Tanah Rakyat, 25 Januari 2025
Oleh: M Idzki Arrusman
Penjaga gerbang sementara,
Berdandan megah bagai aktor panggung,
Langkah angkuh menapaki bumi,
Menganggap roda milikmu semata.
Kendaraan datang menitip lelah,
Namun pagar keserakahan kau dirikan,
Mesin berdenting kau sewakan,
Mengisi pundi dengan ilusi kekayaan.
Seakan penguasa semesta,
Padahal cuma penjaga gerimis,
Keangkuhan menjelma tirani,
Merampas hak yang tertindas.
Tidakkah kau tahu, wahai penjaga bayangan,
Titipan itu bukan selamanya,
Namun mabuk aroma kuasa,
Seolah waktu takkan pernah menagih.
Gadaikan laut tanpa malu,
Tanah tukar dengan janji semu,
Pulau berbaris bak kuda besi,
Perdagangkan tanpa peduli pemilik.
Laut yang luas kau pagar dengan bambu,
Gelombang terperangkap janji rapuh,
Keindahan tergadai tanpa takut,
Melupakan ombak akan kembali.
Hanya tukang parkir,
Mimpi setinggi singgasana,
Lupa bahwa titipan kembali,
Dan diminta jawaban tanpa bisa mengelak.
Wahai penjaga, sadarlah,
Tugasmu menjaga bukan menggenggam,
Melindungi bukan merampas,
Mengembalikan bukan menjual.
Karena roda tak selamanya diam,
Setiap kendaraan punya tuan sejati,
Amanah adalah ujian, bukan hak mutlak,
Jangan lupa, wahai tukang parkir yang alpa.
Seperti bayang di bawah mentari senja,
Kuasamu fana, segera sirna,
Ingatlah peran sejati,
Sebelum malam menutup hari.