28 C
Padang
Selasa, November 12, 2024
spot_imgspot_img
Beritasumbar.com

Peran Efikasi Diri, Usia dan Bekerja Terhadap Aktivitas Fisik Penderita PJK
P

Kategori -
- Advertisement -

Olahraga atau aktivitas fisik memiliki peran penting dalam pencegahan maupun pemulihan penyakit jantung koron cer  (PJK). Pasien PJK dianjurkan untuk melakukan olah raga secara teratur, dengan intensitas ringan sampai sedang, minimal 30 menit per hari, 5 hari dalam seminggu atau 150 menit per minggu.  Pasien PJK yang tidak berolah raga teratur memiliki resiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi.  Kepatuhan pasien untuk melakukan olah raga rutin berkaitan erat dengan efikasi diri, yaitu keyakinan seseorang terhadap kemampuan mereka untuk melakukan suatu tindakan.

Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan oleh tim peneliti Fakultas Keperawatan Universitas Andalas, kepada 238 pasien PJK yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling menemukan bahwa efikasi diri memiliki korelasi positif yang kuat dengan aktivitas fisik pada pasien penyakit jantung koroner (r = 0,956; p = 0,001). Analisis regresi linier multivariat menunjukkan bahwa status pekerjaan memiliki dampak negatif paling signifikan terhadap aktivitas fisik (B = -246,477), sementara usia (B = 123,889) dan efikasi diri (B = 93,513) berhubungan positif dengan aktivitas fisik. Pada populasi ini, efikasi diri, status pekerjaan yang masih aktif, dan usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi aktivitas fisik pada pasien PJK. Efikasi diri yang lebih tinggi dan usia yang lebih tua cenderung meningkatkan aktivitas fisik, sementara individu yang tidak bekerja cenderung mengurangi aktivitas fisik. Hal ini menggarisbawahi pentingnya intervensi yang ditujukan untuk meningkatkan efikasi diri guna mendorong pasien penyakit jantung koroner tetap aktif secara fisik, terutama bagi mereka yang masih aktif bekerja.

Temuan dalam penelitian ini memberikan beberapa implikasi klinis antara lain:

  1. Peningkatan efikasi diri pasien: intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan efikasi diri pasien harus menjadi bagian dari program rehabilitasi jantung, karena efikasi diri memiliki korelasi positif yang kuat dengan aktivitas fisik. Kegiatan berupa pendidikan, konseling motivasi, dan pelatihan keterampilan agar pasien lebih percaya diri dalam menjalankan aktivitas fisik dapat menjadi strategi dalam upaya meningkatkan efikasi diri pasien.
  2. Pendekatan berbasis usia: temuan dari penelitian diatas menunjukkan bahwa pasien yang lebih tua cenderung memiliki aktivitas fisik yang lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa pendekatan yang disesuaikan dengan usia dalam memberikan program aktivitas fisik mungkin diperlukan. Misalnya, intervensi yang lebih personal dan suportif mungkin lebih efektif pada pasien yang lebih muda untuk meningkatkan aktivitas fisik mereka.
  3. Perhatian terhadap pasien yang masih bekerja: petugas kesehatan dapat membantu merancang program aktivitas fisik yang lebih fleksibel dan disesuaikan dengan tuntutan pekerjaan, atau memberikan saran mengenai aktivitas fisik yang dapat dilakukan di tempat kerja.
  4. Rehabilitasi jantung berbasis komunitas: mengingat korelasi positif antara aktivitas fisik di lingkungan domestik dan waktu luang, rehabilitasi jantung berbasis komunitas yang melibatkan aktivitas sehari-hari di rumah atau aktivitas rekreasi mungkin lebih mudah diterima pasien. Kegiatan sederhana yang bisa dilakukan di rumah atau di waktu senggang dapat direkomendasikan untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam beraktivitas fisik.
  5. Pendekatan multidisiplin: tim klinis yang terdiri dari ahli jantung, perawat, fisioterapis, psikolog, dan ahli gizi dapat bekerja sama untuk memberikan dukungan holistik kepada pasien. Pendekatan ini dapat meningkatkan efikasi diri pasien melalui konseling perilaku, latihan terstruktur, dan dukungan emosional, yang semuanya penting dalam meningkatkan aktivitas fisik dan kualitas hidup pasien PJK.

Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa program rehabilitasi jantung perlu mempertimbangkan faktor psikologis (efikasi diri), status sosial (pekerjaan), dan usia untuk memaksimalkan kepatuhan pasien terhadap aktivitas fisik, yang pada akhirnya dapat menurunkan resiko morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan penyakit jantung koroner.

Artikel lengkap dapat diakses pada: https://doi.org/10.20473/jn.v19i3.51941

Oleh:

Ns.Mulyanti Roberto Muliantino, M.Kep

Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

- Advertisement -
- Advertisement -

BERITA PILIHAN

- Advertisement -
- Advertisement -

Tulisan Terkait

- Advertisement -spot_img