25 C
Padang
Rabu, Oktober 9, 2024
spot_imgspot_img
Beritasumbar.com

PARIWISATA DI ERA DIGITAL 4.0
P

Kategori -
- Advertisement -

BeritaSumbar.com,- Munculnya era revolusi 4.0 di era digital ditandai dengan kemudahan akses atau informasi melalui media digital. Era digital menjadi penyebab munculnya fenomena pada sektor pariwisata. Pendekatan revolusi 4.0 pertama kali disampaikan oleh Klaus schwab dalam tulisannya The Fourth Industrial revolution yang menjelaskan lahirnya revolusi industri yang di tandai dengan adanya perpaduan teknologi sebagai penyebab biasnya batas antara bidang,fisik,digital dan biologis ( Schwab dalam lee at ell 2018).

Perubahan dan perkembangan era revolusi ini berujung pada suatu kunci sama yaitu melalui pemanfaatan kekuatan digitalisasi atas informasi,konservasi teknologi yang terjadi melalui pemanfaatan digitalisasi atas informasi ,di istilahkan sebagai masa internet of things
( IOT ).

Istilah ini diartikan sebagai hubungan antara berbagai jenis hal seperti produki, layanan,tempat dan sebagainya dengan orang-orang. Hubungan ini terjadi melalui adanya pemanfaatan atas informasi yang di akses melalui beragam bentuk platform (Schwab 2016).

Era tersebut menjadi salah satu penyebab banyaknya pergeseran dari situasi social masyarakat di berbagai sektor penting dunia termasuk sektor pariwisata sebagai salah satunya.di sektor pariwisata era IOT tersebut berdampak pada munculnya transformasi digital yang menjadi penyebab lahirnya pariwisata digital 4.0.

Transformasi digital inilah yang merubah keseluruhan siklus ekosistim kepariwisataan ,yang termasuk menjadi penyebab bergesernya budaya siber dan visual pada wisatawan. Pergeseran budaya siber yang terlihat dari transformasi digital pada era digital pariwisata 4.0 adalah adanya proses perubahan panggilan keputusan dalam melakukan kegiatan pariwisata dan perjalanan wisata.

Budaya siber yang berfokus pada fenomena social dan networking menjadikan media sosial memiliki peran yang signifikan sebagai sumber  rujukan bagi wisatawan dalam menentukan daerah tujuan wisata yang akan di kunjunginya ( Manovich dalam macek 2014).

Sekitar 85% wisatawan dunia menjelaskan unggahan foto video dan platform media social mempengaruhi rencana berwisata mereka ( Kelly dalam magill 2017). Pernyataan serupa juga di sampaikan oleh getler hans,dimana media sosial telah menjadi salah satu global megatrend dalam perkembangan pariwisata di era digital yang secara signifikan berdampak pada ekosistim pariwisata dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan berwisata ( Hans 2017).

Dalam era digital pariwisata 4.0 penyebaran dan konsumsi informasi di media social terkait aktifitas pariwisata menjadi penting terhadap perkembangan pariwisata. Sehingga wisatawan yang datang berkunjung ke daerah tujuan wisata yang tidak lain adalah untuk mengabadikan moment “selfii”nya” dimana nantinya istilah taking a selfii telah menjadi bagian penting dalam berwisata ( Lo and Mc Kercher 2015 dalam magill 2017).

Sehingga muncul konsep pariwisata digital bagi perkembangan sebuah kawasan atau destinasi wisata dengan di buat melalui pendekatan selfie spot destination. Dampak munculnya pariwisata di era digital 4.0 diantaranya adalah:
(1) Pergeseran budaya siber di sektor pariwisata terkait penggunaan media sosial sebagai tools marketing melalui peran komunitas.
(2) Pergeseran terhadap budaya visual terhadap wisatawan yang berdampak terhadap lahirnya destinasi digital di Indonesia.

