Profesor Dr. Meutia Hatta Swasono, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Bidang Pendidikan dan Kebudayaan, berkunjung ke Payakumbuh, Kamis (19/9). Dalam kunjungan ini, Meutia Hatta didampingi empat staf Wantimpres lainnya, masing-masing Syenni Gemilang, Sandra D, Ruddy Agusyanto, MA dan Reza Husain.
Di Payakumbuh rombongan diterima di ruang kerja Walikota Riza Falepi, di Balaikota di Bukik Sibaluik Payakumbuh, oleh Sekdako Ir. H. Benni Warlis, MM. Dalam acara ini hadir Kadisdik H. Hasan Basri, Sy, S,Pd, Ketua TP-PKK Ny. Dr. Henny Riza Falepi, Ketua Dewan Pendidikan Sevindra Juta, Ketua PGRI Drs. Syahnadel Khairi, pimpinan SKPD terkait, serta perwakilan guru SD/SMP/SMA/SMK dan unsur pemuda pelopor Payakumbuh dibidang pertanian.
Kunjungan rombongan Wantimpres di Payakumbuh, cukup banyak memberikan nilai positif bagi Payakumbuh ke depan, terutama dalam peningkatan mutu pendidikan dan kebudayaan di kota ini. Rombongan menampung seluruh aspirasi yang disampaikan daerah, dalam pelaksanaan desain pendidikan nasional. Kendala yang ditemukan daerah, akan menjadi pertimbangan untuk disampaikan kepada Presiden SBY, guna dicarikan solusinya, jelas ketua rombongan Meutia Hatta Swasono dalam pertemuan itu.
Menurut Meutia Hatta Swasono, di antara kendala yang dialami Indonesia, kurangnya anak negeri ini yang tidak melanjutkan keahlian orang tuanya. Meutia mencontohkan, anak seorang petani yang enggan melanjutkan profesi orangtuanya menjadi petani modern dengan mengikuti kuliah dibidang pertanian. Harusnya, di antara sejumlah anak, ada yang melanjutkan karir orang tua, sehingga tanah garapan pertanian orang tuanya tetap dipertahankan dengan hasil produksi yang lebih meningkat.
Program keahlian berkelanjutan ini, sebut Meutia, harus didorong pemko. Dinas Pendidikan Payakumbuh seyogianya jeli mencari muatan lokal, yang mampu mendorong anak didik cinta pertanian atau keahlian lainnya. Pernyataan Wantimpres itu, mendapat perhatian serius Sekdako Benni Warlis, Ketua TP-PKK Henny Riza Falepi dan anggota Dewan Pendidikan serta sejumlah kepsek.
Kadisdik Payakumbuh Hasan Basri, dalam pertemuan itu melaporkan, minimnya sosialisasi kurikulum 2013. Sekolah sasaran kurikulum 2013 di Payakumbuh baru 35 dari 103 sekolah, mulai dari tingkat SD sampai ke SLTA. Pelaksanaan kurikulum ini, dinilai Hasan sangat tergesa, sementara sosialisasinya masih terbatas.
Menanggapi pernyataan Ny. Meutia, langkanya anak seorang petani yang melanjutkan karir orang tuanya, penemu cabe kopay Syahrul Yondri, Ketua LKMA Baliak Mayang Feirizal Ilyas, Kadis Pertanian Ir. Mediar Indra, sepakat dengan hal tersebut. Solusi yang tepat, Syahrul Yondri, minta pemko mengajak petani sukses bertatap muka dengan pelajar SLTA. Sehingga, begitu pelajar bersangkutan menyelesaikan pendidikan, banyak diantara mereka yang termotivasi kuliah pertanian.