26 C
Padang
Rabu, Oktober 9, 2024
spot_imgspot_img
Beritasumbar.com

Hari Perjuangan Petani Internasional Di Masa Pandemi Global
H

- Advertisement -

Padang,BeritaSumbar.com,-Setiap tanggal 17 April diperingati sebagai Hari Perjuangan Petani Internasional yang diroganisir oleh La Via Campesina (LVC). Sampai pada tahun 2020 ini, tema besar peringatannya adalah “mengubur sistem pangan korporasi, dan pertanian petani bisa memberi makan dunia”. Pada 17 April 1996 terjadi tragedi di El Dorado dos Carajas, Brasil, ketika 19 petani tak bertanah yang mempertahankan hak-hak mereka untuk memproduksi pangan dengan menuntut akses terhadap tanah, dibunuh oleh polisi militer. Penetapan hari perjuangan petani internasional itu dilakukan di Tlaxcala, Mexico ketika diselenggarakan konferensi organisasi gerakan tani terbesar di dunia, LVC. Di dalam forum tersebut, perwakilan petani dari serikat petani di setiap negara bersaksi bahwa peristiwa penembakan, kekerasan fisik, pemenjaraan, dan pembunuhan sering terjadi menimpa para petani gurem. Konflik atas sumber agraria berupa lahan pertanian, air, dan benih, terjadi antara petani kecil dengan perusahaan atau korporasi agribisnis besar.
Keberadaan korporasi agribisnis besar menjadikan jutaan petani di dunia dipaksa meninggalkan lahan pertanian mereka karena perampasan lahan yang difasilitasi kebijakan nasional dan internasional untuk pembangunan industri skala besar, proyek-proyek infrastruktur, industri ekstraksi: pertambangan, kawasan wisata, kawasan ekonomi khusus, kawasan konservasi dan perkebunan, akhirnya lahan hanya terkonsentrasi pada beberapa pihak. Masyarakat petani yang kehilangan lahan juga kehilangan kedaulatan dan identitas kebudayaannya. Kerusakan hutan, air, lingkungan, dan kehidupan sosial ekonomi petani juga terjadi dengan dikembangkannya sistem tanam monokultur untuk menghasilkan bahan bakar nabati dan untuk kegunaan industri lainnya didorong demi keuntungan modal atau kapital agribisnis transnasional.
Gerakan Petani Transnasional di Masa Pandemi Global
Dalam siaran pers-nya, LVC menyampaikan bahwa pada tanggal 17 April 2020 sebagai Hari Perjuangan Petani Internasional, akan tetap dihidupkan kenangan tentang Eldorado Dos Carajás di Brasil dan perjuangan berkelanjutan melawan impunitas Korporasi dan Negara. Krisis Covid-19 menunjukkan bahwa sekarang adalah saat untuk menuntut reformasi struktural dari sistem pertanian pangan di tingkat global. Dalam publikasi LVC berjudul Till, Sow and Harvest Transformative Ideas for the Future! Yang dirilis pada 15 April 2020, jargon utama mereka adalah “Sekarang adalah saatnya untuk menuntut kedaulatan pangan!”. Untuk menemukan jawaban atas kebutuhan dunia di masa pandemi ini, LVC menuntut (1) pemahaman bahwa kebijakan publik berdampak luas dalam kehidupan masyarakat, sangat penting untuk mempertahankan pendidikan, kesehatan dan hak atas kondisi kehidupan yang lebih baik untuk kelas pekerja di daerah perkotaan dan pedesaan; (2) kedaulatan pangan sangat penting untuk memberi makan penduduk secara sehat dan berkelanjutan, Pasar Petani Lokal dan Pekan Raya Lokal harus segera dibuka kembali untuk memasok kota dan mencegah kelaparan, harus mengadopsi prinsip agroekologi dan memberi makan komunitas pangan bergizi dan sehat untuk meningkatkan kekebalan, sesuatu yang tidak dapat dilakukan supermarket dan rantai makanan cepat saji; (3) negara harus menjamin dan berinvestasi pada perawatan kesehatan publik berkualitas, dalam konteks krisis COVID19, sangat penting memastikan akses ke pengujian gratis