Tidak dapat di pungkiri pesatnya perkembangan internet menjadi indikator penting dalam melihat perkembangan pariwisata di era digital 4.0. Indonesia merupakan negara dengan pengguna internet terbesar di dunia dengan angka pertumbuhan sekitar 51% yang mengacu pada penggunaaan media sosial seperti facebook, instagram, bloger dan sejenisnya dengan pemasukan dari sektor ekonomi digital melaui transaksi berkisaran sekitar Rp74,6 Triliun ( We are in Asia 2017).

Bila di bandingkan dengan negara lain perkembangan sektor pariwisata Indonesia sebenarnya memiliki potensi cukup besar sebagai pundi-pundi bagi devisa negara , pada saat ini sektor pariwisata berada di urutan kedua sebagai sektor devisa terbesar bagi Indonesia.

Istilah Pariwisata digital memang sudah mulai berkembang pesat di beberapa negara termasuk Indonesia. Dimana pariwisata digital memiliki arti pemanfaatan digital ( Internet) pada industri pariwisata yang mencakup pengelolaan dan pemasaran. Pariwisata digital juga dapat di simpulkan memanfaatkan fasilitas sarana internet dengan berbagai media yang dekat dengan masyarakat seperti jejaring sosial

( Facebook, instagram, tumblr, twiter, blog, micro blog, website dan email ). Perkembangan pariwisata di era digital 4.0 memiliki beragam keunggulan. Diantara adalah:
(1) Hemat biaya serta kebutuhan utamanya adalah tersedianya koneksi internet bila di bandingkan dengan perkembangan pariwisata yang bersifat konvensional.
(2) Pemetaan yang akurat sehingga target pasar dapat di tentukan dengan mudah baik dari sisi demografis maupun minat sehingga pemetaan pasar lebih akurat.

Di samping memiliki keunggulan pariwisata digital juga memiliki beberapa kekurangan dalam perkembangannya diantaranya adalah:
(1) Pariwisata digital harus membutuhkan akses internet yang mungkin belum tersedia di semua kawasan wisata.
(2) Sumber daya manusia yang memahami teknologi digital terapan dan sanggup mengelola Management Information System ( MIS), dan Customer service System( CSS ).

Era digital Pariiwsata 4.0 telah memberikan perubahan signifikan pada ekosistem kepariwisataan terutama pada generasi milenial. Dimana sejak bergesernya budaya siber milenial secara massive memanfaatkan platform digital untuk mengakses sejumlah informasi terkait pariwisata.

Pendekatan Pariwisata digital era 4.0 yaitu merespon perubahan kebiasaan wisatawan yang mengarah pada pola hyperconected society melalui kebijakan pengembangan kawasan pariwisata digital yang di kemas melalui strategi pemasaran digital yang “kekinian”.

Dimana untuk perkembangan lebih lanjut pariwisata digital perlu mempertimbangkan beberapa aspek penting yaitu:
(1) Positioning yang secara khusus di kembangkan untuk menjawab perubahan tren esteem ekonomi milenial.
(2) Differentiating yaitu adalah bentuk dan proses komunikasi pemasaran menjadi pembeda pada perkembangan pariwsata digital dimana konsep pengembangan harus di kembangkan dengan konsep “instagramable” Dimana dalam penerapannya spot foto harus banyak tersebar di sekitar kawasan wisata agar kesemua spot tersebut dapat secara visual menyenangkan dan layak di posting oleh wisatawan di akun media sosialnya.
(3) Branding yaitu pendekatan perkembangan pariwisata melalui “ Pendekatan destinasi zaman now” dengan konsep yang di sampaikan  kepada wisatawan sebagai “ Unique Selling Proposition” ( USP) dimana tolak ukur keberhasilan pariwisata digital viral dalam di promosikan.

Berangkat dari pendekatan tersebut pengembangan pariwisata di era digital 4.0 yaitu perubahan pola komunikasi dari kawasan yang sudah ada sebelumnya ke komunikasi pemasarannya sehingga perkembangan dapat di capai sesuai dengan kebutuhan dan target pasar.

