Selamat Malam Indonesia!!
Hari ini tepat usai maghrib, Keluarga Mahasiswa Univeritas Andalas bersama BEM KM Unand berangkat menuju Bukittinggi.
Kami dari BEM KM UNAND mewakili suara dan jeritan hati masyarakat Padang, Sumatera Barat, bahkan Indonesia menyambut Bapak dengan tertib. Kami ingin menceritakan apa yang masyarakat Indonesia rasakan, ingin mencari perhatian Bapak dan kepedulian Bapak terhadap kesusahan yang melampaui batas untuk kami selesaikan sendiri.
Tepat 20 Oktober 2015, Presiden Jokowi akan menggenapkan 1 tahun masa kepemimpinan sebagai Presiden RI. Hari ini kami ingin mengulas kembali keresahan rakyat, kebingungan rakyat atas ketidakadilan yang ada saat ini. Kami ingin mengingatkan kembali janji-janji yang dulu bapak lontarkan.Untuk itu jarak kami tempuh menuju tempat kunjungan kerja Bapak.
Dikutip dari kpu.go.id, Kamis (22/5/2014), sebanyak 7 Misi pun diusung dilanjutkan dengan 9 program prioritas yang disebut ‘Nawa Cita’, Kami ingin mengingatkan kembali point2 tersebut, yakni:
- Kami akan menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
- Kami akan membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
- Kami akan membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
- Kami akan menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
- Kami akan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program Indonesia Pintar wajib belajar 12 tahun bebas pungutan.
- Kami akan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
- Kami akan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
- Kami akan melakukan revolusi karakter bangsa, melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan.
- Kami akan memperteguh Kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia, melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga.
Nawa cita yang diprioritaskan itu kini sudah tidak terdengar lagi gaungnya. Perhatian rakyat terhadap “sikap serta kebijakan” dari Presiden RI mengalihkan dunia dan seisinya. Kenapa tidak? Kita kilas balik di awal menjabat, kita disuguhi dengan permainan Kasus si Cicak vs Buaya Jilid II, kemudian dilanjutkan dengan sikap Jokowi yang selalu mengikuti kata partai “bahkan lupa janjinya #DemiRakyat”.
Dua bulan belakangan, kita sebagai Mahasiswa disuguhi dengan #UlahJokowi yang semakin membuat tidur tak nyenyak. Bicara janji bicara kontribusi. Bukan malah sibuk blusukan bahkan pencitraan sana sini. Kita bisa nilai dengan hati “apa yang dirasakan rakyat” bukan main data “hasil Survey” yang bisa diolah apalagi dengan bantuan media.
Kita tidak sedang mengevaluasi, karena Jokowi terpilih atas dasar “Pilihan Rakyat”. Kita hanya coba mengulang kaji dan cerita lama #IngatkanJokowi, #bangunkanJokowi sadarkan Jokowi bahwa beliau adalah tonggak pertama Indonesia. Nasib bangsa ada ditangan kepemimpinannya.
Hari ini, kita disuguhi dengan isu pasal penghinaan presiden, Ah… rasanya ini bukan skala prioritas yang harus dipikirkan seorang presiden.
Dari sektor Ekonomi, nilai rupiah semakin melemah, berikut kurva yang di dapatkan:

Walaupun tanggal 6 oktober tersebut menunjukkan penurunan tetapi dampak yang rakyat rasakan berefek buruk. Dengan ketidakstabilan harga mengakibatkan nilai ekonomi tidak stabil sehingga akan berdampak pada beberapa sektor. Di satu sisi, Hutang Luar Negeri semakin meningkat bahkan Aset Negara tergadai tidak jelas, Freeport diperpanjang tanpa pertimbangan rasional. Harga daging apa kabar? Melambung tinggi? Stok daging bagaimana? #PerekonomianTerancam
Belum selesai di satu sektor, #JokowiBuatUlah dengan meresuffle kabinet. Janji-janji politik sebelumnya kemana? Sedang #bagibagikursi atau #PolitikBalasBudi?
Hari ini yang menjadi masalah serius salah satunya yaitu “ASAP”. Kita bisa rasakan daerah yang selalu disuguhi dengan asap tebal sebagai lahapan udara yang dihirup setiap harinya. Ingatkah Juni 2014, tahun lalu. Kasus serupa terjadi lagi yaitu “Kabut Asap Tebal” menganggu segala sektor di Riau. Bukan di Riau saja, efek dari asap tersebut mengakibatkan kelumpuhan penerbangan terutama di Medan, Pekanbaru, Jambi dan Lhokseumawe. Bahkan juga asap juga sudah sampai ke negara tetangga, Malaysia, Singapura, hingga Thailand.
Saat ini Sumbar dihadapkan oleh bencana asap. Ya, hampir berbagai daerah Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat diselimuti oleh kabut asap beberapa hari terakhir. Ini merupakan tantangan bagi pemerintah Sumbar untuk bisa bergerak cepat untuk menyelesaikan dan memeberikan solusi kongkret agar kabut asap tidak memberikan dampak yang buruk bagi masyarakat. Jika dilihat keadaan provinsi lain yang sudah lebih awal merasakan dampak kabut asap ini. Di Palangkaraya (sudah hampir 15.000 orang mengalami ISPA), Riau (sebanyak 7371 warga pekan baru sudah terjangkit ISPA sejak 29 Juni hingga 28 September 2015) dan di Sumatera Selatan (23 ribu orang terserang ISPA). Sumber : rri.ac.id
Lalu, bagaimana dengan Sumatera Barat? Berdasarkan pantauan Global Atmosphere Watch (GAW), Sabtu, 19 September 2015 tingkat konsentrasi aerosol atau partikel debu (PM10) yang terletak di Kabupaten Agam mencapai 436 mikrogram per meter kubik dengan kategori bahaya. “Kategori kualitas udaranya dari sangat tidak sehat hingga bahaya, ada beberapa daerah yang diselimuti asap tebal. Di antaranya Padang Panjang, Agam dan Bukittinggi, Lima puluh Kota, Payakumbuh dan Tanah Datar. Dari pantuan satelit NOAA +18, ada sejumlah titik panas di Sumatera Barat. Di antaranya di Kabupaten Pesisir Selatan, Dharmasraya, dan Solok Selatan. Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika stasiun GAW Bukit Kototabang. Kasus kabut asap bukan lagi bencana Sumatera ataupun Kalimantan, tapi selayaknya sudah menjadi bencana Nasional.
Melihat keadaan diatas kami menyuarakan beberapa hal sebagai berikut:
- Segera alihkan bencana “Kabut Asap” menjadi Bencana Nasional dengan penanganan serius dari pemerintah pusat.
- Menuntaskan dengan segera masalah penebang liar sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.
- Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal di seluruh daerah yang terkena dampak kabut asap.
- Menjamin perekonomian masyarakat dan harga sembako tetap stabil di semua daerah terkhusus daerah terancam kabut asap.
- Segera stabilkan nilai tukar rupiah.
- Wujudkan dengan pembuktian nyata atas janji janji maupun nawa cita yang pernah di sebutkan saat kampanye.
Sumber: Humas BEM Keluarga Mahasiswa Universitas Andalas.