan mencuci kedua telapak tangan, mencuci sela-sela jari, ujung-ujung kuku dan pergelangan tangan. Cuci tangan yang benar, baik enam atau tujuh langkah, ataupun lima langkah mempunyai fokus yang sama yakni mebersihkan semua ujung-ujung jari dan kuku, sela-sela jari, hingga pergelangan tangan. Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa mencuci tangan yang baik dan benar dapat mencegah dari berbagai penyakit, seperti menurunkan kejadian diare hingga 50% dan infeksi cacing. Cuci tangan juga berperan dalam pencegahan penyakit lain yang tidak langsung berkaitan dengan makanan seperti infeksi mata, penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan dan pneumonia. Melihat hikmahnya ini, kembalilah kita bisa melihat apa yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam terbukti mempunya manfaat besar tidak hanya dalam hal ruhiyah ibadah tapi juga bagi kesehatan jasmaniah.
Membersihkan Gigi dan Mulut
Diantara yang disunnahkan untuk menyempurnakan wudhu’ adalah membersihkan mulut, mulai dari berkumur-kumur dan membersihkan gigi (bersiwak). Betapa penting dan tingginya perhatian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam terhadap kebersihan mulut dan gigi, beliau pernah bersabda “Seandainya tidak memberatkan atas umatku niscaya aku perintahkan mereka bersiwak (menggosok gigi) pada setiap kali wudhu’ (Hadits muttafaqun ‘alaihi juga HR At-Tirmidzi dan Imam Malik dalam Al-Muwatha’). Secara maknawiyah yang lebih luas tentunya ‘bersiwak’ dapat difahami bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menekankan agar setiap mukmin membersihkan mulut dan gigi sebelum shalat. Hadits ini jelas menunjukkan sangat pentingnya kebersihan gigi dan mulut dalam Islam, yang disyari’atkan semenjak sebelum melaksanakan ibadah ketika bangun dari tidurnya.
Membersihkan gigi terbukti memberikan manfaat besar dalam masalah kesehatan. Gigi dan mulut yang bersih dan sehat akan berdampak pada kesehatan sistim organ lainnya. Kita menyadari bahwa mulut dan gigi adalah gerbang dari jalur makanan sebelum masuk kedalam tubuh. Mulut dan gigi merupakan tempat pemrosesan awal makanan sebelum dicerna lebih lanjut, diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh. Jika gerbang ini sakit dan rusak, maka hampir dapat dipastikan masalah itu akan terbawa dan berdampak pada organ dan sistim organ selanjutnya.
Gigi dan mulut yang tidak dibersihkan akan terjadi penumpukan plak sisa-sisa makanan. Plak yang menumpuk menimbulkan suasana asam yang dibantu oleh bakteri dalam rongga mulut. Susana asam pada plak dipermukaan gigi inilah nanti yang berperan dalam terjadinya kerusakan gigi (karies), serta menimbulkan bau mulut dan nafas yang tidak sedap. Bila gigi dan mulut tetap tidak bersih, karies gigi dapat berlanjut pada kerusakan jaringan sekitarnya (periapical dan peridontal) yang disertai infeksi. Infeksi periapical dan periodontal, terutama pada bagian atas juga dapat menjadi risiko terjadinya infeksi rongga-rongga tulang sekitar hidung (sinus paranasalis).
Bahkan berbagai penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara karies gigi atau periodontitis kronik dengan terjadinya aterosklerosis (kekakuan pembuluh darah) sistemik. Hal ini berarti, gigi yang tidak sehat beresiko terhadap terjadinya hipertensi dan penyakit jantung iskemik.
Penjelasan singkat ini membuktikan bahwa kebersihan gigi dan mulut yang merupakan bahagian dalam ragkaian sunnah wudhu’ memberikan manfaat yang besar dalam pencegahan penyakit.
*dr. Hardisman, MHID, PhD: Dosen Fakultas Kedokteran Unand, Ketua Program Pascasarjana Kesmas & Manajemen RS, email: hardisman@fk.unand.ac.id.