26 C
Padang
Minggu, Desember 8, 2024
spot_imgspot_img
Beritasumbar.com

Perencanaan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0
P

Kategori -
- Advertisement -

Revolusi industri secara umum diartikan sebagai perubahan besar dan radikal terhadap cara manusia memproduksi barang. Setiap perubahan tersebuat akan selalu diikuti oleh perubahan dalam bidang ekonomi, politik, militer dan budaya yang berimbas pada kehilangan pada sejumlah profesi dan melahirkan profesi baru. Revolusi industri pertama, dimulai dengan ditemukan dan digunakannya mesin uap dalam proses produksi barang.

Penemuan ini sangat penting dizamannya karena sebelum adanya mesin uap, manusia hanya mengandalkan tenaga otot, tenaga air, dan tenaga angin untuk menggerakkan apapun. Dengan ditemukannya mesin uap, maka keterbatasan fungsi tenaga otot, angin dan air dalam proses produksi dan kehidupan manusia mulai teratasi. Efeknya, sejumlah tenaga kerja manusia yang selama ini mengandalkan ototnya dalam bekerja, perlahan mulai digantikan oleh kehadiran mesin.

Setelah era mesin uap dilalui, lanjut revolusi industri kedua yang terjadi di awal abad ke-20. Saat itu, produksi memang sudah menggunakan mesin, tenaga otot sudah digantikan oleh mesin uap, dan kini tenaga uap mulai digantikan dengan tenaga listrik. Salah satu gebrakan besar yang terlihat di era revolusi industri kedua ini adalah produksi mobil secara besar-besaran karena sudah menggunakan perpaduan mesin dan listrik.

Akibat produksi mobil dengan memanfaatkan mesin dan listrik ini, maka produksi mobil jadi meningkat, biaya produksi menurun, harga mobil jadi terjangkau dan dapat di beli oleh berbagai kalangan masyarakat. Efeknya, terjadi perubahan struktur masyarakat dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Jutaan orang butuh garasi, tempat parkir, bengkel ganti oli, bengkel ganti ban, tukang cuci mobil, dan hal lain yang tidak terpikir sebelumnya. Sehingga keberadaan revolusi kedua ini melahirkan lapangan usaha baru dan menenggelamkan usaha lainnya.

Lanjut ke era indutri ketiga. Jika pada industri sebelumnya sebatas mengganti tenaga otot menjadi tenaga mesin, dan tenaga mesin ke tenaga listrik yang lebih mudah dan evisien, maka pada industri ketiga ini faktor yang diganti adalah manusianya. Revolusi ketiga ini dipicu oleh mesin yang bergerak dan berpikir secara otomatis yang dikenal sebagai komputer dan robot.

Komputer menjadi otaknya, robot menjadi tangannya, pelan-pelan fungsi pekerja kasar dan pekerja manual menghilang. Kini, komputer menggantikan banyak tugas manusia sebagai operator dan pengendali lini produksi. Artinya, sekali lagi terjadi penurunan pemanfaatan sumber daya manusia, terbebasnya ribuan tenaga kerja untuk dipekerjakan.

Sekarang, kita masuk ke era industri keempat. Konsep “Industri 4.0” ini pertama kali digunakan di publik dalam pameran industri Hannover Messe di kota Hannover, Jerman di tahun 2011. Kemajuan yang paling terasa di era ini adalah kemudahan untuk mengakses internet secara luas. Inilah bagian pertama dari revolusi industri keempat: “Internet of Things”. Kita telah masuk ke era baru industri yang biasa disebut dengan data technology. Pada titik ini, hampir semua aspek kehidupan akan bergantung pada teknologi, khususnya machine learning, AI, dan robot. Machine learning yaitu mesin yang memiliki kemampuan untuk belajar, yang bisa sadar bahwa dirinya melakukan kesalahan sehingga melakukan koreksi yang tepat untuk memperbaiki hasil berikutnya.

Revolusi ini masih berlangsung, atau bahkan baru dimulai. Ada banyak tantangan yang mesti dihadapi di era industri keempat ini, termasuk salah satunya di dunia pendidikan. Pemerintah melalui Kemendikbud telah memulai revolusi pendidikan sejak 2019 lalu, baik di tingkat dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi. Konsep yang diusung dalam revolusi ini adalah merdeka belajar di semua aspek pendidikan formal. Konsep merdeka belajar diluncurkan demi menyiapkan SDM Indonesia yang unggul, sehingga di tahun 2045 Indonesia mampu menjadi kekuatan ekonomi terbesar nomor 5 di dunia sebagai hadiah 100 tahun Indonesia merdeka.

Konsep merdeka belajar sangatlah berbeda dengan kurikulum yang pernah ada dan digunakan oleh pendidikan formal di Indonesia. Konsep pendidikan baru ini sangat memperhitungkan kemampuan dan keunikan kognitif individu para siswa. Menyongsong itu semua, pembangunan manusia ke depan seolah menjadi lebih penting daripada hanya membangun infrastruktur. Sebab, pada tahun 2030 nanti akan menjadi puncak dari bonus demografi Indonesia dengan 64% penduduk adalah angkatan kerja. Untuk itu, diperlukan perencanaan pendidikan yang lebih adabtif dengan era industri 4.0 ini.

