CILOTEH TANPA SUARA.MINGGU kemarin di warung kopi GAPUAK, tempat biasanya saya duduk di hari minggu seorang lelaki bernama OYONG bekerja instalansi listrik PLN di Tanjung Pati bertanya kepada saya.
“ Mohon maaf, pak Saiful.. dari dulu saya perhatikan dimana saja bapak duduk orang memangil dengan PAK CAMAT, padahal saya tahu bapak latar belakangnya Pertanian… apakah ini gelar atau benar-benar jabatan CAMAT dan juga saya lihat Pak Saiful juga suka menulis, wartawan,mengajar LPJ, dosen PTS dan malam hari Refleksi…heran saya “ ujar pak Oyong kepada saya.
Hampir saja hidung saya mengembang mendengar pertanyaannya .“Sejak kapan bapak tinggal di Tanjung Pati ini “ tanya saya kepada bapak Oyong. “ Sejak tahun 2006 “ Jawabnya singkat. “ Pastaslah….bapak tidak tau saya jadi Camat, saya memang tamatan sekolah pertanian di SPMA Negeri Padang tahun 1983 dan tamat Fakultas Pertanian Muhammdaiyah di Payakumbuh, dan juga saya benar-benar jadi CAMAT HARAU sejak Januari 2001 sampai dengan Mai 2004 “ jelas saya.
“Kenapa bapak bisa diangkat jadi Camat, sepengetahuan saya yang jadi Camat adalah tamat APDN “ ujar Pak Oyong. “ Saya jadi Camat karena ibu “ ….” sudah pasti ibunya pak Saiful penjabat juga“ ujar pak Oyong. “ TIDAK, ibu saya hanya tamatan Diniyah Putri di Pandai Sikek…… Maksudnya SAYA BEGINI KARENA DOA IBU “.
*****
Pada tahun 1996, diwaktu saya jadi Penyuluh Pertanian di Kecamatan Pangkalan Koto Baru pada saat itu yang menjadi Camat adalah Drs.Darma Dodi (almarhum) setelah seminggu membuat data di kantor Kecamatan untuk penilaian camat tinggal lagi sebuah Expose yang akan dibagikan esok harinya kepada Tim Penilai.Waktu itu, bersama Sekretaris Camat Drs.Syaiful pergi ke Payakumbuh naik Honda untuk memperbanyak ekpose, pulangnya sudah jam 20.00 WIB dalam keadaan basah kuyub. Dan ibu saya bertanya kepada saya.
“Kenapa pulang sudah malam dan berbasah-basah,Pul” tanya ibu saya. “ Menyiapkan bahan untuk Camat besok..bu, kalau Ikhlas kita membantunya.. MANA TAHU SAYA JADI CAMAT NANTI BU” ujar saya menjawab spontan..
“Tidak ada yang tak mungkin…kalau Allah SWT Berkehendak…dan Ibu akan doakan, karena doa seorang ibu tidak pernah ditolak oleh Allah SWT , Karena salah satu do’a yang tak terhalang adalah do’a ibu untuk anak-anaknya Baik do’a tersebut adalah do’a kebaikan atau do’a kejelekan, keduanya sama-sama manjur “ Ujar Ibunda.
“Kalau begitu cobalah …ibu doakan supaya anak Ibu..Saiful ini jadi CAMAT tidak lagi jadi Penyuluh Pertanian” sambil saya mencium tangan ibunda tercinta Yuliunar.
Bismillahirrohmanirrohim.Ya Allah ya Salam ( Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang. Ketika Engkau menebar keselamatan pada malam ini,maka dahulukanlah untuk anakku ini ).Ya Rahman Ya Rohiim ( Jadikanlah ia dalam golongan orang yang selalu menerima rahmat kasih sayang-MU)
war zukhum wasian ( Yaa Allah luaskan /lapangkan rezkinya.) wa ukuluhum zakian ( Yaa Allah cerdaskan akalnya )
Ya rozaaq ya Basith (Yaa Allah Luaskan rizki dan barokah untuknya )
wa qulluhum nuran ( dan terangilah kalbunya )
wa ulumuhum kasiiron nafi ‘an (karuniakan/berikanlah ‘ilmu yg banyak dan bermanfa’at
Ya Rofii (muliakan dan tinggikan derajatnya )
Ya Malikul mulki (Jagalah dia dalam kuasaMU )
Ya Shobuur Ya Mu’iz (tambahkan kesabaran dan beningkanlah hatinya )
Amin ya Robbal ‘alamin…(Perkenankanlah Ya Allah terhadap segala apa yang dicita-citakan oleh anakku ini )
Kemudian dia memangil istriku “ Hai Rusmini !, Janganlah kalian mendo’akan hal yang buruk untuk anak-anakmu walaupun kamu sedang marah… Jaga lisanmu DARI DOA YANG JELEK untuk anakmu sendiri karena doa seorang ibu bisa terkabul sebagaimana dapat kita lihat dalam kisah JURAIJ. “ ujar ibu kepada menantunya.
