Gunung Marapi yang berada antara Kabupaten Tanahdatar dan Kabupaten Agam, Sumatera Barat, kembali meletus pada Rabu (26/2) sore.
Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Marapi (PGA) Warseno di Bukittinggi, mengatakan letusan terjadi pukul 16.15 WIB hingga membuat sebagian kawasan di Kabupaten Tanahdatar, tepatnya arah barat daya dan selatan diguyur hujan abu tipis.
Namun, katanya, letusan pada gunung itu tidak terlihat secara visual, karena gunung tertutup kabut tebal.
Seperti diberitakan Antara, dia mengatakan, PGA menerima informasi dari masyarakat Tanahdatar, memang terjadi hujan abu tipis melanda sebagian Kecamatan IX Koto arah Barat Daya dan arah Selatan Nagari Batipuh, Kecamatan Batipuh.
Sementara itu data seismograf mencatat adanya letusan Gunung Marapi cukup besar dengan amplitudo letusan sekitar 30 milimeter dengan durasi 38 detik.
“Kami belum berani memperkirakan ketinggian asap dan abu vulkanik yang dilontarkan karena letusan besar itu tidak selamanya melontarkan abu vulkanik tinggi dan bisa saja melebar,” katanya.
Selama ini dari beberapa aktivitas letusan pada gunung itu, katanya, hanya beramplitudo sekitar 15 milimeter, bahkan banyak yang di bawah 10 milimeter.
Selama Februari 2014, terhitung 1 hingga 25 Februari gunung beraktivitas selama 74 kali. Dari jumlah tersebut, aktivitas letusan tercatat sebanyak tiga kali di luar letusan pada Rabu hari ini.
Selain itu, katanya, juga terjadi satu kali embusan, satu kali gempa tremor, sembilan kali gempa vulkanik dalam (VA), delapan kali gempa vulkanik dangkal (VB), 48 kali gempa tektonik jauh, serta enam kali gempa tektonik lokal, sedangkan tornello tidak ada aktivitas.
Jumlah aktivitas gunung selama Februari 2014 itu, ia mengungkapkan, telah mengalami penurunan signifikan selama Januari 2014, yang mengalami total 170 kali aktivitas.
Dari 170 aktivitas itu, terangnya, terhitung 1 hingga 23 Januari 2014 dengan aktivitas letusan sebanyak 48 kali. Selain itu, juga terjadi empat kali embusan, enam kali tremor, 15 kali gempa vulkanik dalam (VA), 25 kali gempa vulkanik dangkal (VB), dua kali tornello, 28 kali gempa tektonik jauh, serta 27 kali gempa tektonik lokal.
Gunung Marapi, katanya, masih berstatus waspada atau berada pada level II dan masih berbahaya karena bisa mengeluarkan gas vulkanik yang berbahaya bagi kehidupan.
“Ancaman potensi letusan abu lontar material pijar dan pasir juga membuat gunung itu harus dijauhi radius 3 kilometer dari puncak,” katanya.
Ia berharap masyarakat untuk dapat mengurangi aktivitas di luar rumah karena abu vulkanik bisa membahayakan kesehatan. “Jika keluar rumah diminta memakai masker,” katanya.