Pemerintah Kota Payakumbuh melalui Kantor Kesbangpol dipimpin Dra. Hj. Elfriza Zaharman, menggelar kegiatan yang bertajuk interaktif dalam rangka mengantisipasi gerakan radikalisme ISIS dan Syi’ah, Selasa (26/5). Dialog yang dihadiri oleh 140 orang peserta dari berbagai unsur masyarakat seperti kepala SKPD, tokoh agama, tokoh pendidikan, kepala sekolah dan tokoh pemuda dibuka oleh Wakil Walikota Payakumbuh Suwandel Mukhtar.
Dalam sambutannya, Wawako menyambut baik pelaksanaan acara yag digawangi oleh kantor Kesbangpol kota Payakumbuh tersebut. Wawako menegaskan bahwa dialog itu perlu dikembangkan dalam rangka mengantisipasi munculnya gerakan radikalisme akibat ketidakpahaman masyarakat terhadap nilai-nilai yang dianutnya. Baik itu nilai agama maupun nilai-nilai adat.
“Untuk mendorong agar masyarakat Payakumbuh tahan terhadap godaan dan mampu memilah informasi dan memilih kelompok untuk bergabung sangat penting dilakukan, agar tidak ada masyarakat yang terjebak menjadi anggota kelompok garis keras tanpa di sadari, ” tambah Suwandel.
Dialog menghadirkan narasumber AKBP Yuliani SH (Kapolres Kota Payakumbuh), H Mismardi BA (Ketua MUI Payakumbuh), Ricardo Simanjuntak (Kejaksaan Negeri Payakumbuh) dan pembicara kunci Prof. DR Yaswirman MA (Guru Besar Unand) dengan dimoderatori oleh tokoh masyarakat Payakumbuh Desembri P Chaniago, SH.
Ketua MUI mengungkapkan bahwa kekhawatiran terhadap ISIS tidak perlu terlalu berlebihan karena keberadaannya hanya untuk negara Irak dan Syiah. Akan tetapi memang perlu memberi pemahaman kepada masyarakat agar tidak ikut sert bergabung tersebab adanya embel-embel Islam dalam kelompok tersebut.
Kapolres Yuliani dalam paparannya menyebutkan bahwa Polri dalam menjalankan tugasnya akan bertindak tegas terhadap segala bentuk aksi-aksi radikalisme yang mengancam keamanan masyarakat.
Sementara itu, Ricardo Simanjuntak mengajak masyarakat untuk bisa menjaga diri masing-masing dari kemungkinan terjebak dalam kelompok radikal. Berawal dari berusaha untuk memahami ajaran agama dengan baik akan menjauhkan masyarakat dari perbuatan radikalisme yang menyimpang kata beliau.
Yaswirman lebih spesifik menyebutkan bahwa gerakan ISIS bukanlah gerakan agama, akan tetapi masalah ideologi yang membawa-bawa nama agama. Sementara kelompok syi’ah menurut Yaswirman mengutip pernyataan MUI memang perlu dikhawatiri keberadaannya. Karena kelompok tersebut terdapat ajaran yang memang sudah berseberangan dengan keyakinan yang selama ini difahami oleh kalangan Sunni.
Dari seluruh materi yang dipaparkan tersebut, dialog menyimpulkan bahwa ISIS merupakan kelompok radikal yang tidak bisa di terima oleh nilai-nilai Islam. Demikian juga syi’ah yang menyimpangkan ajaran agama dan bahkan mengkafirkan sahabat nabi jelas tidak sesuai dengan ajaran yang selama ini di fahami.
Acara juga diawali dengan penandatangan kesepakatan bersama yang isinya menolak keberadaan ISIS dan Syi’ah di Kota Payakumbuh. Pernyataan di tanda tangani di atas kertas dan baliho di awali oleh wakil walikota, kapolres, ketua MUI, Kejaksaan dan perwakilan dari Kodim 0306 dan diikuti oleh pimpinan ormas seperti Muhammadiyah, NU, dan seluruh peserta dialog