Oleh : Irwan Prayitno
Baru-baru ini kita dikejutkan dengan pemberhentian dengan hormat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar. Pemberhentian itu diawali dengan isu di media sosial yang kemudian berkembang menjadi berita mengenai kewarganegaraan menteri yang bersangkutan. Terlepas dari pro-kontra masalah aturan tersebut, tiba-tiba rasa kesukuan orang Minang bangkit dan berusaha memberi dukungan kepada Arcandra.
Mereka melihat sosok Arcandra ini memiliki keistimewaan, seperti kepintarannya, kepakarannya, ketawadhuannya, dan juga kecintaannya kepada negerinya sendiri sehingga rela meninggalkan Amerika menuju Indonesia. Arcandra juga memiliki paten terkait bidang migas, dan sudah diakui reputasinya di Amerika. Archandra dianggap sebagai sosok individu Minang yang patut dibanggakan. Dia pun tahu agama (ustadz) dan sangat ‘medok’ minangnya.
Momen ini seperti menyadarkan kita bahwasanya selama ini banyak orang Minang yang memiliki reputasi bagus seperti mutiara yang masih terbungkus dan berada di dasar lautan. Namun mutiara ini seperti tertutup rapi tanpa ada yang mau membukanya agar diketahui banyak orang.
Jika kita kembali menengok sejarah ke belakang, dari 163 pahlawan nasional yang sudah ditetapkan pemerintah sejak tahun 1959, sekitar sepuluh persennya berasal dari Minang. Padahal persentase etnis Minang secara nasional hanya sekitar dua persen. Demikian pula orang Minang yang menjadi menteri (eksekutif) dan politisi (legislatif), kiprah mereka sudah diakui secara nasional maupun internasional. Orang Minang banyak yang sukses di berbagai profesi seperti sastrawan, budayawan, wartawan, akademisi, ustadz atau ulama, guru atau dosen, pedagang, pengusaha, politisi, diplomat, birokrat, dan profesi lainnya. Ini menandakan bahwa sejak dulu pun sudah banyak orang Minang yang menjadi mutiara bagi negeri ini, dengan memperlihatkan reputasi yang cemerlang.
Dan kinipun banyak anak muda Minang yang menunjukkan kecemerlangannya. Mereka tersebar di berbagai bidang kehidupan seperti pendidikan, ekonomi, komunikasi, pariwisata, politik, hukum, sastra, budaya dan lainnya. Saya memberi apresiasi kepada para anak muda yang berusaha kembali menghidupkan kebanggaan sebagai orang Minang dengan sebutan Minang Pride atau tagar #minangpride.
Melalui media sosial (online) dan juga kopi darat (offline), para anak muda ini mencoba kembali menggugah kebanggaan sebagai orang Minang yang memang memiliki kompetensi mumpuni. Tidak hanya sekedar slogan semata, tetapi mereka banyak yang sudah eksis di bidang masing-masing.
Salah satu sebab kemunculan Minang Pride ini adalah, dalam melihat sesama orang Minang seolah-olah tiada yang bisa diharapkan dari orang Minang. Persepsi negatif secara berterusan dimunculkan untuk hal yang sebenarnya memiliki sisi positif. Aura negatif lebih dominan dibanding memunculkan energi positif.
Selama ini orang Minang diidentikan dengan tukang cemooh, padahal bagi sebagian orang yang dilakukan mereka adalah kritik yang konstruktif. Yang kadang-kadang memang keras. Namun itu sebenarnya bagian dari karakter yang ada di profesi mereka seperti penulis, dosen, ulama, sastrawan, budayawan, dan lainnya.
Demikian pula ketika ada yang menyebut orang Minang itu pelit. Namun bagi sebagian orang, mereka sangat berhitung dan hemat karena karakter yang ada pada profesi mereka seperti pedagang, pengusaha, dan lainnya.
Persepsi negatif lainnya adalah anggapan oleh sebagian orang bahwa orang Minang ini banyak bicara (tukang ota). Padahal dalam sisi positif, kemampuan bicara orang Minang sejak dulu bisa diandalkan dalam hal diplomasi, negosiasi, komunikasi, dan lainnya.
Orang Minang juga dianggap tidak bisa bekerjasama dalam persepsi negatif. Padahal karakter orang Minang yang dimaksud dalam sisi positif adalah independen. Oleh karena karakter independen inilah maka hal tersebut yang menjadi kekuatannya sehingga bisa maksimal berimprovisasi.
Demikian pula ketika ada orang Minang yang memiliki kecerdasan, kepintaran dan juga kecerdikan. Persepsi negatif yang dimunculkan menjadi seolah-olah orang Minang ini licik (galia). Tidak ada bagusnya sama sekali.
Upaya mendiskreditkan sesama orang Minang ini sudah saatnya dihentikan. Mari kita dukung berbagai potensi yang ada pada diri orang Minang ini agar muncul kepercayaan diri untuk berkiprah mengaktualisasikan potensinya. Anak-anak muda Minang sudah saatnya dimotivasi agar mereka memiliki kepercayaan diri. Persepsi negatif yang mendiskreditkan diri sendiri sudah harus dibuang jauh-jauh.
Minang Pride adalah media yang tepat bagi para anak muda Minang untuk memunculkan kepercayaan diri bahwa mereka bisa sukses dan mampu mencapai sukses seperti halnya selama ini yang sudah ditunjukkan oleh orang-orang sebelumnya. Dan dari #minangpride bergerak menjadi#minangbisa. Jika orang lain bisa, maka kitapun insya Allah pasti bisa.
Allah SWT berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’d: 11).
Maka, jika kita ingin sukses, harus diri kita sendiri yang mengubahnya. Segala persepsi negatif harus dihilangkan jauh-jauh agar muncul kepercayaan diri yang kuat. Semoga dengan kebersamaan, kita bisa memunculkan energi positif secara berterusan dan menghilangkan persepsi negatif yang selama ini muncul. ***