Pariaman,BeritaSumbar.com,- Rumah Sakit Aisyiyah Kota Pariaman, merupakan salah satu Rumah Sakit yang mempunyai jumlah pasien yang banyak. Infus adalah salah satu peralatan medis yang paling banyak dan sering digunakan dalam dunia kedokteran dan keperawatan. Sekitar 90% pasien di rumah sakit menerima berbagai pengobatan melalui infus.
Sistem pemantauan cairan infus yang ada di rumah sakit, masih dilakukan secara manual oleh tenaga medis,  yaitu masih mengecek kapasitas cairan infus dengan melihat jam, untuk memastikan jumlah cairan infus yang sudah masuk pada tubuh pasien per menitnya sesuai dengan permintaan dokter. Hal ini sangat merepotkan dan memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi dikarenakan sangat rentan terhadap resiko kesalahan. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi aliran darah (phlebitis).
Menurut Kemenkes RI (2021) menyatakan diseluruh dunia phlebitis masih menjadi permasalahan. Kejadian phlebitis menempati urutan keempat sebagai infeksi terbanyak pada pasien selama menjalani masa perawatan di rumah sakit.
Di Sumatera Barat hasil observasi dan wawancara disalah satu Rumah Sakit yang ada di Kota Pariaman didapatkan, kejadian phlebitis pada pasien terpasang infus sering terjadi terlebih jika hari rawatan lebih dari 5 hari kejadian phlebitis meningkat hampir 90%. Komplikasi paling berbahaya terjadinya penyumbatan yaitu darah pasien membeku (blood clot) pada selang infus beredar ke seluruh tubuh dan menyumbat kapiler darah di paru sehingga menyebabkan emboli di paru dapat menyebabkan kematian.
Maka  perlu  solusi  untuk  mengatasi  masalah  tersebut,  dengan merancang dan membuat alat pemantau kelancaran tetesan infus, sehingga memberi kemudahan pada perawat dalam merawat pasien terpasang infus. Tindakan ini disebut dengan Pencegahan (Prevention). Â
Kami akan merancang dan membuat Early Warning System Infus pasien menggunakan Sistem Otomatisasi melalui Display Smartphone yang valid, efektifitas, dan praktis serta fleksibel, yang merupakan alat Pendeteksi tetesan Cairan Infus untuk mencegah Risiko Cedera phlebitis pada Pasien yang terhubung dengan Smarphone Perawat. Untuk itu, segenap akademisi Universitas Negeri Padang (UNP) kembali melakukan pengujian alat agar kejadian tersebut dapat dicegah.
Bentuk penelitian yang dilakukan oleh Ns. Aulia Asman, Dr. Yulkifli , Prof. Yohandri, dan mahasiswa Prodi Fisika UNP, (Naurah Nazhifah, Teguh Afrianda) adalah membantu dan memudahkan perawat dalam merawat pasien terpasang infus dengan memonitoring kelancaran infus melalui smartphone, yang diuji cobakan pada Tahun pertama satu smartphone perawat dapat memonitor satu pasien dan Tahun kedua satu smatphone perawat dapat memonitor lebih dari satu pasien.
Uji monitoring infus pasien melalui smartphone ini, kata Aulia Asman, adalah tindakan pencegahan resiko terjadinya pembengkan, phlebitis, dan penyumbatan, seperti penyumbatan pada organ vital seperti paru-paru yang dapat menyebabkan kematian. Memberi kemudahan pada perawat dalam memonitor kelancaran infus pasien, terutama jumlah pasiennya banyak dan memerlukan pemantauan infus yang ketat, selain itu membantu kesembuhan pasien, jika perawatan dan pengobatannya lancar kesembuhan pasien juga cepat tercapai, lama rawatan tidak terjadi dan biaya rawatan uang dikeluarkan pasien dan keluarga juga lebih ringan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa alat monitoring infus dengan display smartphone ini memudahkan perawat dalam memonitor kelancaran infus pasien dan deteksi dini gangguan pada infus pasien lebih cepat diketahui sehingga resiko pemindahan infus, phlebitis dan komplikasi bahaya lainnya dapat segera di cegah. Hal ini juga diungkapkan perawat yang mencobakan alat tersebut, alat ini memudahkan dalam memonitor kelancaran infus pasien, dengan satu smartphone dapat memonitor kelancaran infus pada beberapa pasien di ruangan saya.
Pada monitoring infus dengan dua pasien tahap 1, alat monitoring infus berjalan baik dan lancar sedangkan pada monitoring infus dengan dua pasien tahap 2, alat monitoring infus sedkit terjadi gangguan keterlambatan dalam memberi tanda (alarm) ketika aliran infus pasien tidak mengalir. Hal ini perlu pengembangan alat lebih lanjut yang efektif, praktis dan fleksibel.