Walikota Payakumbuh Riza Falepi, meminta seluruh warga kota tak perlu resah dengan isu beredarnya beras plastik pada beberapa daerah di Pulau Jawa. Pemerintah kota melalui Kantor Ketahanan Pangan, sejak isu tersebut merebak di TV nasional, sudah menurunkan tim pemantau ke lapangan. Payakumbuh dinyatakan aman dari ancaman beredarnya beras plastik itu.
Ditemui di Balairung di rumah dinas kediaman Walikota Payakumbuh, Minggu (24/5), Riza Falepi, mengaku sudah mendapat laporan dari Kepala Kantor Ketahanan Pangan kota ini, Ir. Antoni Jaya, bahwa beras bercampur plastik tidak beredar di Payakumbuh. Selama sepekan terakhir, jajaran Kantor Ketahahan Pangan sudah turun ke lapangan, mengecek langsung kondisi beras yang dijual agen penyalur dan pedagang pengecer. “Alhamdulillah, seluruh beras yang beredar tak bercampur dengan beras plastik,” tegasnya.
Dikatakan, ke depan, petugas Kantor Ketahanan Pangan Payakumbuh, akan terus memantau kondisi beras yang dijual pedagang di pasar tradisional Payakumbuh. Minimal, sekali sepekan, petugas yang ditunjuk, akan memonitor beras yang dijual itu. Walikota Riza Falepi, mengajak pedagang di kota ini, jangan ikut-ikutan menjual beras plastik itu, ingatnya.
Keterangan Kepala Kantor Ketahanan Pangan, Antoni Jaya, dengan jumlah penduduk kota yang sudah mendekati angka 123 ribu jiwa, kebutuhan beras di Payakumbuh hanya berjumlah 14,76 ton per tahun. Dengan asumsi, setiap jiwa mengkosumsi beras 120 Kg/tahun.
Sementara itu, produksi beras Payakumbuh sudah mendekati 25,55 ton per tahun. Dengan demikian, produksi beras di Payakumbuh, boleh dikatakan sudah surplus sekitar 9 ton lebih. Karena itu, kemungkinan beras dicampur dengan beras plastik di Payakumbuh sebuah yang mustahil. Namun, untuk berjaga-jaga, sambil melakukan sosialisasi, Kantor Ketahanan Pangan di Payakumbuh tetap melakukan monitoring ke pasar, sebutnya.
Di bagian lain dikatakan, bersama TP-PKK Payakumbuh, dipimpin Ketua TP-PKK Ny. Dr. Henny Riza Falepi, pihaknya juga telah melakukan kegiatan deversifikasi pangan, mengajak kader PKK dan ibu rumah tangga, mengurangi kosumsi beras dan beralih ke pangan lokal, seperti jagung dan ubi-ubian. Kegiatan deversifikasi pangan itu, katanya, akan terus dilakukan, dengan memanfaatkan lahan pekarangan pada setiap rumah penduduk atau dengan menanamnya dalam polybag.