Bukittinggi – Setelah beberapa kali batal, akhirnya Joko Widodo mengunjungi Sumatera Barat. Kunjungan tersebut disambut baik oleh BEM KM Unand karena diharapkan dapat membuka kesempatan berdiskusi langsung dengan Presiden RI terkait problematika bangsa ini. Dengan jadwal kunjungan yang berubah-ubah mengharuskan BEM KM Unand bergerak ke Bukittinggi untuk bertemu langsung dengan presiden.
Berangkat dari keprihatinan dan kepedulian terhadap derita rakyat, kemarin malam (08/10) Keluarga Mahasiswa Unand bergerak dari Padang menuju Bukittinggi. Tujuannya adalah untuk menemui presiden dan menyampaikan kajian dari BEM KM Unand terhadap kondisi terkini. Terkhusus masalah kabut asap yang tak kunjung selesai dan merosotnya perekonomian bangsa.
Tantangan bertemu Jokowi begitu berat, mulai dari tantangan alam dan pengamanan. Hingga mencapai Bukittinggi rombongan BEM KM Unand dan mahasiswa STIKES Fort de Cock diiringi hujan dan selalu dipantau oleh pihak kepolisian berpakaian sipil, bahkan saat rehat di perjalanan. Kondisi ini tidak menyurutkan langkah mahasiswa untuk berjumpa dengan pemimpin bangsa ini. Sebagai bentuk kecintaan kepada ibu pertiwi.
Hingga lewat tengah malam rombongan aksi masih berdiskusi untuk mempersiapkan diri agar dapat berjumpa dengan Jokowi besoknya. Perubahan jadwal Jokowi yang secara tidak terduga mengharuskan BEM KM Unand untuk siap sedia menyiapkan berbagai alternatif strategi. Bahkan Reido Deskumar, Presiden KM Unand harus berdiskusi panjang dengan pihak keamanan hingga dini hari agar diberikan kesempatan bertemu langsung dengan Jokowi.
Waktu istirahat yang terbatas tidak menjadi alasan untuk mundur, setelah subuh rombangan aksi langsung turun ke beberapa titik yang menjadi kemungkinan bertemu langsung dengan Jokowi, yakni di Hotel The Hills, area Jam Gadang dan rumah kelahiran proklamator Bung Hatta. Pembagian titik aksi tersebut disengajakan agar kesempatan bertemu dengan presiden tidak tersia-siakan.
Titik pertama di Hotel The Hills, BEM KM Unand diwakili Presiden KM Unand berhasil masuk ring 1 pengamanan presiden. Kesempatan tersebut ingin dimanfaatkan untuk berdialog langsung dengan RI 1. Sayangnya pengawalan yang sangat ketat dari Paspampres dan kepolisian memaksa mundur Presiden KM Unand. Sehingga kajian yang sudah disiapkan untuk menjadi tuntutan kepada pemerintah tidak dapat tersampaikan. Bahkan Jokowi dari dalam mobil dinasnya yang dibeli dari uang rakyat tidak mau sekedar turun dari mobil menerima lembaran kajian tersebut.
Sebagian rombongan aksi lainnya standby di area Jam Gadang, berharap mendapatkan kesempatan lainnya untuk berjumpa dengan Jokowi. Namun hasil yang didapat tidak jauh berbeda dengan kondisi sebelumnya. Penjagaan yang ketat menghalangi kesempatan untuk bertemu Jokowi. BEM KM Unand belum menyerah, rombongan aksi melanjutkan perjuangan ke rumah kelahiran Bung Hatta yang menjadi tempat terakhir yang dikunjungi Jokowi di Bukittinggi.
Di tempat terakhir ini, salah seorang dari rombongan aksi, Gusti Fauzi, Gubernur BEM KM Fakultas Kesehatan Masyarakat dapat bertatap muka dengan Jokowi sembari hendak menyerahkan lembaran kajian dari BEM KM Unand. Namun usaha tadi terhenti karena ditarikpaksa oleh pihak keamanan. Bahkan anggota rombongan lainnya turut dibawa ke markas Polresta Bukittinggi. Selama satu jam lebih rombongan aksi berdialog dengan pihak kepolisian. BEM KM Unand menjelaskan maksud baik aksi tersebut. Selama ini aksi yang dilaksanakan BEM KM Unand terkenal damai dan tertib.
Aksi BEM KM Unand tidak dapat berlangsung sesuai rencana karena pihak keamanan membekukan gerak, hingga akhirnya Jokowi meninggalkan Bukittinggi. Di luar kondisi tersebut kajian BEM KM Unand sudah tersampaikan dan suara rakyat sudah diteriakkan.
[images cols=”three” lightbox=”true”]
[image link=”http://beritasumbar.com/wp-content/uploads/2015/10/aksi-mahasiswa-unand-temui-jokowi-dibekuk-polisi.jpg” image=”6888″]
[image link=”http://beritasumbar.com/wp-content/uploads/2015/10/aksi-mahasiswa-unand-temui-jokowi-dibekuk-polisi-2.jpg” image=”6889″]
[/images]
Sumber: Humas BEM KM Unand