Ira Mulya Sari, Ns., Sp.Kep.An.
(Dosen Keperawatan FKep Universitas Andalas)
Peringatan Hari Kanker Anak, yang biasanya diselenggarakan pada 15 Februari, dipilih dengan makna mendalam, mengingat bulan ini diidentifikasi dengan cinta dan kasih sayang. Pesan tersebut menyuarakan bahwa dukungan kita adalah bentuk cinta kepada anak-anak yang berjuang melawan kanker. Semangat ini menciptakan suasana untuk menggambarkan kekuatan dan ketahanan anak-anak dalam menghadapi tantangan hidup yang berat. Hari Kanker Anak menjadi momen penting di mana kita bersatu untuk memahami, mendukung, dan menghargai perjuangan mereka.
Pentingnya meningkatkan kesadaran tentang prevalensi kanker pada anak-anak tidak hanya memengaruhi keluarga mereka, tetapi juga menciptakan dampak yang dirasakan oleh masyarakat secara keseluruhan. Dalam momen ini, kita diingatkan untuk bersama-sama melawan penyakit yang merenggut masa kecil anak-anak, serta untuk mendukung upaya penelitian guna mengembangkan perawatan yang lebih efektif.
Dalam beberapa dekade terakhir, kanker telah menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak di seluruh dunia. Namun, informasi yang memadai tentang insiden kanker anak-anak sulit ditemukan secara internasional. Untuk mengisi kesenjangan ini, sebuah penelitian dilakukan oleh International Agency for Research on Cancer bekerja sama dengan International Association of Cancer Registries, mengumpulkan data dari 153 registrasi kanker dari 62 negara, departemen, dan wilayah selama satu dekade penuh, dari tahun 2001 hingga 2010.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran penting tentang kejadian kanker pada anak-anak di seluruh dunia. Secara khusus, tingkat kejadian kanker pada anak-anak usia 0-14 tahun mencapai 140,6 per juta orang per tahun, sedangkan pada kelompok usia 0-19 tahun mencapai 155,8 per juta orang per tahun. Ini menunjukkan peningkatan global dibandingkan dengan data tahun 1980-an.
Leukemia menjadi jenis kanker paling umum pada anak-anak usia 0-14 tahun, diikuti oleh tumor sistem saraf pusat (CNS) dan limfoma. Pada kelompok usia 15-19 tahun, limfoma menjadi yang paling umum, diikuti oleh tumor epitelial dan melanoma. Data ini memberikan wawasan lebih mendalam tentang pola kejadian kanker pada berbagai kelompok usia, jenis kelamin, dan wilayah di seluruh dunia.
Penelitian ini menggunakan World Standard Population untuk penyesuaian umur, memastikan perbandingan yang adil antara kelompok populasi dan periode waktu tertentu. Meskipun ada variasi dalam teknik registrasi kanker, penelitian ini menekankan perlunya pemantauan dan penelitian terus-menerus untuk mengatasi variasi geografis, rasial, etnik, usia, dan jenis kelamin.
Sebagai nilai tambah, penelitian ini memisahkan pola kejadian kanker berdasarkan ras dan etnik, memberikan wawasan mendalam terutama pada populasi multi-etnik seperti di Amerika Serikat. Meskipun ada keterbatasan dalam mengklasifikasikan populasi AS ke dalam kelompok ras dan etnik, ini merupakan langkah positif dalam memahami perbedaan kanker pada populasi tersebut.
Namun, penelitian ini tidak terlepas dari kendala. Perbedaan dalam cakupan populasi antar registrasi dapat memengaruhi hasil, terutama pada kelompok usia 15-19 tahun. Keberhasilan studi ini juga bergantung pada kualitas data yang disediakan oleh masing-masing registri kanker, memerlukan tingkat kontrol kualitas yang tinggi.
Data ini diharapkan dapat mendorong penelitian lebih lanjut untuk memahami penyebab kanker anak-anak dan merancang kebijakan kesehatan yang lebih efektif. Temuan ini juga dapat berkontribusi pada pencapaian beberapa target Sustainable Development Goals terkait kesehatan anak-anak. Meskipun tantangan masih ada, penelitian ini memberikan landasan yang kuat untuk upaya global menghadapi masalah kanker anak-anak secara lebih efektif.
Penelitian ini melibatkan 153 registrasi kanker dari 62 negara, menyoroti peningkatan signifikan dalam kejadian kanker pada anak-anak selama dua dekade terakhir. Data yang dianalisis mencakup rentang waktu tahun 2001 hingga 2010 dan memberikan pemahaman mendalam tentang pola kejadian kanker pada kelompok usia 0-19 tahun secara global.
Studi ini juga mengungkapkan bahwa diagnosis kanker spesifik memerlukan fasilitas diagnostik khusus, dan perbedaan dalam jenis kelamin berdasarkan diagnosis dan usia mencerminkan perbedaan dalam kejadian penyakit. Faktor eksternal seperti tingkat perkembangan sosioekonomi, fasilitas perawatan, dan akses ke sumber daya data mempengaruhi kualitas data registri kanker.
Meskipun ada peningkatan keseluruhan dalam neoplasma terdaftar selama dua dekade terakhir, penurunan terlihat di Afrika Sub-Sahara. Faktor seperti data dari registrasi kanker nasional Afrika Selatan dan implementasi terapi antiretroviral berkontribusi pada penurunan kejadian sarkoma Kaposi.
Pentingnya data berkualitas tinggi menjadi kunci untuk merumuskan mekanisme pengendalian kanker pada populasi anak-anak di seluruh dunia. Dengan data lokal yang dapat dibandingkan secara internasional, penelitian ini menjadi landasan untuk penelitian etiologis dan kebijakan kesehatan yang efektif. Dukungan terus-menerus untuk registrasi kanker diperlukan di tingkat lokal, nasional, dan internasional untuk memastikan ketersediaan dan kualitas data yang memadai. Data yang akurat akan menyoroti signifikansi angka kejadian kanker pada anak-anak secara internasional, memberikan dasar penting untuk meningkatkan upaya pencegahan dan perawatan. Penyuluhan dan dukungan kepada keluarga juga ditempatkan sebagai kunci dalam membantu anak-anak dan keluarga mereka menghadapi perjalanan berat ini dengan lebih baik.
Dengan cahaya harapan dan inspirasi, mari kita terangi langkah-langkah mereka menuju kesembuhan dan kehidupan yang lebih baik. Kita juga diingatkan untuk menjadikan hari ini sebagai momentum untuk merangkul harapan, solidaritas, dan perjuangan bersama melawan kanker pada generasi penerus. Semoga suatu hari nanti, kita dapat merayakan kemenangan atas kanker anak dan memberikan kehidupan yang lebih baik bagi mereka.
Top of Form
Referensi:
Steliarova-Foucher, E., et al. (2017). “International incidence of childhood cancer, 2001–10: a population-based registry study.” The Lancet Oncology 18(6): 719-731.