Payakumbuh, ~ Ediyanto Nazmar, 54 tahun, dari Mungo, Kabupaten Limapuluh Kota terlihat bersabar menunggu giliran operasi di ruang tunggu, Instalasi Bedah Sentral, RSUD dr Adnaan WD Payakumbuh, Selasa, 10 Desember 2019.
Saat diwawancarai media ini, Ediyanto Nazmar mengaku penglihatan mata bagian kanan kabur sejak 6 bulan yang lalu. Kondisi itu sangat menganggu aktifitasnya sebagai aparatur perangkat Nagari Mungo.
“Mata kanan saya kabur apa bila melihat. Seperti tertutup kabut asap. Meski saya pakai kaca mata, tidak bisa membantu maksimal. Saya berharap mata kanan saya bisa kembali melihat seperti semula,” ungkapnya penuh harap.
Saat asyik berbicara dengan wartawan di ruang tunggu. Tiba-tiba Ediyanto Nazmar dipanggil seorang perawat, lalu membimbing Ediyanto Nazmar masuk ke kamar operasi untuk dilakukan tindakan Phaco Emulsifikasi.
Selain Ediyanto Nazmar, Indrawati S, juga sedang menunggu giliran. Wanita berdomisili di Tanjung Haro, Sikabu-kabu itu, mengaku penglihatan mata kiri terganggu sejak 2 tahun lampau. Hari ini, (10/12) ia dijadwalkan menjalani operasi Phaco Emulsifikasi.
“Sudah 2 tahun penglihatan saya kabur. Tambah parah sejak 2 bulan yang lalu. Terkadang saya tidak melihat benda terletak di lantai. Pernah kena sepak gelas dan penggiling cabe ketika saya berjalan di dapur, ” ungkapnya.
Indrawati S, berusia 48 tahun merupakan ibu rumah tangga, sekaligus membantu suaminya memasak bahan sate di rumah untuk dijajakan suaminya, setiap hari. Kondisi penglihatan semakin kabur, sangat menganggu pekerjaan Indrawati S.
Terpisah, dr.Rina Herlina, Sp.M saat dikonfirmasi membenarkan, Ediyanto Nazmar dan Indrawati S, beserta 3 orang pasien lainnya merupakan penderita Katarak, dijadwalkan operasi 10 November 2019, dengan jenis tindakan Phaco Emulsifikasi.
” Ya, saya hari ini operasi 5 orang pasien penderita Katarak,” katanya. Dokter Rina menambahkan, ” penyakit katarak biasanya muncul pada seseorang yang berusia diatas 45 tahun. Gejala katarak adalah penglihatan buram yang tidak terbantu dengan pemberian kacamata, penglihatan terasa berkabut, dan silau saat melihat cahaya, karena lensa mata mengalami kekeruhan.”
“Untuk itu, perlu dilakukan tindakan operasi pengangkatan katarak dengan menggunakan getaran ultrasonik yang akan menghancurkan lensa mata yang terkena katarak. Setelah itu, lensa mata akan diganti dengan lensa mata buatan. Nama tindakannya Phaco Emulsifikasi,” ulas dr.Rina.
“Kelebihan tindakan Phaco Emulsifikasi adalah sayatan pada mata sangat kecil, yakni 2,2 mm. Pasien tidak perlu puasa karena pembiusan dilakukan dengan pembiusan lokal. Prosedur phaco emulsifikasi ini relatif singkat sekitar 15 menit sampai dengan 20 menit. Setelah operasi pasien akan diistirahatkan setengah jam dan kemudian pasien dibolehkan pulang,” tambah dr. Rina.
Phaco Emulsifikasi terbilang tindakan pembedahan canggih dan mutakhir, menggunakan teknologi ultrasonik yang sudah dipraktekkan oleh dr.Rina Herlina, Sp.M pada ratusan pasien di gedung baru lantai 4, Instalasi Bedah Sentral, RSUD dr Adnaan WD, Kota Payakumbuh.
“Terhitung dari Januari hingga November 2019, sebanyak 255 pasien telah dilakukan operasi katarak oleh dr. Rina Herlina menggunakan teknik Phaco Emulsifikasi,” ucap Hendra, selaku kepala ruangan (Karu) Instalasi Bedah Sentral, RSUD dr Adnaan WD.
Hendra menambahkan, “setiap hari Selasa dan Kamis, dr.Rina mencalonkan pasien yang akan dioperasi sebanyak 5 sampai 10 pasien. Sedangkan hari lainnya beliau jadwal poliklinik. Kecuali ada tindakan emergency, beliau masuk kamar operasi diluar jadwal yang telah ditentukan.”
Agar layanan terus meningkat, dan jadwal operasi tidak antrian, maka direktur utama RSUD dr Adnaan WD, dr.Efriza Naldi, Sp.OG membeberkan bahwa, mulai Januari 2020, akan menambah dokter spesialis mata.
” Insyaallah, mulai bulan Januari, tahun 2020 pelayanan mata akan kita intensifkan tiap hari kerja. Dengan bertambahnya tenaga dokter baru, yakni dokter Lona Diolanda yang baru menyelesaikan pendidikan spesialis mata,” ungkap dr.Ef.(*)