Oleh: Ns. Mulyanti Roberto Muliantino, S.Kep., M.Kep
Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Pada bulan Ramadhan umat muslim berpuasa, tidak makan, tidak minum dan tidak merokok dari terbit fajar samapi terbenam matahari. Makan dan minum dilakukan ketika sahur dan berbuka. Ini merupakan pengaturan yang dilakukan setiap hari selama satu bulan. Selama bulan Ramadhan terjadi perubahan besar pada kualitas makanan dan pola makan, yaitu saat sahur dan berbuka. Nutrisi yang tertelan pada waktu yang tidak biasa akan menimbulkan perubahan efek metabolik. Tahukah anda bahwa dengan berpuasa di bulan Ramadhan memberikan efek yang baik terhadap kondisi tubuh, terutama perubahan fisiologis pada faktor-faktor yang menjadi resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Faktor resiko utama penyakit kardiovaskular terkait dengan pembentukan plak aterosklerosis yaitu kadar lipid yang abnormal, faktor koagulasi dan hemostatik, hipertensi dan merokok. Profil lipid dipengaruhi beberapa faktor antara lain perubahan kebiasaan diet, penggunaan lemak yang berbeda, peningkatan konsumsi gula rafinasi dan aktivitas fisik yang kurang.
Perubahan efek metabolik pada orang yang menjalankan puasa Ramadhan dapat dinilai dari berbagai profil fisiologis tubuh seperti tekanan darah, lipid dan kolesterol, kadar gula darah, insulin, homosistein, Hs-CRP, analisis sampel darah dan indeks massa tubuh. Hasil penelitian yang dilakukan di Iran pada 82 orang penderita penyakit kardiovaskular yang menjalankan puasa Ramadhan ditemukan terdapat penurunan tekanan darah sistolik, berat badan dan indeks massa tubuh (Nematy et al).
Hasil studi yang dilakukan para ahli menemukan bahwa puasa Ramadhan memberikan efek yang baik terhadap kadar glikemik dan lipoprotein, penurunan berat badan dan pengontrolan indeks massa tubuh (Bouguerra et al). Temuan lain oleh Shariatpanahi et al menyatakan bahwa perubahan kombinasi jumlah, porsi dan waktu makan pada asupan saat sahur dan berbuka pada bulan Ramadhan dapat meningkatkan sensitivitas insulin.
Hasil studi yang dilakukan Nematy et al juga menemukan penurunan yang signifikan profil lipid pada pasien yang menjalankan puasa Ramadhan, yaitu kolesterol, trigliserida, VLDL-c, LDL-c, penurunan rasio kolesterol dengan HDL dan penurunan rasio LDL dengan HDL.
Homosistein merupakan asam amino campuran sebagai perantara dalam metabolik, peningkatan kadar homosistein (hiperhomosisteinemia) akan meningkatkan resiko perkembangan aterosklerosis, kerusakan fungsi endotelial pembuluh darah arteri. Hs-CRP atau high sensitivity C-reactive protein merupakan plasma penanda inflamasi (inflamation marker), memiliki peran penting dalam perkembangan penyakit kardiovaskular, dan sering digunakan sebagai biomarker untuk memprediksi resiko penyakit kardiovaskular lebih dini. Kadar CRP yang tinggi menunjukkan hubungan yang konsisten dengan peningkatan resiko kejadian penyakit kardiovaskular termasuk infark miokard, stroke dan kematian akibat penyakit kardiovaskular. Namun dalam studi yang dilakukan Nematy et al belum ditemukan penurunan yang signifikasn dari faktor resiko homosistein dan CRP. Pada faktor hematologi ditemukan peningkatan jumlah WBC, RBC, Hb, dan platelet setelah puasa. Dan terjadi penurunan jumlah MCV dan MCH setelah puasa.