Dalam buku Kisah Islami, dimana diceritakan ; suatu ketika datanglah ibu Juraij dan memanggilnya ketika ia sedang melaksanakan shalat, “Wahai Juraij.” Juraij lalu bertanya dalam hatinya, “Apakah aku harus memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan shalatku?” Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya lalu memanggil untuk yang kedua kalinya. Juraij kembali bertanya di dalam hati, “Ibuku atau shalatku?” Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya memanggil untuk kali ketiga. Juraij bertanya lagi dalam hatinya, “lbuku atau shalatku?” Rupanya dia tetap mengutamakan shalatnya. Ketika sudah tidak menjawab panggilan, ibunya berkata, “Semoga Allah tidak mewafatkanmu, wahai Juraij sampai wajahmu dipertontonkan di depan para pelacur?” Lalu ibunya pun pergi meninggalkannya.
Kemudian seorang wanita pelacur menghadap raja dalam keadaan telah melahirkan seorang anak. Raja itu bertanya kepada wanita tersebut, “Hasil dari (hubungan dengan) siapa (anak ini)?” “Dari Juraij?”, jawab wanita itu. Raja lalu bertanya lagi, “Apakah dia yang tinggal di tempat peribadatan itu?” “Benar”, jawab wanita itu. Raja berkata, “Hancurkan rumah peribadatannya dan bawa dia kemari.” Orang-orang lalu menghancurkan tempat peribadatannya dengan kapak sampai rata dan mengikatkan tangannya di lehernya dengan tali lalu membawanya menghadap raja. Di tengah perjalanan Juraij dilewatkan di hadapan para pelacur. Ketika melihatnya Juraij tersenyum dan para pelacur tersebut melihat Juraij yang berada di antara manusia.
Raja lalu bertanya padanya, “Siapa ini menurutmu?”. Juraij balik bertanya, “Siapa yang engkau maksud?” Raja berkata, “Dia (wanita tadi) berkata bahwa anaknya adalah hasil hubungan denganmu.” Juraij bertanya, “Apakah engkau telah berkata begitu?” “Benar”, jawab wanita itu. Juraij lalu bertanya, “Di mana bayi itu?” Orang-orang lalu menjawab, “(Itu) di pangkuan (ibu)nya.” Juraij lalu menemuinya dan bertanya pada bayi itu, “Siapa ayahmu?” Bayi itu menjawab, “Ayahku si penggembala sapi.”
Kontan sang raja berkata, “Apakah perlu kami bangun kembali rumah ibadahmu dengan bahan dari emas.” Juraij menjawab, “Tidak perlu”. “Ataukah dari perak?” lanjut sang raja. “Jangan”, jawab Juraij. “Lalu dari apa kami akan bangun rumah ibadahmu?”, tanya sang raja. Juraij menjawab, “Bangunlah seperti semula.” Raja lalu bertanya, “Mengapa engkau tersenyum?” Juraij menjawab, “(Saya tertawa) karena suatu perkara yang telah aku ketahui, yaitu terkabulnya do’a ibuku terhadap diriku.” Kemudian Juraij pun memberitahukan hal itu kepada mereka.”(Diriwayatkan oleh Al Bukhari)
Jadi kesimpulannya kita semua memang harus menjadi orang yang berbakti kepada orang tua ‘kita semua berada di dunia ini karena kehendak Allah dan perantaranya adalah orang tua/ibu yang telah melahirkan kita’ dan dibalik keberhasilan kita pasti ada doa dari orang tua kita.(Pulutan,Saiful Guci)