Unsur penting lainnya di dalam melihat perkembangan pariwisata digital di era 4.0 dapat di lihat melaui beberapa tahapan penting yaitu:
(1) Melalui identifikasi dari masing-masing uniqness human resources yang di miliki oleh setiap kawasan pariwisata dengan mulai menginisiasi keterlibatan masyarakat dan GENPI yang memiliki peranan penting sebagai hyper local travel enthusiasts, hyper local destination experts dan hyper local attraction specialist.

(2) Langkah selanjutnya yang harus di lakukan adalah mempromosikan kawasan pariwisata ke ranah online dengan masuk dan melibatkan komunitas GENPI yang sudah terbentuk melalui platform media sosial yang mainstream yang di gunakan oleh generasi milenial (3) membangun siklus bisnis pariwisata digital dengan mengajukan sponsorship pihak terkait sehingga secara bertahap dapat memperluas ranah promosi yang di lakukan.

Perkembangan Pariwisata digital dapat terbentuk dan suistainable ( berkelanjutan) hanya jika adanya kolaborasi dalam keterlibatan yang aktif dari semua pemangku kepentingan di sektor pariwisata di Indonesia.pemangku kepentingan atau diistilahkan dengan Lima stakeholder ( Penthahelix) yang terlibat seperti :
(A)Akademisi,
(B) Sektor Bisnis,
(C) Komunitas,
(D) Pemerintahan,
( E) Media harus saling melengkapi dan memiliki visi membangun yang sama.

Dimana peranan tersebut dapat di lihat yaitu melalui peranan utama
(1) Akademisi adalah melakukan studi ilmiah mengenai kawasan wisata baik tatataran penentuan lokasi keberlangsungan destinasi melaui atraksi, amenitas dan aksesbilitas serta riset mengenai proses komunikasi dan promosinya hingga berdampak bagi masyarakat di sekitar kawasan wisata.

(2) Sektor bisnis berperan dalam perkembangan pariwisata digital dari sisi finansial maupun bentuk kerjasama dengan kawasan wisata melalui (co-Branding),

(3) Keterlibatan penting lainnya adalah peranan komunitas dimana adanya kerjasama antara masyarakat dan GENPI ,karena pariwisata digital tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya kerjasama yang baik antar keduanya. Masyarakat pun perlu di libatkan secara aktif dalam segala jenis Aktifitas seperti proses jual beli, proses pengelolaan atraksi,amenitas dan aksesbilitas,

(4) Peran pemerintahan juga tak kalah penting dalam  perkembangan pariwisata digital dalam membatu proses pemilihan dan penyiapan lahan yang secara status kepemilikan tidak terganggu ,hal ini penting karena legalitas dan lokasi kawasan pariwisata akan sangat menentukan dan menjadi payung perihal masalah legalitas izin dan “kebirokrasian” daerah.

(5) Media merupakan corong utama berkembang tidaknya, ramai atau tidaknya ,diminati atau tidaknya ,bahkan menjadi tolak ukur suistainable ( berkelanjutan ) tidaknya perkembangan sebuah kawasan pariwisata termasuk pariwisata digital sehingga tolak ukur keberadaan dan eksistensi kawasan pariwisata perlu di pertimbangkan untuk memperluas jangkauan awarnessnya melalui pendekatan promosi media lain seperti paid, owned, serta peran endorser.

Dengan demikian perkembangan pariwisata digital di era 4.0 di Indonesia khususnya Sumatera Barat dapat di wujudkan sehingga dapat di jadikan sebagai kawasan pariwisata digital baik di tingkat nasional maupun internasional,Semoga***

OLEH : I Wayan Thariqy Kawakibi Pristiwasa
           Dosen Politeknik Pariwisata Batam

Editor: Zal Ambo

- Advertisement -
- Advertisement -

BERITA PILIHAN

- Advertisement -
- Advertisement -

Tulisan Terkait

- Advertisement -spot_img