Padang Pariaman, beritasumbar.com – Tanaman nilam yang bernama latin Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth adalah tanaman perdu wangi yang memiliki daun berwarna hijau tipis dan tidak kaku.
Daunnya berbentuk bulat oval dan bulat panjang-menyerupai jantung pada permukaan bagian atas daun terdapat bulu-bulu dan kasar, berwarna hijau tua keungun-unguan dan mengeluarkan aroma yang unik bila diremas, berbatang segiempat, mempunyai banyak cabang dan tumbuh sehingga satu meter tinggi.
Untuk mendapatkan minyak pati (biang) nilam (patchouli oil), daun tanaman ini dikeringkan terlebih dahulu selama 3-4 hari di atas rak bambu, sehingga mendapatkan berat kering kurang dari setengah berat semula. Adapun daun yang sudah kering lebih banyak menghasilkan minyak atsiri ketimbang daun yang masih basah.
Ada 3 cara untuk mendapatkan minyak nilam, direbus, dikukus, dan penyulingan dengan cara uap.
Minyak nilam ini memiliki sifat sebagai berikut : sukar menguap dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya, larut dalam alkohol, minyak dapat dicampur dengan minyak eteris-minyak terbang lainnya, minyak nilam punya banyak kegunaan, mulai dari pembunuh serangga, hingga bermanfaat pula sebagai obat-obatan.
Masa panen pohon ini terbilang singkat dan pemeliharaannya terbilang cukup mudah. Bahkan, di sebagian daerah Indonesia tumbuh liar sebagai tumbuhan semak. Masih sedikit masyarakat yang mengetahui bahwa kandungan daun ini sangat bermanfaat untuk berbagai bidang industri dan bernilai ekonomi.
Manfaat dan kegunaan minyak nilam yaitu: sebagai bahan campuran untuk parfum, sebagai aroma therapy, anti mikroba, sebagai anti oksidan, dan menyembuhkan dan menghilangkan bekas luka. Selain itu mencegah kulit kering, bahan baku obat, anti serangga, merangsang hormon, dan menyembuhkan dan menghambat luka dari sengatan racun ular berbisa.
Melansir dari berita Ditjen Perkebunan Kementan RI (4/2020), “Indonesia merupakan negara produsen utama minyak nilam dunia, menguasai berkisar 95% pasar dunia. Saat ini, berkisar 85% ekspor minyak atsiri Indonesia didominasi oleh minyak nilam dengan volume 1.200-1.500 ton/tahun, dan diekspor ke beberapa negara diantaranya Singapura, Amerika Serikat, Spanyol, Perancis, Switzerland, Inggris, dan negara lainnya.” kata Kasdi Subagyono Direktur Jenderal Perkebunan dalam arahannya pada video conference meeting (1/4/2020).
“Prospek ekspor komoditi nilam pada masa yang akan datang masih cukup besar, mengingat tingginya permintaan dunia akan minyak nilam,” katanya. Fungsi minyak nilam adalah sebagai bahan pengikat (fiksator) dalam industri Parfum/Fragrance, kosmetik, farmasi, dan aromaterapi, sampai saat ini belum dapat disubstitusi oleh bahan yang lain.
Beberapa jenis nilam yang banyak dikembangkan di Indonesia diantaranya varietas tapak tuan, varietas sidikalang, varietas lhoksumawe dan varietas Pachoullina 1, dan 2 yang di kembangkan oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro).
Agar usaha lebih menguntungkan dan dapat terus berjalan, petani nilam disarankan untuk memiliki alat penyulingan sendiri. Usaha ini dapat dilakukan bersinergi dengan BUMDes/ BUMNag yang ada di desa/ nagari.
Dengan demikian, petani dapat langsung melakukan penjualan secara mandiri kepada pihak eksportir (melalui BUMDes/ BUMNag) atau bahkan melakukan ekspor secara mandiri dengan memanfaatkan platform dagang digital, seperti: IDNStore, PaDi UMKM, TaniHUB, dan lain sebagainya.
Saat ini (2021), harga minyak nilam di Indonesia berada di kisaran Rp600 ribu sampai Rp700 ribuan per kg. Di Aceh Barat Daya misalnya, minyak nilam ditawarkan dengan harga berkisar Rp660 ribuan per kg di tingkat petani dan Rp700 ribuan per kg di tingkat penampung. Tidak jauh berbeda, di Touna, Sulawesi Tengah, minyak nilam dijual dengan harga Rp620 ribuan per kg. Sahabat petani, adakah yang berminat menanam tanaman Nilam ini? oleh H. Ali Akbar. (Syamsul)