23 C
Padang
Jumat, September 13, 2024
spot_imgspot_img
Beritasumbar.com

Mengenal Cara Ibu Berperan Ganda Dalam Menangani Komunikasi Konflik Keluarga Saat Pandemi COVID-19
M

Kategori -
- Advertisement -

Oleh: Athifa Nabila Risti, S.I.Kom., M.I.Kom
Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Dharma Andalas

Ibu berperan ganda dalam arti memiliki peran domestik sebagai ibu rumah tangga dan peran publik sebagai pengusaha kuliner mengeluh tentang betapa sulitnya menjalankan kedua peran tersebut di tengah pandemi COVID-19 yang menyebabkan sering terjadinya masalah komunikasi atau konflik dalam rumah tangga. Seperti menjadi kerap mempermasalahkan hal-hal sepele dengan pasangan, saling berselisih paham, terutama persoalan keuangan akibat pengeluaran lebih banyak dari penghasilan sebagai dampak dari pandemi. Masing-masing peran tersebut memerlukan upaya yang besar untuk menghadapi tekanan dan tantangan di dalamnya termasuk dalam penanganan komunikasi konflik keluarga, sebab komunikasi merupakan kebutuhan pokok manusia dalam menjalani kehidupan terutama dalam keluarga.
Pada artikel ini terdapat 12 tema atau cara penanganan komunikasi konflik konflik keluarga baik dengan suami maupun anak selama masa pandemi COVID-19 dari hasil wawancara 10 orang informan. Adapun 12 cara penanganan komunikasi konflik keluarga saat pandemi COVID-19 sebagai berikut:
1. Diam
Diam bagi beberapa ibu memiliki arti mengalah. Dengan mengambil langkah diam dan mengalah memungkinkan mereka untuk lebih mementingkan kehendak suaminya dibandingkan dengan dirinya sendiri demi tidak membesarkan permasalahan yang ada di dalam konflik. Sedangkan yang lain memilih diam bukan hanya sekedar untuk mengalah, namun bermaksud mendengarkan setiap keinginan suaminya agar ia dapat menyamakan persepsi. Cukup berbeda dengan informan lainnya yang dimana dirinya diam saat pertama kali menangani komunikasi konflik keluarga untuk memproses emosinya yang berantakan dengan amarahnya sehingga ia terkejut dan kehabisan kata-kata.
2. Menahan Diri
Terdapat beberapa ibu yang menahan dirinya dengan mengalah ketika menangani komunikasi konflik sebagai upaya menghindari kesalahan yang sama di masa lalu saat dirinya selalu membantah perkataan suaminya yang berakhir pada pertengkaran di depan anak-anaknya dan nyaris meruntuhkan rumah tangganya. Berbeda dengan sebelumnya, ada juga ibu yang menahan diri dari amarahnya dalam berusaha untuk menghilangkan perasaan kesal di dadanya. Mereka pun menyatakan bahwa dalam menangani komunikasi konflik keluarga menahan diri menjadi bagian penting agar dapat memilah-milah perasaan terlebih dahulu dengan tidak langsung segera mengeluarkan emosi dan amarah yang berujung pada penyesalan.
3. Menghindar
Pada artikel ini para ibu berperan ganda yang memilih menghindar bukan untuk selamanya menghindari penyelesaian masalah, namun bagi mereka menghindar yang dimaksud ialah untuk sementara menjauh dari orang-orang agar dapat menenangkan diri ataupun berpikir kembali tentang apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang ada. Seperti seorang ibu yang menghindari rumahnya untuk pergi jalan-jalan atau ke tempat saudaranya demi menenangkan dirinya. Begitu pula dengan informan lainnya yang terlebih dahulu menghindar dan menjauh untuk pergi ke dalam kamarnya sembari menenangkan diri seperti memainkan telepon genggam mereka ataupun hanya tidur untuk meredakan suasana hati mereka yang porak-poranda akibat konflik yang mereka alami sebelumnya. Lalu, baru lah mereka mencoba untuk berpikir mencari solusi dari permasalahannya.
4. Menenangkan Diri
Selanjutnya tema yang ada dalam penelitian ini ialah menenangkan diri yang pernah disebutkan sebelumnya di atas, sebab pada tema menghindar beberapa informan tentunya bermaksud agar menenangkan dirinya saat menghindari banyak orang walaupun untuk sesaat saja. Seperti beberapa ibu dengan lugas menyatakan bahwa mereka membutuhkan ketenangan pikiran saat menghindar atau menjauh dari yang lain ke dalam kamarnya agar dapat berupaya untuk berpikir kembali mencari solusi dari konflik mereka.
5. Berpikir Mencari Solusi
Berpikir mencari solusi menjadi tema penting selanjutnya sebagai cara menangani komunikasi konflik keluarga, karena setiap informan tentunya mesti berpikir terlebih dahulu untuk mencari solusi penyelesaian masalah yang ada. Seperti beberapa informan sebelumnya yang pada mulanya berdiam diri, namun dengan maksud sembari berpikir mencari cara bagaimana menyelesaikan konflik tanpa harus melewati pertengkaran maupun perdebatan kembali. Sama halnya dengan informan lainnya yang turut berpikir dan bertanya-tanya tentang cara sesegera mungkin menyelesaikan konflik yang terjadi tanpa harus berlama-lama bermusuhan.
