BeritaSumbar.com,-Pariwisata adalah suatu sistem yang multikompleks dengan berbagai aspek yang saling terkait dan saling mempengaruhi antar sesama dan dalam beberapa dasawarsa terakhir. Pariwisata telah menjadi sumber penggerak dinamika masyarakat, dan menjadi salah satu prime-mover dalam perubahan sosial-budaya (Pitana dan Gayatri, 2007).
Dimana perkembangan pariwisata Indonesia saat ini memberikan kontribusi kira kira sekitar 4% dari total perekonomian. Pemerintah Indonesia ingin meningkatkan angka ini dua kali lipat
menjadi 8% dari PDB. sebuah target yang mengimplikkasikan bahwa dalam 4 tahun mendatang perkembangan sektor pariwisata perlu di tingkatkan menjadi kira-kira 20 Juta kunjungan wisatawan.
Dimana Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Wisatawan adalah seseorang yang terdorong oleh sesuatu atau
beberapa keperluan melakukan perjalanan dan persinggahan sementara di luar tempat tinggalnya untuk jangka waktu lebih dari 24 jam tidak dengan maksud untuk mencari nafkah
(Fandeli,2000).
Kemajuann teknologi di era digital sedikit banyaknya telah mempengaruhi perjalanan para generasi milenial, hal ini menunjukkan bahwa teknologi merupakan salah satu yang penting
dalam mempengaruhi cara generasi milenial dalam melakukan perjalanan wisata. Wisatawan atau tourist milenial di era digital pariwisata di perkirakan akan mendominasi pasar dunia dan menjadi pasar utama dengan meninggalkan cara berwisata lama,mengingat jumlahnya mencapai 300 juta orang secara global hingga 2030, Berdasarkan organisasi badan pariwisata dunia ( UNWTO).
Wisatawan milenial merupakan wisatawan yang lahir tahun 1980-1990 yang gemar mencari pengalaman baru, termasuk wisata petualangan,ekspolrasi dan perjalanan darat.
Populasi milenial di asia mencapai sekitar 57 persen pada tahun 2030. Dengan kisaran populasi mencapai 333 juta jiwa populasi milenial di cina,Indonesia 82 juta jiwa,Filipina 42 juta jiwa,Vietnam 26 juta jiwa dan Thailand 19 juta jiwa.
Karakteristik wisatawan milenial tersebut cenderung percaya pada ulasan-ulasan destinasi wisata di media social atau internet tak heran kalau bloger atau instagram serta sejenisnya menjadi kiblatnya wisatawan milenial bersifat dinamis dan berbasis teknologi di karenakan sekitar 70 persen dari mereka menyukai produk-produk otentik ,suka mengeksplorasi dan berbasis pengetahuan ( knowledge) dan hiperconected tidak terlepas dari
dunia digital.
Perilaku ini berkembang menjadi trend dan kian menyebar. yang tak kalah menariknya para wisatawan milenial ini melakukan perjalanan wisata adalah untuk mencari pengalaman wisata yang unik,baru ,otentik dan personal sehingga membuat mereka berbeda dengan wisatawan lainnya. Hasil riset Singapore tourism board belum lama ini mengatakan bahwa 31 persen wisatawan milenial di Indonesia cenderung melakukan liburan secara mendadak dimana angka tersebut jauh lebih tinggi dengan Negara-negara di kawasan asia lainnya yang
secara keseluruhan hanya 19 persen. Wisatawan milenial Indonesia juga sering terpengaruh dengan pengalaman orang lain hal itu juga terjadi di seluruh jaringan baik offline maupun online begitu juga forum online dan situs-situs review.hasil riset tersebut juga membuktikan bahwa wisatawan milenial Indonesia mengandalkan informasi dari mulut ke mulut mengenai tujuan wisata mereka dan berbagi pengalaman wisatanya ke media social ,terus
menggelinding dan mempengaruhi milenial lain.
Fakta menarik lainnya wisatawan di generasi ini relative pemberani dan memiliki banyak waktu untuk melakukan perjalanan dan di dominasi oleh usia kisaran 15-29 tahun serta
tidak menyerah pada masalah ekonomi , kerusuhan, politik dan lainnya,jika ada peluang mereka akan melakukan perjalanan , mendapatkan pengalaman dan menyumbangkan tenaga ( WYSE 2016).oleh karena itu wisatawan milenial adalah konsumen wisata yang sangat potensial selain perkembangan dan jumlahnya yang terus membesar ,perilaku wisatanya pun sangat supportif terhadap pertumbuhan dunia pariwisata. Dari sisi perkembangan pariwisata baik bagi pemerintah yang sedang menjadikan pariwisata sebagai salah satu tulang punggung perekonomian nasional atau pelaku usaha pariwisata , besarnya
porsi wisatawan milenial dengan karakter diatas akan menjadi tantangan tersendiri dalam mengemas kebijakan pariwisata agar melahirkan preferensi berwisata bagi kelompok milenial.
Wisatawan millennial tersebut mampu membuat disruption pariwisata dengan menggunakan teknologi digital sehingga cara cara lama tidak di pakai lagi. Dibandingkan dengan generasi
sebelumnya menariknya para milenial selalu antusias traveling dan membuat gaya traveling lebih menarik,mereka cenderung melakukan perjalanan wisata dengan mengakali pengeluaran selama travelling dimana ticket promo pesawat dan penginapan murah selalu menjadi serbuan ,pun makan dengan acara makan yang jauh dari restaurant mewah.tak jarang dari mereka pun menginap di rumah warga atau di tempat-tempat umum demi
menghemat isi dompet .
Untuk berpindah ke suatu tempat trend wisatawan milenial biasanya dengan pintarnya menolak menggunakan transportasi umum jika mampu disiasati dengan berjalan kaki ,semua di lakukan demi menekan biaya yang harus di keluarkan di negeri orang,uniknya wisatawan ini jauh lebih bebas dalam berekspresi dan sosialisasi . Wisatawan milenial ini biasanya meresap keindahan alam lebih lama ,menjadi familiar dengan destinasi yang di tuju dan takk
jarang dari mereka mendapat teman baru saat dalam perjalanan. Perkembangan pariwisata dan teknologi digital yang semakin cepat membuat para wisatawan milenial ini memiliki banyak kelompok dan kominitas traveling yang banyak terbentuk di setiap selegram
baik di instagram,twiter maupun facebook dimana mereka saling berbagi pengalaman dan cerita serta tips travelling sehingga bias tetap bias berkomunikasi di media social.
Generasi milenial relatif lebih berani ketika melakukan perjalanan wisata jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya biasa disebut dengan generasi x. Generasi x lebih menyukai
perjalanan dengan tujuan relaksasi , sangat berbeda dengan generasi milenial pilihan melakukan perjalanan wisata adalah untuk mencari pengalaman unik, baru, otentik dan personal dalam artian pencarian makna ketika melakukan perjalanan wisata.
Generasi milenial relatif lebih berani dan tidak menyerah pada masalah ekonomi, senang melakukan segala sesuatu sendiri hal ini sejalan dengan perkembangan teknologi sehingga generasi milenial lebih mandiri dan mengutamakan efisiensi.
Dengan demikian trend wisatawan millennial di dalam perkembangan pariwisata dapat di cerminkan sebagai cerminan wisatawan yang melakukan travelling dengan pencarian jati diri bukan hanya sekedar fisik saja ,tetapi bagaimana sikap terhadap orang lain yang mengenal diri sendiri atau orang banyak serta ingin melihat hidup dari sudut pandang berbeda untuk menunjukan bahwa travelling juga membuat pikiran menjadi sehat dan dapat mengekspolrasi kehidupan yang berbeda dari yang lainnya***.
Oleh:
I Wayan Thariqy Kawakibi Pristiwasa
Dosen Politeknik Pariwisata Batam