Hallo teman-teman Milenial. Generasi kritis dan inovatif. Teman-teman taukan bentar lagi bahkan ada lagi pesta demokrasi tingkat daerah. Pasti tau la ya…
KPU telah melakukan rapat bersama Komisi II DPR untuk membahas tahapan PKPU PIlkada 2020. KPU menjelaskan ada 270 daerah yang menggelar pilkada serentak pada 23 September 2020 nanti. “KPU provinsi, kabupaten/kota akan menyelenggarakan pemilihan gubernur, bupati, dan walikota tahun 2020 sebanyak 270 daerah, dengan rincian sembilan pemlihan gubernur, 224 pemilihan bupati, dan 37 pemilihan walikota, ” kata Ketua KPU Arief Budiman dalam rapat di ruang Komisi II, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (8/7/2019). Sembilan provinsi yang akan melaksanakan pemilihan gubernur meliputi Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah. (Sumber : DETIK.COM. Pada Senin 08 Juli 2019, 13:57 WIB).
Bahkan ada hal menarik di Pilkada tahun ini. Kenapa pasalnya demikian. karena adanya partisipasi milenial yang mendominasi perpolitikan tanah air. Kelompok muda seperti generasi milenial disamping sebagai sasaran agen politik, juga menjadi target rekrutmen partai politik untuk kaderisasi partai. Hal ini semua ditawarkan kepada generai milenial melalui narasi bahwa cita-cita kemakmuran dan kemajuan bangsa dapat dicapai melalui kekuasaan, sehingga peranan milenial diharapkan dapat terjun langsung terjun kedalam politik praktis. Hal ini dikkhawatirkan adalah alih-alih menjadi politisi yang idealis, justru menjadi politisi yang oportunis atau hanya mengedepankan kepentikan diri sendiri dan kelompok tertentu. Bisa kita amati saja pemilihan DPRD kabupaten/kota bahkan provinsi. Itulah politik kuasa yang terstruktur untuk berkuasa.
Ada sebuah ungkapan mengatakan bahwa “ maju, mundurnya sebuah negara ditentukan oleh pemudanya”. Disini kita sebagai generasi muda mengambil peran yang paling intim atas kemajuan bangsa. jadi apakah kita sebagai genarasi muda akan diam?. . semua itu tergantung teman-teman menyikapi politik itu bagaimana. Yang jelas kehidupan tidak bisa dipisahkan dengan politik. Bahkan dalam percintaan pun berpolitik. Semua itu ada di tangan kita. apakah kita akan menjadi monumen sejarah atau hanya menjadi pembaca sejarah. Itu dikembaliakan kepada kepada kita masing-masing.
Data menunjukan pada tahun 2017, penduduk Indonesia di dominasi oleh generasi milenial dimana generasi milenial ini lahir sekitar tahun 1980 hingga 2000 sebesar 33,75%, dengan jumlah yang hampir berimbang laki-laki dan perempuan. Istilah milenial ini pertama kali kali dicetuskan oleh William Strauss dan Neil dalam bukunya berjudul Millennials Rising: The Next Great Generation (2000). Dan juga ada generasi sanjutnya yaitu generasi Z yaitu tahun kelahiran 2000 generasi yang sangat ketergantungan akan tektologi yang maunya serba instan. Generasi z ini yang selalu dimanfaatkan oleh politisi-politisi dalam perpolitikan.
Dengan meningkatnya jumlah partisipan pemilih dalam perpolitikan dikarenkan faktor pertumbuhan dan perkemabangan manusia ini juga banyak di amati oleh para politisi untuk memanfaatkan momen ini, untuk kepentingan dan kelompoknya. Dengan melihat data-data yang tersebar akan adanya perubahan sitem dalam perpolitikan khususnya di daerah, yang dulunya memanfaatkan masyarakat tradisional sekarang memanfaatkan generasi milenial dalam partisipan pemilih. Dengan perubahan ini apakah kita sebagai generasi milenial atau generasi Z hanya sebagai pelengkap dalam sisitem demokrasi atau hanya sekedar ikut-ikutan bagaikan Se ekor domba yang digiring ke dalam kandang?. Ini menjadi sebuah problem bagi kita generasi milenial karena banyaknya diantara kita masa bodoh dan ada juga yang berfikir kritis tetapi hanya mementingkan diri sendiri dan kelompoknya.
Pemilu 2019 menjadi contoh bagi kita generasi milenial. Dima kedua passlon memanfaatkan nama “ milenial” dalam kampanyenya. Ini telah menunjukan bahwasanya adanya peningkatan pertumbuhan terhadap generasi milenial ini. Maka dari itu kedua paslon memanfaatkan suara milenial karena suara milenial ini menentukan sebagai suara mayoritas. Jadi dalam pelaksanaan pemilu 2019 itu menjadi intropeksi bagi kita generasi milenial apakah kita akan jadi penonton atau akan jadi pemain?.
