Kab.Solok,BeritaSumbar.com,-Talempong kayu di Nagari Rangkiang Luluih Kecamatan Tigo Lurah Kabupaten Solok menjadi objek penelitian dua orang dosen didampingi satu mahasiswa dari kampus Institut Seni Padang Panjang.
Septriani MA dan Sdi Satria S.SN. M.SN didampingi Putri Wiyani Wulandari Mahasiswi ISI Padang panjang lakukan salah satu dari tri dharma perguruan tinggi yaitu melakukan penelitian lansung ke lapangan.
Objek penelitian yang dipilih adalah talempong kayu. Pada umumnya yang cukup dikenal masyarakat talempong terbuat dari logam dan ada dari batu.
Talempong kayu ini ada di Nagari Rangkiang Luluih Kecamatan Tigo Lurah Kabupaten Solok Sumatera Barat.
Sekilas arti nama nagari Rangkiang Luluih adalah lumbung tempat penyimpanan hasil panen yang runtuh atau hilang ditelan bumi. Menurut cerita masyarakat sekitar, dahulu kala ada rumah gadang beserta rangkiang hilang begitu saja. Kadang kadang dimalam tertentu terdengar bunyi musik talempong dari bekas rumah dan rangkiang hilang tersebut.
Permainan alat musik Talempong kayu di Nagari Rangkiang luluih ini dengan duduk posisin kaki beselonjor kedepan. Talempong kayu diletakan diatas selonjoran kaki pemainnya.
Dari hasil penelitian dengan pola Observasi,wawancara dokumentasi dan studi pustaka diketahui permaian musik talempong kayu ini berawal dari masyarakat yang mencari kayu api. Mereka menemukan kayu sapek (Sebutan untuk jenis kayu oleh masyarakat setempat). Ketika dipukul pukul bunyinya terdengar nyaring dan merdu.
Kayu sapek ini termasuk tanaman yang gampang ditemukan karena suka tumbuh berkelompok dan jenis kayu yang cukup ringan. Kayu Sapek juga bisa digunakan untuk keperluan lainnya seperti untuk perabotan.
Permainan musik talempong kayu di Nagari Rangkiang Luluih ini biasanya diadakan saat acara Baralek Malapeh Kawua (Membayar Nazar). Malam Bajago atau malam hiburan.
Penampilan musk talempong kayu biasanya diadakan dihadapan Niniak Mamak, pemuka nagari atau tokoh masyarakat lainnya.
Untuk proses pembuatan talempong kayu, dipilih kayu sapek yang berumuran sedang, tidak terlalu tua atau terlalu muda. Kayu tersebut dikeringkan dengan sinar matahari lebih kurang satu minggu. Baru dibelah dua setiap potongannya. Kepingan kayu yang sudah dibelah kemudian diruncingkan. Panjang potongan dan keruncingan kayu menentukan bunyi yang akan dihasilkan nanti setelah talempong kayu jadi.
Semua proses dalam pembuatan harus dilaksanakan dengan alami, kayu tidak boleh di cat atau diberi warna. Karena akan berdampak pada bunyi yang dihasilkan
Cerminan Alam dalam nada pukul talempong kayu atau makna musik yang dihasilkan talempong ini:
1, Tanjuang Bonai, Jenis padi yang banyak ditanam masyarakat Nagari rangkiang luluih
2, Alang tabang, Gambaran pemuda yang pergi merantau sebelum masa panen datang
3, Cancang, Larangan bertindak gegabah terhadap sesama makhluk hidup
4, Tajun Tingkok, Larangan untuk mencegah terjadinya tindakan ceroboh yang bisa merugikan lingkungan
5, Siamang Bajawek, Melestarikan hewan jenis siamang karena binatang ini mempunyai fungsi praktis dan simbolis bagi masyarakat.
6, Siamang tagogau, Menjaga agar Siamang tidak terkejut sehingga lari kedalam hutan
7, Tupai Bagaluik, Melestarikan Tupai, karena binatang ini mampu melakukan penebaran tanaman (pusako nek lompek)
8, Ngarai Runtuah, Menjaga lahan atau tebing tidak longsor, karena topografi nagari rangkiang luluih daerah berbukit.
9,Bungo Layua Satangkai, Melestarikan atau menjaga tanaman agar tidak layu
10, Ambun Pagi, Menggambarkan kesejukan dan keasrian lingkungan Nagari Rangkiang luluih kala mentari pagi menyambut
11, Mudiak Sawah, Membuka Sawah sebagai mata pencarian utama masyarakat Nagari Rangkiang Luluih.
Dari penelitian duo dosen didampingi satu mahasiswa ini disimpulkan bahwa talempong kayu tidak hanya kesenian semata, tetapi mengandung relasi antara manusia dan lingkungan alam. Hal ini tercermin dari latar belakang, proses pembuatan dan makna nada pukul dalam talempong kayu tersebut.
Hasil penelitian ini sudah diseminarkan di seminar Internasional ICAMAC, dipublikasikan di jurnal SINTA 4 dan juga diterbitkan dalam bentuk buku ajar serta sertifikat HAKI.