BeritaSumbar.com,-Setiap tahun umat Islam memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW atau maulid Nabi, yang disepakati jatuh pada tanggal 12 Rabiulawwal. Pada tahun ini bertepatan pada bulan November ini, tepatnya tanggal 20 November yang lalu. Pada hari itu banyak diantaranya melakukan festival dan beragam kegiatan yang mengundang banyak massa. Pada hari itu banyak makanan dihidangkan, ada bermacam perlombaan dan semuanya bergembira.
Namun dari semua kegiatan yang dilakukan itu, ada suatu pertanyaan apakah hikmah sebenarnya dari mengenang kelahiran Rasul itu? Apakah memperingati kelahiran rasul sekedar membentuk keramaian dan festival? Tentu jawabannya adalah ‘Tidak’. Kalau mengenang rasul hanya sebatas festival dan keramaian, maka wajar banyak orang Mu’min yang berpendapat bahwa kegiatan ini lebih banyak mudaratnya dari manfaatnya, dan bahkan ada yang tidak membolehkannya.
Mengenang momen kelahiran Rasul adalah suatu momen yang baik, jika didalamnya diisi dengan segala kebaikan, dakwah dan dalam rangka mentadabburi Al-Quran, mengengan dan mempelajari sirah atau perjalanan dakwah Rasulullah SAW. Melalui peringatan maulid, ingatan kita disegarkan kembali dengan perjuangan Rasulullah SAW. Anak-anak diperkenalkan dengan kiah-kisah penuh hikmah.
Kegiatan itu itu juga dijadikan sebagai wadah peningkatan shalawat kepada rasulullah SAW. Shalawat yang diperintahkan oleh Allah SWT (QS (Al-Ahzab [33]:56-57).
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi, hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (56).
Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan (57)”.
Maka dengan adanya momen peringatan maulid, akan menggugah dan meningkatkan kesadaran akan hal ini. Tentunya, tidak berhenti saat momen ini saja, namun terus setiap saat sebagai bagian dari zikir terutama saat-saat yang dianjurkan (disunnahkan) seperti di hari Jum’at. Akan tetapi, momen Maulid menjadi penting sebagai wahana peningkatan kesadaran akan hal ini.
Selanjutnya, yang jauh lebih penting dari itu, kegiatan itu tidak hanya berhenti disitu saja, mengikuti jalan Rasulullullah SAW bukan hanya sekedar peringatan dan festival, tetapi lebih pada mempelajari, mengikuti dan mengamalkan sunnahnya. Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT yang tercantum dalam Al-Quran Surat Al Ahzab [33] ayat 21.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (Rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (Al-Ahzab [33]:21).
Pada Surat Al-Ahzab [33] ayat 21 ini dijelaskan bahwa pada diri Rasululullah SAW ada keteladanan. Secara implisit hal ini dimaksudkan bahwa, setiap mukmin harus mencontoh keteladanan itu. Oleh karena itu, semua peringatan maulid nabi, festival dan kegiatan massa lainnya tiada artinya jika seseorang tidak mau dan tidak mampu meneladani kepribadian Rasulullah SAW.
Pada ayat ini Allah SWT juga menjelaskan bahwa orang-orang yang mampu menjadikan Rasulullah sebagai teladan adalah orang-orang yang mengharapkan Rahmat Allah dan hari akhir yang lebih baik. Dengan kata lain, seseorang hanya akan mampu meneladani kepribadian Rasulullah SAW, jika ia punya keimanan yang kuat terhadap Allah SWT dan hari akhir. Inilah jalan hakiki, jalan yang pasti akan ditempuh setiap manusia yang akan menghadap Allah, dan Rasul adalah contoh teladan dalam menempuh jalan itu. Keteladanan pada diri Rasulullah itu adalah keteladanan dalam berakhlak yang mendatangkan kesejukan kepada sesama dan kemashlahatan bagi lingkungan sekitarnya dengan mencerminkan pribadi yang terpuji (Al-Anbiya’ [21]:107).
“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) Rahmat bagi semesta alam”.
Setiap orang yang mampu menempuh jalan hakiki, yang dicontohkan oleh Rasulullah, maka ia akan mendapat Rahmat dan kebaikan yang besar dari Allah SWT. Sebaliknya orang-orang yang mengingkari kebenaran yang dibawa oleh rasulullah dan bahkan membencinya, juga akan mendapat balasan yang setimpal. Sebagaimana yang diterangkan oleh Allah SWT yang tercantum dalam Al-Quran Surat Al-Ahzab [33] ayat 57 yang telah disebutkan sebelumnya, serta juga Az-Zumar [39] ayat 32-34.
“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat Dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir? (32). Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertakwa (33). Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah Balasan orang-orang yang berbuat baik (34)” (Az-Zumar [39]: 32-34).
*Dikutip dari Buku Penulis: Hardisman Abu Rafa (2012), Tafakur: Renungan Diri dalam Puisi dan Untaian Kata, Jakarta: Leutika.
Oleh: dr. Hardisman MHID PhD
(Dosen Fakultas Kedokteran Unand)
Beritasumbar.com
Renungan Jum’at: Maulid Nabi Sebagai Momen Peningkatan Keteladanan dan Shalawat, Bukan “Happy Birthday”R
Kategori -
Kolom & Opini
- Advertisement -
- Advertisement -