Dharmasraya – Di kampus Fakultas Pertanian (Faperta) Unand, siapa yang tidak kenal dengan nama Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhajati Hakim. Urang Simawang, Kabupaten Tanah Datar, ini dikenal sebagai dosen yang rendah hati dan dekat dengan mahasiswa.
Bahkan Guru Besar Faperta Unand itu telah melahirkan banyak orang hebat di daerah ini. Mulai dari pejabat, anggota dewan, juga guru besar lainnya. Beberapa anak didiknya di antaranya bahkan masih aktif sebagai pejabat negara saat ini.
Wamendikbud Prof. Musliar Kasim yang juga mantan Rektor Unand adalah anak didiknya. Wali Kota Padang Mahyeldi, SP pun begitu. Sama halnya dengan Bupati Dharmasraya Ir. H. Adi Gunawan, MM, yang juga pernah ikut merasakan kuliah dengan wanita pertama di Indonesia yang meraih gelar doktor di Bidang Ilmu Tanah itu.
Bahkan bagi Bupati Dharmasraya, Prof. Nurhajati bukan sekedar dosen yang telah mengantarnya menjadi seorang insinyur pertanian. Bagi Adi Gunawan dan Kabupaten Dharmasraya, dosen yang pernah meraih penghargaan peneliti terbaik dari Universitas Kentucky, USA, itu memiliki jasa besar terhadap pembangunan pertanian di Bumi Cati nan Tigo.
Sejumlah penelitiannya selama bertahun-tahun terhadap kesuburan tanah di Dharmasraya terutama daerah eks transmigran, telah memberikan dampak yang nyata.
Betapa tidak? Kawasan Sitiung yang dulu dikenal gersang dengan tanahnya yang masam, kini menjadi salah satu daerah penyangga beras terbesar di Sumbar. Dharmasraya bahkan mampu surplus beras setiap tahun.
“Bagi Dharmasraya, jasa beliau sangat besar. Sebagai daerah pertanian, hasil penelitiannya masih terus dipakai dan dikembangkan untuk mengatasi keasaman tanah lahan pertanian,” ujar Adi.
Prof. Nurhajati mengenal Sitiung sejak daerah itu dijadikan sebagai kawasan transmigrasi. “Sejak 1977 saya sudah mengenal Sitiung. Waktu itu masih gabung dengan Sijunjung. Saya meneliti tentang tanah masam di sana,” ujarnya saat memberikan Orasi Purna Bakti di Hall Convention Centre Unand, beberapa waktu lalu.
Dengan penelitian menggunakan teknik pengapuran, didapat dosis dan takaran yang tepat untuk mengatasi tanah yang masam di Sitiung. Sehingga perlahan masalah mulai teratasi dan para transmigran saat itu tak lagi putus asa.
‘Hubungan emosional’ Prof. Nurhajati dengan Dharmasraya tak berhenti sampai di situ. Tahun 1979, saat menempuh program doktor di IPB Bogor, dirinya kembali melanjutkan penelitian di Sitiung. Dirinya bahkan tinggal berbulan-bulan di kawasan hutan di daerah Sitiung III. “Saya ingat betul, padahal saat itu harimau sedang mengganas di Sitiung,” tuturnya.
Bolak-balik Sitiung-Bogor untuk melanjutkan penelitian tanah masam dengan teknologi pengapuran terpadu (TPT) tak membuatnya lelah. Selama berbulan-bulan, tanaman jagungnya memberikan hasil yang baik mencapai 5 ton/Ha.
Penerapan penggunaan kapur+pupuk sintetik+bahan organik yang ditemukannya menghasilkan ramuan jitu untuk mengatasi tanah masam. Hasil penelitian itu kemudian dirangkumnya menjadi buku yang hingga kini telah menjadi acuan terutama bagi Kementerian Pertanian dan Kementerian Transmigrasi, untuk diterapkan pada kawasan transmigrasi di Indonesia. Bahkan hingga saat ini, dirinya masih kerap ke Dharmasraya untuk meneliti tanah di sana.
Kini, di usianya yang memasuki 70 tahun, tugas Prof. Nurhajati sebagai ‘guru’ sebagaimana cita-citanya sejak kecil, telah tuntas. Dirinya telah bisa menikmati masa tua dengan fokus pada keluarga. “Terima kasih atas pengabdian selama ini, baik bagi Unand maupun bagi Sumatera Barat. Kami berharap, Prof. Nurhajati tidak lelah untuk memberikan sumbangsih dan saran pada kami,” ungkap Gubernur Sumbar H. Irwan Prayitno yang hadir pada acara itu.
Penyampaian Orasi Purna Bakti itu sendiri merupakan yang pertama kali digelar di Unand. Beberapa kepala daerah di antaranya Bupati Tanah Datar, Bupati Dharmasraya, dan Wali Kota Padang, termasuk Wamendikbud Prof. Musliar Kasim juga hadir.
Meski bukan orang Dharmasraya, bagi Prof. Nurhajati, Dharmasraya adalah sepenggal kisah hidupnya yang akan selalu dikenang. Sedangkan bagi anak didiknya, semangat wanita yang pernah menjadi anggota MPR itu tak boleh lekang dan mesti dilanjutkan. Judul orasinya ‘pantang menyerah menggapai cita-cita’ menyiratkan pesan bahwa anak desa pun bisa berbuat.
“Begitu pun bagi kami, Prof. Nurhajati adalah sosok penting yang berjasa bagi pembangunan pertanian di Dharmasraya. Selalu ada tempat untuk beliau,” ungkap Bupati Dharmasraya. (YT/Humas)