dan perawatan penuh, di daerah perkotaan dan pedesaan, bebas dari diskriminasi, dengan komitmen kuat dalam mempertahankan kehidupan; dan (4) sangat penting menjamin Hak-hak Petani, sesuai Deklarasi PBB yang diadopsi pada tahun 2018, memastikan akses ke tanah, benih, dan semua persyaratan yang diperlukan untuk memberi makan penduduk dengan aman, meningkatkan infrastruktur pedesaan, meningkatkan ketersediaan makanan, meningkatkan area budidaya dan meningkatkan produktivitas melalui Reforma Agraria Populer/Kerakyatan dan Pertanian Petani selaras alam, menyediakan pangan sehat untuk populasi, dan mendinginkan planet bumi.
Krisis saat pandemi ini juga menuntut dunia untuk aliansi, solidaritas dan internasionalisme antara desa dan kota, produsen dan konsumen, sektor-sektor rentan, perlawanan terhadap segala bentuk blokade dan intervensi asing yang merugikan. Di tengah penurunan ekonomi yang akan dihadapi bersama pasca pandemi Covid-19, sangat penting menuntut negara untuk: (1) memajaki korporasi kaya dan para elit, dan mengakhiri penghindaran pajak dan pencucian uang dengan menindak negara-negara bebas pajak (tax havens); (2) non-pembayaran utang luar negeri dan investasi kembali dalam kebijakan publik untuk kesehatan, pendidikan, perburuhan dan pedesaan, sebagai prioritas; (3) tolak resep neoliberal IMF dan Bank Dunia yang telah mendominasi dunia selama 50 tahun terakhir, telah secara aktif memungkinkan penipisan sumber daya alam di Afrika, Asia, dan Amerika Latin, serta dalam penghancuran lembaga-lembaga demokratis di satu negara ke negara lain; (4) menuntut hak non-eksklusif dan akses yang setara terhadap pengobatan untuk melawan Covid-19; (5) menyatakan penghasilan/pendapatan dasar universal (universal basic income) sebagai hak semua warga negara yang setidaknya harus mencakup kebutuhan vital, memberikan dukungan nyata bagi jutaan keluarga yang menganggur, bagian dari tenaga kerja informal, bekerja dalam kondisi genting atau mereka yang bekerja sendiri.
Refleksi Global di Masa Pandemi
Pandemi global Covid-19 dalam tata kelola kehidupan sosial global memberikan catatan pengalaman penting untuk mengembalikan supremasi negara di satu sisi, namun juga harus bertindak tegas terhadap setiap aktivitas yang justru menghancurkan solidaritas terutama oleh korporasi transnasional selama ini. Di sisi yang lain, negara juga harus semakin terbuka dan bekerja sama secara nyata dengan organisasi masyarakat sipil transnasional seperti LVC yang terbukti telah bekerja keras dan cerdas di tingkat struktur internasional dalam memperjuangkan orang-orang yang selama ini tertindas dan terpinggirkan di dalam sistem kapitalisme global di dunia.
Kapitalisme global mutakhir yang disebut sebagai neoliberalisme terbukti tidak mampu bahkan sekedar bertahan menghadapi serangan pandemi global Covid-19. Tatanan dunia dalam struktur dan sistem internasional ala neoliberal telah runtuh dengan berbagai anomali yang akhirnya terbukti tidak membawa keselamatan dan kemaslahatan ummat manusia di seluruh penjuru dunia. Dibutuhkan relasi kerja sama yang lebih kongkrit antara negara dengan kebijakan publik yang dihasilkannya dan organisasi masyarakat sipil dengan gerakan sosial yang menjadi aktivitas mereka, untuk dunia yang lebih sehat, berkeadilan sosial, dan damai.
Oleh: Virtuous Setyaka, Dosen HI FISIP Unand, Mahasiswa S3 HI FISIP Unpad, Aktivis Koperasi MDM, dan Mentor GSC Indonesia.

- Advertisement -
- Advertisement -

BERITA PILIHAN

- Advertisement -
- Advertisement -

Tulisan Terkait

- Advertisement -spot_img