BeritaSumbar.com,-Pandemi global Covid-19 belum bisa dihentikan penyebarannya sampai saat ini, bahkan mulai ditemukan wabah ini di negara dan daerah yang sebelumnya tidak ada pemberitaan. Hal itu terjadi berkemungkinan karena tidak mudahnya menghentikan migrasi orang dan tentu saja barang yang selama ini dipercaya sangat berpotensi sebagai pembawa virus tanpa disadari. Dampak pandemi ini juga semakin terasa bukan lagi pada sektor kesehatan saja, namun juga berbagai sektor lainnya dalam bidang sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Salah satu yang sangat terasa adalah potensi krisis pangan global, bagaimana solusi untuk mengantisipasinya?
Koperasi sebagai Benteng Produksi dan Konsumsi Pangan
Selama masa pandemi, semakin terasa arti penting para produsen pangan langsung: petani, peternak, peladang, nelayan, dan para produsen pangan kecil lainnya. Beragam kampanye untuk lebih respek kepada mereka juga bertebaran di tengah beredarnya kampanye tentang kewaspadaan dan pengelolaan pandemi ini. Dunia semakin menyadari arti pentingnya para produsen pangan langsung yang selama ini memang justru terpinggirkan dalam dinamika sistem ekonomi internasional. Mereka nyaris tergusur oleh produsen pangan besar dalam bentuk korporasi transnasional. Ironisnya, korporasi transnasional saat ini juga berpotensi untuk terancam eksistensinya dalam berbagai unsur: rantai pasok kapital, komoditas, dan tenaga kerja.
Dalam konteks inilah semakin relevan untuk kembali membangkitkan kelompok produsen langsung kecil seperti petani dengan kelompok tani mereka. Jika selama ini kelompok tani hanya ada ketika akan mendapatkan paket bantuan dari pihak pemerintah dan swasta, maka eksistensi mereka saat ini harus dibangkitkan melalui koperasi. Harus disadari bahwa koperasi adalah sebuah entitas bisnis yang bisa diciptakan dengan berapapun modal atau kapital yang ada selama ada para anggotanya. Koperasi dimulai dari siapapun yang ada dengan apapun yang tersedia, karena prinsip dasarnya adalah kekeluargaan dan gotong royong. Dalam koperasi, pemenuhan kebutuhan para anggotanya adalah prioritas utama, sehingga ketika pangan menjadi kebutuhan dasar secara umum bagi siapapun, bukankah kelompok tani yang berkoperasi menjadi benteng utama bagi produksi dan konsumsi pangan? Bagaimana jika produksi berlebih?
Pasar Lokal/Alternatif sebagai Benteng Distribusi Pangan
Ketika produksi dan konsumsi pangan berlebih, sebelumnya para produsen kecil seperti petani kebingunan untuk mendistribusikannya. Kalaupun ada jalur tengkulak, maka tidak pernah menguntungkan para produsen, bahkan menjebak mereka dengan hutang karena praktik ijon – dibeli sebelum panen dengan harga rendah -, sehingga tengkulakpun juga menjadi rentenir. Dalam konteks ini maka penciptaan pasar baru atau pasar lokal sebagai pasar alternatif yang akan menyerap hasil produksi para produsen terutama petani dan kelompoknya menjadi penting.
Penciptaan pasar baru ini juga tidak terlalu sulit untuk dilakukan, baik secara konvensional dalam arti pertemuan langsung antara produsen dan konsumen, maupun secara kontekstual ketika produsen dan konsumen tidak bisa melakukan pertemuan langsung. Pasar kontekstual dalam masa pandemi ini adalah pasar online atau daring dengan menggunakan beragam produk teknologi informasi dan komunikasi misalnya aplikasi android, situs jejaring internet, bahkan media sosial yang semakin membuktikan eksistensi internet dalam segala sesuatu. Pengelolaan pasar ini dalam teknis jual – beli membutuhkan operator khusus yang bisa diorganisasikan dalam koperasi. Sehingga semakin jelas relasi antara pembangunan koperasi dan penciptaan pasar baru ini dan relevansinya di masa pandemi.
Koperasi MDM, Pasar Rabu Tani, dan Sedekah Pangan
Sebagai gambaran atau contoh kongkrit dari koperasi dan pasar baru ini, penulis dan Kawan-Kawan sudah dan sedang terus menggerakkan Koperasi Majelis Dosen Muda (KMDM) dan Pasar Rabu Tani (PRT) di Kota Padang. Selain itu, KMDM juga menggerakkan program Sedekah Pangan (SP) bagi masyarakat yang terdampak langsung secara ekonomi akibat pandemi. Sampai saat ini, PRT yang merupakan kegiatan mingguan oleh KMDM telah berlangsung yang keempat dan akan diselenggarakan yang kelima kalinya. Dengan demikian sudah lebih dari sebulan PRT diselenggarakan oleh KMDM, dan SP sebagai paket bantuan langsung sudah terselenggara ketiga kalinya.
KMDM dengan PRT dan SP adalah contoh kongkrit gerakan masyarakat sipil yang berisi para Dosen Muda Universitas Andalas (Unand) dari berbagai bidang ilmu (jurusan dan fakultas) yang tidak hanya memberdayakan diri mereka sendiri, namun juga masyarakat khususnya para produsen kecil di sekitar Kampus Unand. Menurut data yang dihimpun oleh KMDM, semakin banyak para produsen dengan beragam hasil produksi mereka yang didistribusikan melalui PRT KMDM. Begitupun, semakin banyak para konsumen dan semakin luas jangakauan PRT di Kota Padang. Selain itu, juga semakin banyak orang dengan tenaga kerja mereka yang dilibatkan dalam PRT tersebut, misalnya tukang ojek konvensional maupun driver ojek onlie dan tentu saja para mahasiswa. Sehingga KMDM dengan PRT dan SP telah membuktikan peran dan fungsi gerakan sosial masyarakat sipil di masa pandemi global Covid-19 ini.
Virtuous Setyaka, Dosen HI FISIP Unand, Mahasiswa S3 HI FISIP Unpad, Aktivis KMDM, dan Mentor GSC Indonesia.
Beritasumbar.com
Relevansi Koperasi dan Pasar Lokal di Masa PandemiR
Kategori -
Kolom & Opini
- Advertisement -