25 C
Padang
Selasa, Oktober 15, 2024
spot_imgspot_img
Beritasumbar.com

Dialog Kebangsaan Ikada, Tan Malaka Syuhada dan Waliyullah Dilupakan Bangsa Indonesia
D

Kategori -
- Advertisement -

Jakarta- Dialog publik bersifat kebangsaan kembali digelar Tan Malaka Institute (TMI) di Jakarta, Minggu (18/9/2016). Bekerjasama dengan Kemendikbud, Dialog ini mengusung tema “Peristiwa 19 September 1945, Massa Aksi dan Revolusi Pemuda”. Acara dibuka Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI DR. Hilmar Farid. Hadir sebagai pembicara sejarawan Belanda sekaligus penulis buku Tan Malaka Doktor Harry A. Poeze , Khatibul Umam Wiranu, Anggota Legislatif Fraksi Partai Demokrat Komisi VIII DPR RI, Ben Tanur, Pendiri Tan Malaka Institute dan Prof. DR. Zulhasril Nasir, Guru Besar Ilmu Komunikasi FISIP UI.

Bertempat di Museum Perumusan Proklamasi, Jalan Imam Bonjol No.1 Menteng, Jakarta Pusat. Sebagai pembicara Umam Wiranu dalam tema tersebut lebih banyak membahas beberapa peran penting dan sentral Tan Malaka dalam revolusi 1945. Menurut Umam, Tan Malaka adalah konseptor Republik Indonesia juga penulis Materialisme Dialektika dan Logika (Madilog) 1942, guna mendidik, mengajar, mecerdaskan bangsa mempersiapkan Indonesia merdeka. Selain itu, Peristiwa lapangan Ikada tidak dapat dilepaskan dari peran startegis Tan Malaka.

“Rapat raksasa lapangan Ikada dalam rangka memperingati satu bulan proklamasi kemerdekaan, tidak dapat dilepas dari peran strategis Tan Malaka sebagai “tokoh bawah tanah” yang legendaris sekaligus yang menerima testamen politik dari Bung Karno,” ungkapnya.

Sebagai pria yang dibesarkan ditengah-tengah Nahdlatul Ulama (NU), Umam memberikan pandangan terhadap keislaman Tan. Ia mengatakan, Tan Malaka merupakan tokoh Islam yang taat, konsisten dan revolusioner. Memegang teguh adat, dimana adat bersumber dari kitabullah (Alquran).

“Bisa kita simpulkan setiap orang Minangkabau adalah seorang muslim. Jelas bagi saya bahwa Tan Malaka adalah produk pendidikan Surau Minangkabau yang tegas menganut ajaran Adat Bersendikan Syara’, Syara’ Bersendikan Khitabullah. Tan Malaka Syuhada dan Waliyullah yang dilupakan bangsa Indonesia,” Umam menambahkan.

Dalam dialog bersama tersebut, Umam berharap pemerintah dibawah Presiden Joko Widodo untuk mengumumkan dan mengukuhkan kembali Tan Malaka sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional dan mengembalikan kehormatan yang menjadi hak-haknya.

“Mari bersama kita luruskan sejarah bangsa ini, Tan Malaka harus ditempatkan terhormat. Kita tahu bahwa Kepres Presiden Soekarno 28 Maret 1963 menetapkan bahwa Tan Malaka adalah seorang pahlawan Kemerdekaan Nasional,” Demikian Umam dalam penyampaiannya pada dialog kebangsaan.

- Advertisement -
- Advertisement -

BERITA PILIHAN

- Advertisement -
- Advertisement -

Tulisan Terkait

- Advertisement -spot_img