Oleh: Faldo Maldini (Mantan Ket.BEM UI & PPI UK)
Bekerja, yang dipahami sebagian (atau bahkan banyak) orang sebagai aktivitas pergi jam X pulang jam Y, menerima gaji pada tanggal Z pada sebuah kantor berlabel XYZ dan itu berjalan menjadi rutinitas. Namun, ada sebagian orang lagi mendefinisikan bekerja dengan menjadi pebisnis dengan cita-cita besar bisa menaklukkan uang dengan pola aktivitas bisa lebih padat dari mainstream atau bisa juga lebih lowong. Ya, begitulah bekerja dipahami secara garis besar di lingkungan kita 🙂
Namun untuk diri saya sendiri, impian saya tentang kantor dan bekerja sudah saya buang jauh jauh ketika mendefinisikan kembali bekerja itu seperti apa.
Fase Hidup yang Harus Dijalani
Setelah dipikir ulang, bekerja adalah fase hidup yang harus dijalani manusia pasca selesai sekolah (pun beres doktor). Mau namanya punya usaha sendiri, namanya juga bekerja. Suka tidak suka, bekerja perlu terus dilakukan untuk melanjutkan hidup (memenuhi kebutuhan hidup), kecuali ada yang bisa menanam pohon uang sehingga bisa hongkang-hongkang kakisambil tidur-tiduran.
Jadi memang pada akhirnya, jika ada seseorang ada yang mau bilang “Gw gak mau hidup dengan kerja” mungkin kerja yang dimaksud adalah kerja yang dipahami banyak orang, yakni berupa rutinitas seperti yang saya sampaikan pada awal tulisan ini.
Memang, ada kerja yang berupa rutinitas yang bisa jadi membosankan. Namun bukan berarti itu hal yang buruk. Dulu, saya merupakan orang yang mengutuk aktivitas rutinitas membosankan, namun pada akhirnya saya pun memperbaiki pola pikir saya ketika mendengarkan banyak cerita dari kawan yang bekerja seperti itu. Bagi mereka itu pun menyenangkan. Saya menikmati cerita-cerita bagaimana challenge di kantor yang mereka hadapi yang juga tak kalah menantang dengan cerita orang-orang yang merintis usahanya dengan bisnis.
Pada titik ini saya pun berkesimpulan
Tidak ada yang lebih keren di antara kerja kantoran/luar kantoran (bisnis atau usaha sendiri). Semua tergantung bagaimana kita menikmati dan mensyukurinya
Bekerja = Bermain?
Mungkin ini yang menjadi keyakinan saya saat ini. Bekerja tak jauh beda dengan bermain. Asumsi asumsi tentang kerja menjadi “BERAT” tatkala dibicarakan dengan Professor. Membicarakan bekerja menjadi “SULIT” ketika bertemu CEO perusahaan besar. Tak jarang pula diskusi tentang kerja menjadi “RUMIT” jika dibicarakan dengan orang yang lebih tua.
Namun, untuk saat ini saya mencoba memaknai bekerja dengan definisi sendiri. Yakni memaknainya sebagai sebuah arena… sebuah tempat bermain
Working space is a playground
Terminologi playground bisa menjadi sebuah ceruk ketika kita menganggap pekerjaan itu membosankan, tidak ada peningkatan kapasitas diri dan terasa melelahkan.
A playground… Tempat untuk bermain bersama teman-teman dan tim. Di tempat kerja kita bermimpi, berimajinasi dan berinovasi. Pun ada rutinitas yang dijalani, hal itu tidak mematikan waktu waktu untuk bermimpi tentang hal ideal yang ingin kita capai, Indonesia yang ingin kita wujudkan, tidak menghambat kita mendobrak stagnansi dan status quo yang sedang berjalan di dunia ini.
A playground… Menganggap tim yang membersamai kita adalah teman main bareng.Dimana kita bisa saling belajar, saling bertanya, saling memberitahu, dan saling berbagi mimpi. Mimpi yang akan kita wujudkan dengan tangan kita sendiri dan bersama tim. Semuanya tumbuh bersama, bukan hanya untuk Bos nya, tapi juga tim nya. Setidaknyaplayground yang menjadi tempat bekerja ini memberi leverage bagi setiap orang yang ada di dalamnya
A playground… Ya, begitulah tentang bekerja yang saya maknai hari ini. Pun juga ketika kuliah dan melakukan penelitian sebagai pekerjaan, rasa-rasanya jika dianggap beban akan menghasilkan sesuatu yang tidak oke. Namun, ketika dianggap seperti bermain, masuk Lab dari jam 8 pagi dan pulang jam 11 malam (dan itu berjalan selama 1 minggu) rasanya bukan menjadi masalah. Dan tak jarang hasil yang didapatkan pun sangat baik
Karena kita menganggapnya seperti bermain. Ada rasa bahagia yang hadir selayaknya seperti yang kita tau saat orang-orang (anak kecil) yang bermain.
Maka dari itu kawan..
Jadikanlah apa-apa yang kita kerjakan bagaikan mainan kita. Ciptakan tempat kerja yang memungkinkan kita semua bagaikan sedang “bermain”. Setidaknya dengan begitu kita akan bahagia dan tidak takluk oleh lingkungan sekitar kita 🙂
Selamat bermain! 🙂