Oleh : Sovia Susianty
Dosen Fakultas Keperawatan Unand
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, telah menjadi tantangan kesehatan global yang mengancam masyarakat di berbagai belahan dunia. Menurut definisi, seseorang dianggap menderita hipertensi jika tekanan darah sistoliknya mencapai 140 mmHg atau lebih, dan/atau tekanan darah diastoliknya mencapai 90 mmHg atau lebih dalam tiga kejadian terpisah. Hipertensi bukan hanya merupakan faktor risiko kematian, tetapi juga penyebab komplikasi serius, seperti serangan jantung dan stroke. Komplikasi lain yang mungkin terjadi termasuk kerusakan ginjal dan retinopati (Tjay & Rahardja, 2010).
Manajemen hipertensi secara umum dibagi menjadi dua yaitu farmakologis dan nonfarmakologis. Pengobatan farmakologis melibatkan pemberian obat-obatan tertentu, sementara pengobatan nonfarmakologis melibatkan perubahan gaya hidup, seperti mengurangi berat badan, berhenti merokok, dan mengatur pola makan. Salah satu terapi nonfarmakologis yang menarik perhatian dan menjanjikan adalah latihan Slow Deep Breathing. Aktivitas ini melibatkan pengaturan pernapasan secara lambat dan dalam, dengan tujuan mengurangi tekanan darah. metode ini dapat menjadi solusi sederhana namun efektif untuk membantu masyarakat menjaga tekanan darah mereka. Oleh karena itu, peran keluarga dan masyarakat dalam mendukung pelaksanaan latihan ini menjadi krusial untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan jantung yang optimal.
Latihan Slow Deep Breathing merangsang sekresi neurotransmitter endorphin pada sistem syaraf otonom. Ini menghasilkan penurunan aktivitas syaraf simpatis, peningkatan kerja syaraf parasimpatis, dan akhirnya, vasodilatasi pada pembuluh darah. Terapi ini juga terbukti menurunkan tekanan arteri rata-rata. Pernafasan dalam dan perlahan pada latihan ini memiliki dampak positif terhadap saturasi oksigen dan konsumsi oksigen tubuh. Oksigen tambahan merangsang oksidasi nitrit, membuat tubuh menjadi lebih tenang dan pembuluh darah lebih elastis, menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah. Ini diperkuat oleh penelitian sebelumnya, seperti studi Yanti et al. (2016) di wilayah Puskesmas I Denpasar Timur. Studi ini menunjukkan bahwa pemberian Slow Deep Breathing selama 21 hari memiliki dampak positif terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi, dengan responden melakukan latihan dua kali sehari.
Langkah-langkah Slow Deep Breathing untuk menurunkan tekanan darah yaitu mulailah dengan duduk atau berbaring dalam posisi yang nyaman. Pastikan tubuh Anda rileks dan bebas dari distraksi eksternal. Letakkan tangan Anda di atas perut untuk membantu memonitor pernapasan Anda. Setelah mengambil napas dalam, tahan nafas sebentar sebelum mengeluarkannya perlahan-lahan. Tahanan napas ini membantu mengoptimalkan pertukaran oksigen dan karbon dioksida di dalam tubuh. Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut atau hidung, menghitung hingga lima atau lebih. Fokus pada pernapasan yang panjang dan terkendali. Setelah mengeluarkan napas, beri jeda sejenak sebelum mulai mengambil napas berikutnya. jeda ini membantu tubuh untuk bersantai dan menyesuaikan diri dengan perubahan dalam pola pernapasan. Lakukan langkah-langkah Slow Deep Breathing ini selama minimal 10-15 menit setiap sesi. Anda dapat mengulanginya beberapa kali sehari, terutama dalam situasi stres atau ketika merasa tekanan darah tinggi. Selama latihan, fokuslah sepenuhnya pada pernapasan Anda. Cobalah untuk menghilangkan gangguan pikiran dan pusatkan perhatian pada proses pernapasan.
Kesadaran penuh akan membantu meningkatkan efektivitas metode ini. Selain sesi pernapasan terstruktur, Anda dapat mencoba menerapkan Slow Deep Breathing dalam aktivitas sehari-hari, seperti saat berjalan, duduk di meja kerja, atau bahkan sebelum tidur. Penting untuk dicatat bahwa sebelum memulai program perubahan gaya hidup atau latihan, konsultasikan dengan profesional kesehatan Anda terlebih dahulu, terutama jika Anda memiliki kondisi medis yang sudah ada.