31 C
Padang
Minggu, Februari 9, 2025
spot_imgspot_img
Beritasumbar.com

Mencintai Yang Diridhai Allah
M

- Advertisement -

Mencintai adalah sebuah anugerah yang diberikan oleh Allah yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sebagai sebaik-baiknya makhluk yang yang diciptakan, manusia memiliki sebuah keistimewaan yang membedakan dengan makhluk yang lainnya, keistimewaan tersebut adalah rasa cinta dan karena rasa cinta tersebut manusia dapat merasakan sebuah rasa yang tidak dapat diartikannya.
Manusia dapat merasakan sebuah arti kehidupan yang amat sangat istimewa, karena adanya cinta yang sudah tertancap didadanya. Kehidupan kita ini pastinya sangat menyenangkan jika kalau kehidupan kita ini sudah diselubungi dengan rasa cinta. Dan selaku kita sebagai manusia yang normal, pastinya kita sudah ataupun lagi mencintai seseorang hamba Allah. Tapi apakah kita ini tahu kalau cinta yang sedang kita alami tersebut diridhai Allah apakah sebaliknya?.
Didunia ini banyak hamba-hamba Allah yang menjalin cintanya dengan seseorang yang dicintainya, yang dimana dari rasa cinta yang ada dihatinya dia senantiasa mendapat keridhaan dan pahala dari Allah, sebagai contoh kisah cinta menantu Rasulullah SAW yaitu Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan putri baginda Rasulullah SAW yaitu Sayyidah Fatimah Az-Zahra, dimulai dari kisah pertama kali mereka berdua saling jatuh cinta.
Menjelang remaja, tumbuhlah rasa cinta Ali kepada Fatimah. Pintu hati Ali terketuk pertama kali saat Fatimah dengan sigap membasuh dan mengobati luka ayahnya, Nabi Muhammad yang luka parah karena berperang. Tapi Ali tidak bodoh. Ia adalah pemuda yang beriman. Ali berusaha untuk selalu menjaga hatinya. Ia pendam rasa cinta itu bertahun-tahun. Ia simpan rasa itu jauh di dalam lubuk hatinya dan doanya, bahkan Fatimah pun tidak pernah tahu bahwa Ali menyimpan lama rasa cinta yang luar biasa untuknya.
Hingga ketika Ali telah dewasa dan telah siap untuk menikah, maka Ali pun berniat menghadap Rasul dengan tujuan ingin melamar Fahtimah, Lantas dengan tekun Ali mengumpulkan uang untuk membeli mahar dan mempersunting Fatimah. Namun malangnya, saat sedang bersusah payah untuk membeli Mahar, sahabat nabi yaitu Abu Bakar sudah terlanjur melamar Fathimah. Hancurlah perasaan Ali saat itu. Ali sadar diri kalau Abu Bakar memiliki kualitas iman, Islam, dan kekayaan yang jauh lebih tinggi dari dirinya. Walau dikenal sebagai pahlawan Islam yang gagah berani, Ali dikenal miskin.
Namun, kesedihan Ali terhapus saat mendengar Fatimah menolak lamaran Abu Bakar. Tapi keceriaan Ali kembali sirna saat orang dekat nabi lainnya, Umar Bin Khattab meminang Fatimah. Lagi-lagi Ali hanya bisa pasrah karena dia tidak mungkin bersaing dengan Umar yang gagah perkasa. Maka Ali pun hanya bisa bertawakal kepada Allah, Ia berdoa kepada Allah semoga dikuatkan hatinya akibat derita cinta yang sedang dialaminya. Kali ini, Ali harus benar-benar ikhlas dan tegar menghadapi kenyataan itu. Namun Ali adalah pemuda yang shalih. Ia pun yakin bahwa Allah Maha Adil. Pasti Allah sudah mempersiapkan pendamping hidup baginya. Derita cinta memang menyakitkan. Aku mengutamakan kebahagiaan Fatimah diatas cintaku, bisik Ali dalam hati.
Disaat Ali merasakan derita cintanya, tak disangka-sangka, datanglah Abu Bakar dengan senyum indahnya. Dan memberitahu Ali untuk segera bertemu dengan Rasul karena ada yang ingin beliau sampaikan. Ali saat itu berpikir mungkin ia akan dipanggil untuk ikut membantu persiapan pernikahan Fathimah dengan Umar Bin Khattab.
Dengan tegarnya walau hati sedang diterpa bertubi-tubi luka akibat cinta, Ali pun bergegas segera menemui Rasulullah. Siapa sangka bahwa sayyidina Ali lah yang pilih oleh Nabi sebagai menantunya.
Dari kisah yang sangat memberi inspirasi tersebut, kita dapat memetik sebuah pelajaran, bahwa jika kalau kita mencintai seseorang kita seharusnya juga mencari keridhaan dari cinta tersebut, dengan cara tidak menjadikan rasa cinta yang kita rasakan ini menjadi jurang kemaksiatan kepada Allah, yang mana akan mejauhkan kita dari ridha Allah SWT. Jika Allah sudah meridhai cinta kita pastinya Allah yang akan menuntun kita.
Oleh:
Ach Muzemmil selaku mahasiswa semester 6 (enam) pendidikan bahasa Arab IAIN Madura

- Advertisement -
- Advertisement -

BERITA PILIHAN

- Advertisement -
- Advertisement -

Tulisan Terkait

- Advertisement -spot_img