28 C
Padang
Kamis, September 19, 2024
spot_imgspot_img
Beritasumbar.com

Manfaat Mobilisasi Dini Bagi Pasien Setelah Pembedahan
M

Kategori -
- Advertisement -

Saat ini terjadi peningkatan prevalensi kasus kegasanan pada saluran cerna diantaranya tumor intra abdomen dan kanker kolorektal. Data dari Globocan tahun 2020 mengungkapkan bahwa kanker kolorektal merupakan kanker dengan kejadian ketiga tertinggi di dunia setelah kanker payudara dan kanker paru-paru, dengan angka kejadian pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita.

Kasus kematian yang disebabkan kanker kolorektal diseluruh dunia berjumlah 935.173 orang (9.4% dari seluruh kasus kematian yang di akibatkan oleh kanker), menempati posisi kedua dengan kasus kematian terbanyak.

Data Kementrian Kesehatan RI tahun 2022 mengungkapkan kanker kolorektal menempati posisi keempat dari keseluruhan penambahan kasus baru kanker yang terdiagnosis pada tahun 2020 yaitu berjumlah 34.189 orang. 

Tindakan pembedahan menjadi penatalaksanaan paling umum yang dilakukan untuk mengatasi masalah keganasan saluran cerna, selain radiasi dan kemoterapi. Tujuan utama tindakan bedah adalah untuk memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif maupun non kuratif.

Jenis pembedahan yang dilakukan tergantung pada stadium kanker. Salah satu jenis prosedur bedah pada tatalaksana kanker kolorektal yaitu adalah dengan metode laparoskopi.

Laparoskopi adalah jenis prosedur bedah yang megakses bagian dalam perut dan panggul tanpa harus membuat sayatan yang besar di kulit. Prosedur ini juga dikenal sebagai operasi lubang kunci atau operasi invasif minimal.

Laparoskopi terdiri dari empat port, diantaranya Port 1 digunakan sebagai tempat untuk laparoskop (10 mm atau 5 mm), Port 2/ Port B yang terletak dibawah liver sedikit ke kanan ligamentum falsifarum merupakan port operasi utama. Port ini diletakkan setelah visualisasi laparoskopi dapat terlihat dengan jelas, dan dibutuhkan transiluminasi dinding abdomen hal ini bertujuan menghindari terjadinya cidera pada arteri epigastrica inferior.

Selanjutnya untuk port 3 dan 4 merupakan Port pembantu, biasanya ditempatkan pada lateral dan di bagian bawah tepi liver. Pada tindakan laparoskopi anastesi yang digunakan adalah anestesi umum (General anesthesia) (Freeman, 2016).

Hampir 75% pasien post operasi pembedahan mengalami keluhan nyeri. Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang bersifat sebjektif akibat kerusakan jaringan.

Perbedaan rentang skala nyeri pada pasien berbeda-beda mulai dari nyeri yang sangat hebat, nyeri sedang hingga nyeri ringan, ini tergantung bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri sebelumnya. Nyeri yang tidak teratasi akan berdampak pada lamanya penyembuhan, dan akan mengakibatkan lamanya waktu rawatan. 

Selain nyeri yang dirasakan pada pasien, ansietas juga menjadi hal yang selalu dikaitkan dengan tindakan operasi yang dijalani oleh pasien. Ansietas pada pasien pasca operasi merupakan fenomena yang umum terjadi dan memiliki dampak signifikan terhadap pemulihan pasien.

Ansietas ini dapat timbul dari berbagai faktor seperti ketidakpastian mengenai hasil operasi, rasa sakit pasca operasi, dan kekhawatiran tentang komplikasi. Studi yang dilakukan Wu et al tahun 2023 menunjukkan bahwa ansietas yang tinggi dapat memperburuk pemulihan, memperpanjang masa rawat inap, dan meningkatkan risiko komplikasi pasca operasi.

Selain itu, ansietas praoperasi berhubungan dengan kejadian disfungsi 5 neurokognitif perioperatif, seperti delirium pasca operasi dan disfungsi kognitif pasca operasi. Penanganan ansietas yang tepat sangat penting untuk meningkatkan hasil klinis dan kualitas hidup pasien pasca operasi. Oleh karena itu, integrasi pendekatan psikologis dalam perawatan medis harus menjadi prioritas dalam manajemen pasien pasca.

Manajemen nyeri merupakan prosedur penatalaksanaan untuk penanganan nyeri, terdapat dua manajemen dalam penanganan nyeri yaitu secara farmakologi maupun non farmakologi. Manajemen nyeri non farmakologi pada pasien post operasi laparoskopi salah satunya adalah mobilisasi dini.

The Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) protokol telah menunjukkan bahwa mobilisasi dini memainkan peran yang efektif dalam mengurangi angka kejadian komplikasi pasca operasi (Feldheiser et al, 6 2020). Penelitian yang dilakukan oleh Mortensen et al (2018) mengatakan bahwa aktivitas fisik yang terbatas pada pasien post operasi abdomen (laparoskopi) dikaitkan dengan tingkat nyeri yang tinggi.

Mobilisasi dini bertujuan mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka, membantu pernapasan menjadi lebih baik, mempertahankan tonus otot, memperlancar eliminasi, mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian. 

Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan oleh pasien post operasi laparoskopi seperti membalikkan badan di tempat tidur serta menggerakkan lengan dan kaki dengan teratur. Beberapa latihan di tempat tidur yang termasuk dalam daftar aktivitas diantaranya:

Membalikkan tubuh

Latihan lengan dan kaki dari kanan ke kiri

Menaikkan dan menurunkan kaki

Menyatukan kedua kaki

Menekuk lengan dan kaki dan menggerakkan kaki seperti bersepeda. 

Latihan seperti ini tidak terlalu melelahkan bagi pasien dan mudah untuk dilakukan dengan bantuan orang lain seperti keluarga dan perawat. Tidak hanya untuk mengurangi nyeri, mobilisasi dini yang melibatkan aktivitas fisik segera setelah operasi, telah terbukti efektif dalam mengurangi ansietas pada pasien pasca operasi.

Mobilisasi dini dapat membantu mengurangi rasa sakit, meningkatkan sirkulasi darah, dan mencegah komplikasi seperti trombosis vena dalam (DVT). Studi oleh Liu et al (2023) menunjukkan bahwa pasien yang melakukan mobilisasi dini melaporkan tingkat ansietas yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang tetap imobilisasi. Manfaat mobilisasi dapat meningkatkan produksi endorfin, yang berfungsi sebagai penekan alami rasa sakit dan penenang pikiran.

Dengan bergerak lebih awal, pasien merasa lebih terlibat dalam proses pemulihan mereka, yang dapat meningkatkan rasa kontrol dan mengurangi ansietas. Dalam konteks ini, program rehabilitasi yang mencakup mobilisasi dini harus diintegrasikan dalam perawatan pasca operasi untuk meningkatkan pemulihan fisik dan psikologis pasien.

Ini dapat dilakukan dengan latihan ringan yang diawasi oleh tenaga medis, seperti berjalan singkat atau latihan pernapasan dalam yang dapat disesuaikan dengan kondisi individual pasien.

Oleh: Ns.Mulyanti Roberto Muliantino, M.Kep

Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

- Advertisement -
- Advertisement -

BERITA PILIHAN

- Advertisement -
- Advertisement -

Tulisan Terkait

- Advertisement -spot_img