Oleh: Ns. Mulyanti Roberto Muliantino, S.Kep., M.Kep
Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Bulan Ramadhan merupakan bulan ke-9 dalam tahun Hijriyah kalender Islam, dimana semua umat muslim menjalankan ibadah puasa satu bulan penuh. Penderita penyakit kronis diantara pasien dengan penyakit jantung koroner memiliki keterbatasan dalam menjalankan ibadah puasa,namun pada umumnya pasien memiliki motivasi yang tinggi untuk berpuasa penuh selama satu bulan Ramadhan.
Banyak kekhawatiran yang terjadi terkait puasa yang dilakukan pasien penyakit jantung koroner, diantaranya berupa peningkatan nyeri dada atau angina ketika berpuasa terutama disaat makan besar ketika berbuka puasa, pada waktu ini terdapat intake kalori yang cukup besar dan sering tidak terkontrol. Hal lain yang dikhawatirkan yaitu sering melakukan aktivitas fisik setelah makan berat atau setelah sahur, seperti berjalan ke mesjid dan dilanjutkan dengan olahraga. Terakhir yang dikahwatirkan adalah pasien tidak dapat mengkonsumsi obat-obatan secara teratur selama berpuasa. Hal-hal tersebut diatas dikhawatirkan akan memicu insiden serangan jantung akut. “Benarkah demikian???” Banyak pertanyaan yang sering dilontarkan pasien. Kekhawatiran ini dapat terjawab dari beberapa hasil penelitian yang menunjukkan belum terdapat kaitan berpuasa Ramadhan dengan insiden serangan jantung yang akut.
Studi yang dikemukan Temizhan et al mengevaluasi kasus serangan jantung koroner akut pada bulan Ramadhan lebih rendah dibandingkan bulan-bulan sebelum ataupun setelah Ramadhan di Ankara, Turki. Studi yang dilakukan Salim et al juga menunjukkan bahwa insiden serang jantung akut pada periode Ramadhan hampir serupa dengan hari-hari biasa (non Ramadhan). Artinya bahwa tidak terdapat kaitan puasa bulan Ramadhan dengan insiden serangan jantung koroner. Dalam studinya Salim et al menemukan adanya perbedaan waktu munculnya onset gejala serangan pada bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan lainnya. Dimana timbulnya onset gejala serang jantung akut lebih cenderung pada rentang waktu berbuka puasa dibandingkan periode di hari-hari biasa.
Mayoritas pasien penyakit jantung koroner dapat menjalankan puasa tanpa ada kesulitan. Keamanan menjalankan puasa penuh selama satu bulan juga sebaiknya melalui konsultasi dengan tenaga kesehatan terutama terkait pengaturan minum obat, pencegahan dehidrasi dan keamanan tekanan darah. Pada dasarnya berpuasa merupakan upaya menyehatkan. Berbagai penelitian mengemukakan terdapat perubahan fisiologis tubuh yang baik selama berpuasa. Hal ini dapat diidentifikasi dari efek metabolik seperti kadar kolesterol, trigliserida, gula darah dan tekanan darah yang lebih rendah ketika menjalankan ibadah puasa. Namun kemampuan menjalankan puasa penuh harus disesuaikan dengan kondisi fisik dan kemampuan klinis pasien agar pasien tetap aman.