Asmendri selaku dosen Manajemen Pendidikan IAIN Batusangkar, dalam tulisannya menjelaskan bahwa perencanaan pendidikan adalah suatu proses  intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan,dan menimbang serta memutuskan  dengan keputusan yang di ambil. Harus mempunyai  konsistensi internal yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan.

Memasuki era ini, sekolah harus melakukan reorientasi kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan industri 4.0. Selain itu, sekolah pun harus mengembangkan kapasitas literasi baru seperti data, teknologi dan manusia, yang diarahkan untuk menunjang sistem pembelajaran. Selanjutnya,sekolah juga diminta untuk mengembangkan inovasi pembelajaran berbasis daring atau blended learning more. Untuk itu, premises pembelajaran menjadi semakin fleksibel, terdistribusi dengan baik, sekaligus untuk perluasan dan pemerataan akses serta peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

 Lalu, bagaimanakah merencanakan dan menyiapkan guru serta tenaga kependidikan menghadapi tantangan era tersebut? Peran guru secara utuh sebagai pendidik, pengajar, dan pembimbing di sekolah tidak akan bisa digantikan sepenuhnya dengan kecanggihan teknologi. Hal ini disebabkan peran guru sangatlah kompleks,  antara lain sebagai pembimbing, sebagai evaluator dan motivator, sebagai  konselor, dan mengembangkan kreatifitas dan inovatif peserta didik.  Meskipun demikian, guru harus terus meng-upgrade diri agar mampu menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas.  Salah satu tantangan yang harus dihadapi guru di era digital ini adalah mengatasi penyakit TBC (tidak bisa computer). Perlu diingat, peserta didik yang dihadapi guru saat ini merupakan generasi millenial yang tidak asing lagi dengan dunia digital.

Jangan sampai, peserta didik era industri 4.0 diajar oleh guru industri 3.0. Jika guru tidak mempersiapkan kedatangan revolusi digital ini, guru bukan hanya dikalahkan dengan teknologi, tapi juga akan dikalahkan oleh peserta didiknya sendiri. Bukti konkritnya pun sudah bisa kita temui saat ini. Contoh dengan hadirnya prototype seperti ruang guru yang mampu menggeser keberadaan beberapa lembaga pendidikan non formal yang biasa dijadikan tempat untuk belajar tambahan bagi siswa diluar sekolah.

Untuk mewujudkan siswa yang memiliki keterampilan industri 4.0, maka gurunya pun harus memahami dan memiliki kompetensi tersebut. Keterampilan yang perlu dimiliki oleh guru masa kini untuk menghadapi peserta didik abad 21 antara lain kritis, kreatif, kolaboratif dan komunikatif. Keterampilan-keterampilan tersebut penting dimiliki, agar proses pendidikan yang berlangsung mampu menghantarkan dan mendorong para peserta didik untuk menjadi generasi yang siap menghadapi tantangan perubahan zaman.

Selain itu, guru juga diwajibkan melek dalam berbagai bidang serta mampu menguasai literasi dasar seperti literasi finansial, literasi digital, literasi sains, literasi kewarnegaraan dan kebudayaan. Kemampuan literasi dasar ini menjadi modal bagi para guru untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih variatif, tidak monoton hanya bertumpu pada satu metode pembelajaran yang bisa saja membuat para peserta didik tidak berkembang.

Selain guru, keberadaan tenaga kependidikan juga merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan saat ini. Namun, di era industri 4.0 ini, kebutuhan tenaga administrasi dan tenaga lain juga mulai tergeser. Dengan kemajuan teknologi informasi di era digital ini, urusan administratif bisa diserahkan pada sejumlah platform digital yang bisa diakses dan diunduh dimanapun. Sehingga diprediksi dalam 10 atau 40 tahun ke depan, proses pendidikan secara formal di sekolah akan dikendalikan sekitar 90% oleh komputer. Pada tahun tersebut kita bisa menemukan sekolah yang hanya dioperasikan oleh sedikit manusia saja.

Dengan gambaran seperti ini, apakah sekolah, guru dan tenaga kependidikan sudah siap dengan perencanaannya untuk lepas dari sistem pendidikan monolog menuju sistem pendidikan era 4.0? Kesiapan ini menjadi penting karena problem terbesar dari bangsa ini adalah gagap dalam menerima perubahan. Pengajaran tanpa perubahan bukanlah sebuah proses pendidikan yang benar. Jika pendidikan tidak menghasilkan perubahan, maka pendidikan yang sudah dilakukan dipastikann gagal.

Penulis:

Dedi Hendris, S.Pd
Mahasiswa Pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam di IAIN Batusangkar.
Guru Bahasa Indonesia di MTsN 1 Kota Payakumbuh.

- Advertisement -
- Advertisement -

BERITA PILIHAN

- Advertisement -
- Advertisement -

Tulisan Terkait

- Advertisement -spot_img