2020 pilkada serentak akan dilaksanakan termasuk di Sumatera Barat. Baik itu pemilihan Gubernur maupun Bupati/Walikota. Pada pemilu 2019 menunjukan data pemilih tetap provinsi Sumatera Barat, yang di keluarkan oleh KPU adalah berkisar sebanyak 3,718,237 pemilih. Yang sebagian besar pemilih adalah generasi milenial. Dimana ini menunjukan adanya keharusan untuk generasi milenial mengambil peran itu. Sebagaimana pelajaran pemilu 2019 telah menjadi pelajaran yang sangat berharga. Tahun 2020 kita akan memasuki kembali pesta demokrasi dimana pestanya dilaksanakan dirumah kita. apakah kita hanya sebagai penyedia tempat, atau kita hanya sebagai partisipan.
Masyarakat Sumatera Barat merupakan masyarakat yang sangat Idealis dan Idiologis. Ini ditunjukan akan pemilihan-pemilihan sebelumnya. Masyarakat sangat terikat akan sosial culturenya. Dimana tidak begitu mudah menerima paham yang baru masuk atau orang-orang yang baru dikenalnya. Dalam pilkada 2020 banyaknya calon pemimpin muda yang bermunculan baik itu tingkat provinsi maupun daerah. Ini menunjukan adanya perubahan polarisasi terhadap politik kita dalam hal pemilihan pemimpin daerah. Dimana masyarakat Sumatera Barat tidak mudah menerima akan hal itu. Mereka masih berpandangan bahwasanya “ anak baru laia ka matur-atur wak lo” atau “ bisa apo nyo, nyo baru gadang patang lu”. Hal inilah yang selalu terucap oleh para orang-orang tua di Sumatera Barat.
Dalam pemilihan pemimpin biasanya orang Sumatera Barat yang mayoritas bersuku minang selalu menggunakan falsafah-falsafah dalam menentukan segala sesuatu. Yang orang Minang sendiri memiliki kriteria dalam pemilihan pemimpin. Pertama cerdas dan pandai, pandai bergaul, berahklak, berbudi luhur dan keagamaan yang kuat. Karena masyarakat masih kental akan falsafah adatnya yaitu “ adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah”. Maka kalau kita perhatikan partai-partai politik yang dominan di Sumatera Barat seperti PKS,PAN,Golkar Dan Gerindra sebagai perolehan suara terbanyak. Atau sebagai partai kuat di Sumatera Barat baik tingkat provinsi maupun kabupaten.
Langkah ini yang harus di amati betul oleh para generasi milenial apabila mau mengambil peran dalam hal itu. memang ini sesuatu hal yang tidak mudah. Banyaknya rintangan yang harus di hadapi. Tapi ini juga bukan hal yang mustahil akan generasi milenial berperan. Selanjutnya untuk para kita genrasi yang akan menentukan siapa yang menjadi pemimpin kita terutama generasi milenial dan generasi Z, yang pastinya nanti akan dimanfaatkan betul akan nama milenial ini dalam pilkada nantinya. Seperti banyaknya gerakan-gerakan milenial yang bermunculan yang dalih-dalih memanfaatkan nama “Milenial”. Sebenarnya dalam politik itu yang memiliki kuasa penuh adalah kita sebagai pemilih. Karena nasip mereka ditentukan oleh kita memilih atau tidak. Sebagaimana yang selalu terucap dalam negara demokrasi “ dari rakyat, untuk rakyat, sepenuhnya kekuasaan rakyat” rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.
Beberapa bulan lagi Pesta demokrasi daerah akan kita laksanakan yaitu pilkada serentak. Nama-nama calon mulai di suarakan bahkan sudah ada yang mengampanyekan sebagai calon dari pemimpin baik itu gubernur ataupun walikota/bupati. Jadi sebagai generasi milenial dari sekarang harus mampu mengambil peran itu. dari sekarang amati. Kita ubah pola pikir kita memandang politik itu. karena lima tahun kedepannya kita akan dipimpin oleh mereka pemimpin-pemimpin yang kita pilih.
Jadi tunggu apa lagi. Jadi pemain atau penonton?. Jadi penikmat pesta atau hanya sebagai pelayan pesta?. Itu tergantung teman-teman sekalian. Saya mewakili generasi milenial berharap generasi milenial tak lagi acuh terhdap politik. Apalagi terhadap penetapan pemimpin kita. sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baiknya pemimpin kalian ialah orang-orang yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian, juga yang kalian mendoakan kebaikan untuk mereka dan mereka pun mendoakan kebaikan untuk kalian.”
“Arah kemajuan Daerah berada ditangan generasi muda”
Salam Milenials.
Penulis : Andre Afrima Putra
Mahasiswa Hukum Tatanegara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta