Payakumbuh, BeritaSumbar.com,-Berada dijalur perlintasan Sumatera yang juga menjadi gerbang utama di Timur Sumatera Barat, Payakumbuh dan Limapuluh Kota, bisa saja jadi target pusat peredaran di Sumbar. Sehingga, selain penindakan ekstra, butuh benteng kokoh pertahanan lewat pencegahan.
Dipimpin AKBP Sarminal, Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Payakumbuh, memiliki tugas berat digarda utama perang melawan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Sebab berada di Kota yang menjadi jalur darat lintas Sumatera, yang kerap dijadikan rute suply narkoba, jenis ganja maupun Sabu-sabu.
Sejumlah pengungkapan tindak kejahatan penyalahgunaan narkoba, yang berhasil diungkap duo Polres di Luak Limopuluah (Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota), menjadi bukti, lintas Sumatera jadi salah satu jalur yang kerap dijadikan sebagai distribusi Narkotika, terutama jenis ganja.
Berkarung-karung ganja dengan berat ratusan kilogram yang pernah diungkap Polres Limapuluh Kota dan Polres Payakumbuh, serta sederet pengungkapan narkoba yang tak pernah sepi dari pemberitaan, menjadi bukti nyata, gempuran peredaran narkoba kian gencar mengancam.
“Kita mengajak wartawan mengambil peran strategis pencegahan terhadap Pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Bagaimana memberikan edukasi bahaya penyalahgunaan narkoba kepada masyarakat,”ungkap Kepala BNNK Payakumbuh, AKBP Sarminal bersama Sub Koordinator Seksi P2M BNN, Indra Yulita saat Rapat Kerja dan Sosialisasi Peran Wartawan dalam pemberantasan penyalahgunaan narkoba, di Mangkuto Hotel, Senin(8/3).
Masih segar tentunya dalam ingatan pembaca, ketika peristiwa dibulan Oktober, tepatnya, Selasa(6/10) diakhir tahun 2020 lalu, pengungkapan terhadapan satu unit minibus jenis Toyota Avanza yang membawa narkoba jenis ganja sebanyak empat karung lebih dengan berat mencapai ratusan kilogram. Bahkan ketika itu, terpaksa dihujani peluru oleh Tim Opsnal Satuan Reserse Narkoba (Satresnarkoba) Polres Payakumbuh yang sedang melakukan pengejaran.
Dibawa ke Payakumbuh, tak hanya sekedar lewat, namun kota di jalur Lintas Sumatera yang nenjadi gerbang Sumatera Barat ini, seperti telah menjadi target distribusi untuk daerah disekitarnya. Sebab sejumlah kabupaten kota sangat mudah dijangkau dari Payakumbuh. Sehingga, jika tak miliki benteng pencegahan yang kokoh, Payakumbuh dan daerah lainnya itu sangat riskan terhadap berjangkitnya pengguna-pengguna baru.
“Disitulah sangat dibutuhkan peran aktif wartawan. Kita berharap, dalam program Bersih Narkoba (Bersinar), Kita berharap wartawan yang tergabung di Balai Wartawan Luak Limopuluah, bisa memainkan peran strategis dalam upaya pencegahan dalam pemberentasan peredaran gelap Narkoba,”ucap Indra Yulita.
Selama ini, pemberitaan terkait narkoba sudah sangat banyak dimuat media massa. Maksudnya, pemberintaan terkait peristiwa pengungkapan dan penindakan. Hanya saja minim pemberitaan yang berkaitan dengan pencegahan. Padahal pencegahan tak kalah pentingnya, sebab benteng utama perang terhadap narkoba.
Hal itu juga menjadi bagian terpenting menurut, Pemimpin Redaksi (Pemred) Padang Ekspres, Revdi Iwan Syahputra yang diminta menjadi narasumber saat pelatihan dan sosialisasi wartawan anti narkoba yang digelar BNN Kota Payakumbuh, kemarin.
Menurut Pemred Padang Ekspres yang biasa disapa Ope ini, wartawan bisa terus menghasilkan karya-karya jurnalistik edukatif terkait upaya pencegahan, narkotika.”Tidak monoton hanya pada peristiwa, namun mampu mengulas lebih jauh, dampak bagi kesehatan, karir dan dampak hukumnya,”ajak Ope.
Sementara diperusahaan Pers, khusus Padang Ekspres, kata Ope, ada rubrik khusus terkait kesehatan, termasuk bahaya narkoba dan dampak buruknya bagi kehidupan sosial. Serta terus mendorong dan mengarahkan wartawan untuk menulis dan kampanyekan pencegahan dan pemberantasan narkoba.
“Jangan biarkan BNN bekerja sendiri, kita harus aktif berkontribusi, mari bersama-sama kita gelorakan perang terhadap Narkoba melalui peran masing-masing. Sebagai wartawan tentu dengan karya jurnailistiknya,”harap Ope yang sangat apresiatif dengan upaya yang dilakukan BNN merangkul media massa dalam perang terhadap narkoba.
Tak dipungkiri, sekitar 781 ribu pemberitaan yang muncul saat coba diketik “Berita Narkoba” pada pencarian di google, namun hanya sekitar 140 ribu saja ketika dicoba dengan kata “Berita Pencegahan Narkoba”. Artinya berita pencegahan Narkoba tak seimbang dengan berita peristiwa pengungkapan penyalahgunaan narkoba.
Wajar saja hal itu terjadi, sebab nilai jual berita, mungkin lebih tinggi pada peristiwa aktual ketimbang berita pencegahan. Sebab berita pencegahan, butuh keahlian khusus untuk bisa lebih menarik dikonsumsi pembaca.”Disini mungkin menjadi tugas kita bersama para jurnalis. Mengemas lebih baik berita upaya pencegahan dengan sisi pengalaman pahit atau kabar buruk dampak Narkoba bagi kehidupan masyarakat dari sisi kesehatan, sosial dan ekonomi,”ucap Koordinator Balai Wartawan Luak Limopuluah, Arfidel Ilham yang juga diminta menjadi narasumber, kemarin.
Dihadapan para wartawan lintas organisasi yang tergabung dalam BW Luak Limopuluah dan BNN Kota Payakumbuh menyampaikan, berdasarkan perbandingan data yang bersumber dari bnn.go.id, jumlah kerugian negara akibat narkotika tercatat hingga Rp 84 triliun berdasarkan data tahun 2019.
Jika dibandingkan dengan kasus korupsi dari data Indonesian Coruption Watch (ICW) ditahun 2020 yang mencatat kerugian negara sebesar Rp 39,2 triliun. Artinya dari kerugian negara, narkotika jauh lebih besar. Begitu juga dengan kasus yang tercatat di Payakumbuh. Penghuni Lapas Kelas II B Payakumbuh, didominasi kejahatan penyalahgunaan narkotika.
“Artinya, kita harus terlibat aktif mengambil peran perang terhadap narkoba seperti diumumkan Presiden RI Joko Widodo sejak tahun 2016 lalu itu. Ini memang kondisi darurat, jika kita diam, siap-siap saja kehancuran pada anak dan lingkungan kita. Tentunya ini juga akan berdampak luas bagi Indonesia masa depan,”ucap Koordinator Balai Wartawan Luak Limopuluah.
Presepsi masyarakat pada umumnya bahkan sudah sangat tak menguntungkan untuk program pencegahan saat ini, sebab kejahatan narkoba dianggap tak menakutkan dan tidak memalukan. Sehingga membutuhkan upaya lebih keras membangun stigma negatif agar, pelaku merasa tindak kejahatan narkoba memalukan.
“Begitu juga dengan hukuman yang lebih menakutkan, artinya tak ada lagi yang berani berbuat setelah merasakan hukuman kejahatan pertama. Sebab saat ini, tak jarang kita dengar, pelaku kejahatan narkoba berulang kali masuk penjara akibat kasus yang sama, namun tak kunjung jera,”tambah Koordinator BW yang juga koresponden Padang Ekspres ini.
Lantas soal framing berita yang tak tepat, bisa berdampak tak baik. Sebab tidak menjadi kabar buruk, namun sebaliknya menginspirasi pengguna baru,”Kehati-hatian dalam menulis pemberitaan agar framing berita tak mengispirasi pengguna baru narkotika, apalagi nanti narkoba dianggap sebagai sebuah trend,”pungkas Koordinator BW.(rel)