Skizofrenia merupakan salah satu gangguan mental yang membutuhkan perawatan intensif dan berkelanjutan, tidak hanya dari segi medis, tetapi juga dari segi dukungan emosional dan psikologis bagi pasien dan keluarganya. Dalam konteks ini, peran seorang caregiver, terutama dari keluarga pasien, menjadi sangat krusial. Namun, peran ini seringkali menimbulkan berbagai tantangan yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis mereka.
Namun, peran sebagai caregiver untuk pasien skizofrenia tidaklah mudah. Tanggung jawab yang besar ini kerap menimbulkan tekanan yang signifikan, baik secara fisik maupun emosional. Caregiver dihadapkan pada berbagai tantangan, mulai dari kebutuhan untuk menyediakan perawatan medis, mendukung stabilitas emosional pasien, hingga menghadapi stigma sosial yang melekat pada gangguan mental. Semua ini dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis caregiver, yang jika tidak ditangani dengan baik, dapat berdampak negatif pada kesehatan mereka sendiri serta kualitas perawatan yang diberikan kepada pasien.
Salah satu penelitian terbaru yang menarik perhatian adalah penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Fakultas Keperawatan Universitas Andalas, yang bertujuan untuk mengetahui kesejahteraan psikologis caregiver dalam merawat pasien Skizofrenia. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross-sectional, yang melibatkan seluruh keluarga pasien yang merawat pasien dengan skizofrenia. Hasil penelitian menunjukkan adanya Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kejadian kesejahteraan psikologis pada kategori baik yaitu sebanyak (71,0 %) dibandingkan dengan kesejahteraan psikologis pada kategori kurang baik (25,0 %). Dari uji statistik didapatkan nilai pvalue = 0,000 yang berarti ada hubungan kesejahteraan psikologis caregiver dalam merawat pasien skizofrenia
Kesimpulan dari penelitian ini menegaskan pentingnya mendukung kesejahteraan psikologis caregiver dalam merawat pasien skizofrenia. Dengan meningkatkan keyakinan diri mereka dalam merawat pasien skizofrenia, diharapkan kesejahteraan psikologis mereka juga dapat terjaga, yang pada akhirnya akan berdampak positif pada kualitas perawatan yang diberikan kepada pasien.
Penelitian ini membuka ruang diskusi lebih lanjut tentang perlunya intervensi yang dirancang khusus untuk meningkatkan kesejahteraan caregiver, baik melalui pelatihan, dukungan psikologis, maupun program-program lain yang mendukung peran mereka. Dengan demikian, kesejahteraan tidak hanya terbatas pada pasien skizofrenia, tetapi juga meluas kepada para caregiver yang berjuang mendampingi mereka.
Artikel selengkapnya dapat diakses pada DOI: https://doi.org/10.32584/jikj.v6i3
Oleh:Ns. Yuanita Ananda, M.Kep
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
