Sijunjung, BeritaSumbar.com,-Rasa bangga dan haru tercermin di wajah kadis Parpora kabupaten Sijunjung Afrineldi SH, atas masuknya 75 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia ( ADWI) tahun 2023. Keberhasilan masuk 75 besar ini, sangat membanggakan masyarakat Ranah Lansek Manih secara umum, terkhusus masyarakat Kenagarian Sijunjung. Perkampungan Adat Sijunjung sebelumnya bersaing dengan 300 desa ADWI se Indonesia. Keberhasilan hari, merupakan Keberhasilan bersama yang patut kita syukuri, jelas Neldi.
Untuk persiapan, menyebut tim penilai dari ADWI 2023 datang ke Perkampungan Adat Sijunjung, maka masalah K3 dilingkungan perkampungan ada selalu menjadi perhatian serius.
Insyallah, Menparekraf RI Sandiaga Salahuddin Uno pada akhir Maret 2023 akan melakukan kunjungan ke Sijunjung. Namun sebelum kedatangan Menparekraf RI, akan terlebih dahulu datang tim penilai ADWI, kata Afrineldi.
Perkampungan Adat itu terletak di Jorong Padang Ranah dan Tanah Bato, Nagari Sijunjung, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung.
Di kawasan 157,1 hektare itu terdapat 76 Rumah Gadang berusia ratusan tahun, tegak berdampingan di kiri dan di kanan jalan. Tak ada pagar tinggi di antaranya. Satu halaman dengan halaman lainnya bertalian.
Menurut penjelasan kadis Parpora ini, Rumah gadang itu memiliki 2 hingga 8 gonjong. Anjuang (bagian bangunan yang lantainya ditinggikan) umumnya pada salah satu sisi saja. Pintu masuk ke dalam rumah ada yang diberi tambahan baru, berupa teras dengan anak tangga dari tatanan bata.
Bentuk dasarnya persegi empat panjang, dengan empat atau lima ruang di dalamnya. Konstruksinya mengembang ke atas, berujung atap gonjong berupa pelana melengkung dan meninggi. Ukiran khas Minangkabau pun menghiasi beberapa rumah gadang, seperti corak buah palo patah, kuciang lalok jo saik galamai, aka duo gagang, danpaku kacang balimbiang.
Berdasarkan arsip Kantor Wali Nagari Sijunjung, 76 rumah gadang itu milik suku Piliang (15 unit), Caniago (18 unit), Panai (6 unit), Melayu (12), Bodi (7 unit), Melayu Tak Timbago (7 unit), Patopang (2 unit), Bendang (2 Unit), dan Tobo (7 unit). Di situ prosesi adat masih digelar, seperti bataga galak (pengangkatan pemuka adat) dan baralek (pesta perkawinan).
Mereka juga memiliki tradisi masyarakat agraris yang khas, seperti Batoboh Kongsi yakni gotong royong menggarap sawah. Sekali setahun menggelar wujud syukur limpahan hasil panen seperti Bakaul Adat, sekaligus menentukan hari baik turun ke sawah dengan membantai/memotong seekor kerbau dan makan bajamba (bersama).( Alim)