24 C
Padang
Kamis, Oktober 10, 2024
spot_imgspot_img
Beritasumbar.com

Insiden dan Faktor Resiko Penyakit jantung Pada Wanita
I

Kategori -
- Advertisement -

Oleh: Ns. Mulyanti Roberto Muliantino, S.Kep., M.Kep
Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Penyakit jantung menjadi penyakit kronis utama yang mengakibatkan angka kematian yang tinggi dari tahun ke tahun. Di Amerika Serikat insiden penyakit jantung secara signifikan menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas pada wanita. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa penyakit jantung pada wanita identik dengan tingkat mortalitas yang lebih tinggi dan prognosis penyakit yang lebih buruk dibandingkan laki-laki. Insiden pada wanita meningkat pasca menopause (Luca et al, 2022; Wenger et al, 2022; Barinas-Mitchell et al, 2020).

The Sewdish Cardiopulmonary Bioimage Study melaporkan dari 25.182 pasien dengan penyakit jantung koroner, 50,6% diantaranya merupakan pasien wanita. Di Amerika insiden terbanyak penyakit jantung koroner, infark miokardium dan gagal jantung pada populasi wanita dewasa. Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan prevalensi penyakit jantung di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter sekitar 1,5%. Sementara prevalensi penyakit jantung di Provinsi Sumatera Barat berada dalam urutan 10 besar, dan mencapai angka 1,6%.

Faktor resiko utama penyakit jantung yaitu hipertensi, dislipidemia, diabetes meilitus, obesitas, stress, merokok, in-aktivitas fisik. Pada masa pre-menopause wanita cenderung memiliki tekanan darah lebih rendah. Prevalensi hipertensi pada wanita meningkat pasca menopause. Sekitar 80% wanita usia di atas 75 tahun menderita hipertensi dan hipertensi pada wanita sering tidak terkontrol. Dislipidemia menjadi faktor resiko utama terjadinya penyakit jantung pada wanita, dibandingkan faktor resiko lainnya. Wanita dengan diabetes meilitus beresiko 3 kali lipat menderita penyakit jantung yang fatal dibandingkan wanita tanpa diabetes meilitus. Diabetes Meilitus diperkirakan terjadi pada 13 juta penduduk wanita di Amerika Serikat, dan 90-95% merupakan Diabetes Tipe 2. Studi Framingham menjelaskan obesitas meningkatkan 64% resiko penyakit jantung koroner pada wanita dibandingkan laki-laki. Prevalensi in-aktivitas fisik lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki. Studi meta-analisis juga menjelaskan bahwa wanita merokok beresiko 25% mengalami penyakit jantung (Garcia et al, 2016; Iskandar et al, 2017; Chomistek et al, 2018; Kammerlander, 2021; Luca et al, 2022).

Selain itu terdapat faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi mencakup usia dan genetik. Prevalensi kejadian penyakit jantung meningkat di atas usia 40 tahun pada populasi umum, hal ini berkaitan erat dengan proses pembentukan plak aterosklerosis. Studi yang dilakukan oleh Bergstrom et al tahun 2021 menemukan prevalensi penyakit jantung pada wanita rerata di atas usia 50 tahun. Pada wanita terdapat faktor resiko lain yang berkaitan dengan gender yaitu menopause, penggunaan hormonal, riwayat hipertansi gestasional, pre-eklampsia, diabetes gestasional dan penggunaan kontrasepsi baik oral maupun suntik. Hal ini sering dikaitkan dengan hormon wanita/ esterogen sebagai pelindung endotel vaskular. Studi sebelumnya menjelaskan bahwa pre-eklampsia dapat mencetuskan terjadinya mutasi gen yang mengakibatkan kardiomiopati sehingga menjadi faktor resiko terjadinya penyakit jantung. Studi lain menjelaskan bahwa wanita yang mengalami diabetes gestasional beresiko 2 kali lipat menderita penyakit jantung dibandingkan wanita tanpa diabetes gestasional (Kramer, 2019)

Temuan terkait faktor resiko penyakit jantung berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 yaitu prevalensi hipertensi di Indonesia menurut diagnosis dokter yaitu 8,4% dan berdasarkan hasil pengukuran mencapai 34,1%. Temuan lain terkait proporsi berat badan lebih pada usia di atas 18 tahun yaitu 13,6% dan obesitas yaitu 21,8%. Sekitar  12% penduduk Indonesia memiliki kadar kolesterol LDL yang tinggi dan sangat tinggi. Angka prevalensi DM mencapai 10,9%. Angka kebiasaan buruk merokok pada usia di atas 10 tahun mencapai 28,9% dan kurang melakukan aktifitas fisik (olahraga) sekitar 33,5%. Di Sumatera Barat prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran yaitu 22,2%, prevalensi diabetes meilitus sekitar 1,5% dan angka obesitas sekitar 20% pada populasi umum. Hal ini belum spesifik pada populasi wanita.

Hasil studi menemukan bahwa sekitar 45% wanita tidak aware dengan penyakit jantung sebagai pembunuh nomor 1 pada wanita, dan hanya 11% wanita yang tahu terkait kematian wanita karena masalah jantung. Sekitar 45% wanita sering menunda konsultasi ke pelayanan kesehatan terkait masalah jantung. Dan hanya 39% wanita yang menempatkan konsultasi jantung sebagai pilihan prioritas setelah masalah berat badan dan payudara (Merz et al, 2017).

- Advertisement -
- Advertisement -

BERITA PILIHAN

- Advertisement -
- Advertisement -

Tulisan Terkait

- Advertisement -spot_img