Oleh : Ryan Budi Setiawan (Dosen Fakultas Pertanian Unand)
Libatkan 21 Orang Mahasiswa dalam Eksplorasi, Tim Peneliti Berhasil Temukan 30 Spesies Anggrek di UNAND
Indonesia dikenal sebagai negara megabiodiversity karena memiliki keanekaragaman spesies flora dan fauna yang tinggi. Berbagai macam ekosistem yang menjadi habitat flora dan fauna tersebut tersebar secara luas hampir di seluruh wilayah indonesia, misalnya ekosistem pantai/terumbu karang, ekosistem hutan bakau, ekosistem rawa, dan ekosistem hutan hujan tropis. Beberapa penelitian melaporkan bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua setelah brazil terkait dengan kekayaan biodiversitas dan diperkirakan memiliki tingkat keanekaragaman sekitar 20 persen dari jumlah spesies yang ada di Bumi. Nilai biodiversitas ini bisa saja mengalami perubahan baik naik maupun turun. Kenaikan terjadi jika ditemukan spesies-spesies baru di alam, dan penurunan terjadi akibat kepunahan. Oleh karena itu, keberadaan biodiversitas ini harus dilestarikan agar tidak terjadi ketidakseimbangan di dalam ekosistem, penurunan bahkan kepunahan spesies
Salah satu jenis flora dengan biodiversitas tinggi adalah anggrek. Anggrek (Orchidaceae) merupakan salah satu flora yang banyak mendapat perhatian karena memiliki beragam keunikan yang menjadikannya sangat menarik. Laporan menyatakan bahwa anggrek menyumbang 10% dari total tumbuhan berbunga yang ada dunia dan Indonesia memiliki sekitar 6.000 spesies dari 25.000 spesies anggrek yang ada di dunia.
Anggrek memiliki potensi ekonomi yang besar sebagai komoditas di sektor tanaman hias. Ukuran, corak dan warna bunga yang bervariasi merupakan keunggulan anggrek, sehingga salah satu jenis anggrek bulan (Phalaeonopsis amabilis) ditetapkan sebagai puspa pesona berdasarkan Kepres RI No. 4 Tahun 1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional bersama dengan Melati dan Bunga Bangkai.
Anggrek spesies/alam merupakan sumber plasma nutfah yang dapat dimanfaatkan untuk perakitan varietas unggul anggrek. Keberadaannya sebagai materi genetik sangat penting sehingga berkurangnya spesies anggrek akan menjadi masalah pada program pemuliaan tanaman. Penurunan keanekaragaman anggrek dapat terjadi akibat beberapa faktor, diantaranya : kerusakan habitat karena pembukaan hutan untuk pertanian, perkebunan, pertambangan dan pemukiman; bencana alam seperti kebakaran hutan, gunung meletus, banjir dan longsor; dan eksploitasi berlebihan anggrek di habitat.
Oleh karena itu pelestarian anggrek melalui kegiatan konservasi penting untuk dilakukan. Tahap pertama dalam konservasi adalah melakukan eksplorasi dengan tujuan mencari keberadaan keanekaragaman hayati, kemudian dilanjutkan ke tahap karakterisasi/identifikasi, inventarisasi dan koleksi untuk konservasi secara ex-situ (diluar habitat asli).
Sebagai langkah awal kegiatan konservasi anggrek alam maka tim peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Andalas telah melakukan eksplorasi untuk mencari keberadaan anggrek alam. Kegiatan eksplorasi yang melibatkan sekitar 21 mahasiswa selama 1 bulan kegiatan ini dilakukan di area kampus Universitas Andalas hingga kawasan kebun percobaan Fakultas Pertanian yang berbatasan langsung dengan hutan primer.
Dr. Dini selaku tim peneliti menyampaikan bahwa kegiatan eksplorasi ini sengaja melibatkan cukup banyak mahasiswa agar pembelajaran teori di kelas bisa sinkron dengan keadaan langsung di lapangan. “, Kami ingin mahasiswa memahami materi tentang keanekaragaman hayati secara komprehensif melalui kegiatan pengamatan langsung di lapangan. selain menambah pemahaman, kegiatan ini diharapkan juga membangun jiwa peneliti kepada mahasiswa”.
“, Selain itu, kegiatan penelitian yang melibatkan mahasiswa ini juga menjadi salah satu program pada pendidikan tinggi saat ini yaitu Merdeka Belajar Kampus Merdeka”, tambah beliau.
Dari hasil kegiatan eksplorasi yang dilakukan, tim peneliti berhasil menemukan sekitar 30 spesies anggrek yang terkelompok pada beberapa genus.
Nanda sebagai salah satu tim peneliti menyatakan “, spesies anggrek yang ditemukan secara umum dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan habitatnya yaitu anggrek epifit yang tumbuh menempel pada pohon dan anggrek tanah yang tumbuh di tanah. Anggrek yang ditemukan dikelompokan pada beberapa genus yaitu, Bulbophyllum, Coelogyne, Agrostophyllum, Eria, Cymbidium, Oncidium, Vanda, Renathera, Acriopsis, Dendrobium, Grammatophyllum, Oberonia, Papilionanthe, Apendiculata, Microsaccus, Pomatocalpa, Cylindrolobus, Spathoglottis, Phaius.
“, Sebagian besar anggrek yang ditemukan belum memasuki fase generatif/pembungaan. Sehingga hal ini memberikan kesulitan tersendiri dalam mengidentifikasi spesies anggrek yang memang menjadikan bunga sebagai penciri spesifiknya”, Ujar Dian salah seorang tim peneliti.
“,Namun begitu identifikasi berdasarkan karakter vegetatif masih dapat dilakukan untuk membedakan setiap spesies”. Dari semua spesies yang ditemukan terdapat dua spesies anggrek dengan bunga yang menarik dari segi warna dan ukuran bunga yaitu spesies Cymbidium bicolor dengan warna bunga merah tua dan putih kekuningan pada petalnya dan Grammatophyllum stapeliiflorum dengan ukuran bunga besar berwarna ungu kehitaman”, imbuhnya
Rahmi yang juga tim peneliti menyatakan “, Pengamatan juga dilakukan terhadap ukuran anggrek. Dari hasil eksplorasi, salah satu spesies Dendrobium memiliki ukuran yang kecil dengan panjang daun dan pseudobulb kurang dari 4 cm dan terdapat salah satu anggrek terbesar di dunia yaitu Grammatophyllum spesiosum “.
Beberapa spesies anggrek yang ditemukan mampu menghasilkan buah dengan ukuran yang bervariasi mulai dari seukuran kelereng hingga seperti pisang lilin. Beberapa laporan penelitian menyatakan bahwa buah anggrek berisi ribuan bahkan puluhan ribu biji yang berbentuk seperti tepung.
“,Meskipun jumlah biji anggrek sangat banyak namun viabilitasnya rendah disebabkan cadangan makanan benih tidak mencukupi untuk berkecambah. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab penyebaran anggrek di alam terbatas. “,Biasanya perkecambahan biji anggrek di alam dibantu oleh simbiosis dengan mikoriza atau dikecambahkan menggunakan teknik kultur jaringan”, Ujar Prof Irfan
Agil juga menambahkan bahwa “, Dalam mendukung upaya konservasi maka buah anggrek yang ditemukan akan dikecambahkan menggunakan teknik kultur jaringan sehingga dapat diperbanyak secara massal”
Kedepan tim peneliti akan mengidentifikasi dan mengkoleksi semua anggrek yang ditemukan sehingga dapat dilestarikan keberadaannya.