6. Berhati-hati Memilih Kata
Berhati-hati memilih kata dinyatakan oleh beberapa ibu sebagai upaya selanjutnya dari berpikir mencari Solusi, ia pun juga harus memikirkan cara memilah kata-kata saat akan menyampaikan apa yang telah dipikirkan sebelumnya. Proses ini yang biasanya disebut sebagai encoding atau penyandian yang merupakan cara menyampaikan apa yang ada dalam hati atau pikirannya. Oleh sebab itu, informan lainnya walaupun tidak menyatakan secara eksplisit tetapi banyak dari mereka mengisyaratkan bahwa mereka harus berhati-hati dan berpikir dahulu terhadap apa yang akan disampaikan, sebab komunikasi pun bersifat irreversible atau tidak dapat diambil kembali apa yang telah disampaikan kepada penerima pesan
7. Penyampaian Lemah Lembut
Beberapa ibu menyatakan secara lugas bahwa dalam menangani komunikasi konflik tentu apa yang disampaikan menjadi hal penting terutama cara menyampaiakannya yang secara lemah lembut demi tidak menuai pengulangan konflik kembali. Cara penyampaian lemah lembut ini dilakukan setelah berhati-hati memilih kata karena setelah proses encoding tersebut tentunya pesan harus dikomunikasikan oleh informan. Beberapa informan lain pun turut mengisyaratkan bahwa mereka mesti sehalus mungkin menyampaikan nasihat terutama kepada anak-anaknya agar tidak memicu isak tangis dari anak-anak mereka.
8. Belajar Memahami
Cara atau tema ini disebutkan secara lantang oleh beberapa ibu sebagai upaya menangani komunikasi konflik keluarga, sebab menurutnya bahwa setiap anggota keluarga baik suami maupun anak-anak harus saling mengerti terutama pada kekurangan masing-masing demi mencapai pemahaman bersama. Sementara itu, informan lainnya pun secara implisit turut menyatakan saat saling terbuka menyampaikan pendapat tentunya memahami terlebih dahulu lawan bicara mereka dalam menyelesaikan permasalahan dari konflik.
9. Keterbukaan
Keterbukaan sangat dibutuhkan dalam menangani komunikasi konflik keluarga, hal ini dinyatakan oleh seluruh informan baik secara eksplisit maupun implisit. Beberapa ibu secara lantang mengungkapkan bahwa mereka sangat terbuka kepada suaminya baik dalam keadaan suka maupun duka, termasuk berbagai permasalahan yang ada mereka menyatakan bahwa tidak ada yang perlu disembunyikan dan merasakan kelegaan tersendiri jika telah menyampaikan unek-unek atau segala hal yang terjadi.
10. Deep Talk
Cara atau tema ini turut berkesinambungan dengan tema sebelumnya yaitu belajar memahami dan keterbukaan. Deep talk atau pembicaraan yang mendalam dapat dilakukan setelah para informan belajar memahami anggota keluarganya dan harus saling terbuka satu sama lain, karena tanpa keterbukaan deep talk tidak mungkin dapat terjadi. Seperti yang dinyatakan oleh beberapa ibu bahwa dalam menangani komunikasi konflik lebih baik dilakukan dengan memulai pembicaraan yang mendalam demi segala yang ingin diperbincangkan dapat tersampaikan termasuk unek-unek dan kekurangan masing-masing dengan harapan tidak ada lagi permasalahan ataupun dendam yang tertinggal
11. Berkompromi
Berkompromi merupakan cara atau tema penting lainnya, seperti beberapa ibu langsung memilih kompromi berdua dengan suaminya demi menyelesaikan permasalahannya. Sedangkan lainnya terlebih dahulu berdiam diri dan berpikir mencari solusinya kemudian mulai melakukan kompromi dengan mencari jalan tengah dari suatu permasalahan. Oleh karena itu, setelah berkompromi para informan menyatakan kepuasannya dan bersyukur karena tidak saling egois satu sama lain dalam memenangkan keinginan sendiri serta dapat menyatukan pendapat masing-masing yang berujung pada kesepakatan.
12. Membuat Kesepakatan
Cara terakhir pada artikel ini berhubungan dengan berkompromi yaitu membuat kesepakatan yang diungkapkan secara eksplisit oleh beberapa informan. Dimana saat mereka berkompromi harus membuat semacam kesepakatan yang jelas demi tidak merugikan salah satu pihak seperti kesepakatan berbisnis dengan suaminya, serta untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, yang dapat memicu konflik kembali seperti salah seorang ibu yang perlu membuat perjanjian dengan suaminya.
Dari uraian tentang kedua belas tema atau cara tersebut dapat disimpulkan bahwa bagi ibu berperan ganda sebagai pengusaha kuliner dan ibu rumah tangga, bahwa penanganan komunikasi konflik dalam keluarga pada esensinya merupakan tindakan pengendalian diri yang didasarkan pada keterbukaan agar dapat memahami dalam perbincangan mendalam yang turut diatasi dengan berhati-hati dalam penyampaian demi mencapai kesepakatan.

- Advertisement -
- Advertisement -

BERITA PILIHAN

- Advertisement -
- Advertisement -

Tulisan Terkait

- Advertisement -spot_img