Pendidikan merupakan salah satu aspek penentu bagi kemajuan bangsa, dengan pendidikan manusia dituntut untuk memperoleh kepandaian dan ilmu, sehingga akan mampu menguasai bidang yang dipelajari sesuai tujuan dari pelaksanaan pendidikan.
Keberhasilan dari proses pendidikan sangat dipengaruhi oleh pembelajaran yang berlangsung karena merupakan inti dari proses pendidikan, baik itu dari segi lingkungan pendidikan, maupun yang lainnnya, lingkungan pendidikan merupakan tempat seseorang memeperoleh pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik berupa benda mati, makhluk hidup, ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi termasuk kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada individu, seperti lingkungan tempat pendidikan berlangsung dan lingkungan tempat anak bergaul, lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga pendidikan sesuai dengan jenis dan tanggung jawab yang secara khusus menjadi bagian dari karakter lembaga tersebut
Lingkungan pendidikan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap peserta didik. perbedaan pengaruh tersebut tergantung jenis lingkungan pendidikan tempat peserta didik menetap, hal ini karena masing-masing jenis lingkungan pendidikan memiliki situasi sosial yang berbeda-beda. Situasi sosial yang dimaksud meliputi faktor perencanaan, sarana dan sistem pendidikan pada masing-masing jenis lingkungan. Intensitas pengaruh lingkungan terhadap peserta didik tergantung sejauh mana anak dapat menyerang rangsangan yang diberikan lingkungannya dan sejauh mana lingkungan mampu memahami dan memberikan fasilitas terhadap kebutuhan pendidikan peserta didik, lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan.
Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat. Pengaruh lingkungan dapat dikatakan positif, apabila lingkungan tersebut dapat memberikan doronganatau motivasi dan rangsangan kepada anak untuk berbuat hal-hal yang baik. Sebagai contoh, misalnya anak-anak di sekolah mendapatkan pendidikan agama dari guru agama, dan di rumah anak-anak selalu mendapatkan bimbingan dari orang tuanya, karena keluarganya adalah orang-orang yang patuh mengamalkan ajaran agama, serta ditambah lagi masyarakat sekitarnya juga terdiri dari orang-orang yang aktif melakukan kegiatan keagamaan.
Dalam suatu instansi butuh suatu perencanaan dalam sebuah pendidikan, dilihat dari perencanaan itu sendiri, merupakan proses awal untuk memutuskan tujuan dan cara pencapaian sesuatu yang telah direncanakan sebelumnya, adapun perencanaan yang dimaksud dalam pembahasan ini yaitu mengenai perencanaan kurikulum, dalam dunia pendidikan untuk menghasilkan kurikulum yang baik, harus diadakan yang namanya perencanaan kurikulum. Dengan adanya perencanaan kurikulum diharapkan dapat memberi kesempatan belajar mengajar untuk membina siswa atau peserta didik ke arah perubahan tingkah laku yang digunakan dan menilai hingga mana perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta didik.
Perencanaan kurikulum merupakan bagian dari upaya perwujudan sebuah ide-ide tentang pengembangan kurikulum, perencanan memegang peranan penting terhadap hasil dari sebuah proses pengembangan kurikulum. Apabila perencanaan baik maka baik pula hasilnya, dan sebaliknya apabila perencanan tidak baik maka tentu akan dihasilkan sebuah kurikulum yang tidak sistematis.
Manusia tak lepas dari yang namanya pendidikan, baik yang formal maupun nonformal, dalam pendidikan formal pasti memiliki jenjang pendidikan baik itu SD, SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi semuanya pasti berlandaskan dalam suatu sistem yang dinamakan kurikulum, karena setiap kegiatan dalam pendidikan semuanya di atur dalam sebuah kurikulum, selama ini kita telah mengalami bahwa kurikulum di Indonesia mengalami perubahan yang tidak satu atau dua kali, semua itu diupayakan agar pendidikan di Indonesia dapat berkembang dengan baik.
Agar menghasilkan kurikulum yang baik, harus diadakan yang namanya perencanaan kurikulu, dimana dalam tahap-tahap nya harus sangat teliti dan detail menyesuaikan kebutuhan dan kondisi masyarakat, dimana yang dimaksud perencanaan adalah suatu proses ketika peserta dalam banyak tingkatan membuat keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan tersebut melalui situasi mengajar-belajar, serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut, tanpa perencanaan kurikulum, sistematika berbagi pengalaman belajar tidak akan saling berhubungan dan tidak mengarah pada tujuan yang diharapkan. Pendidikan merupakan proses interaksi antara pendidik dengan siswa dalam upaya membantu siswa menguasai tujuan-tujuan pembelajaran.
Proses pendidikan dapat berlangsung baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, dalam lingkungan keluarga interaksi terjadi antara orang tua dengan anaknya, dilingkungan sekolah terjadi interaksi antara pendidik dengan siswa, sedangkan dilingkungan masyarakat terjadi interaksi antar warga masyarakat yang berbeda latar belakangnya.
Secara umum, pendidikan dibedakan menjadi pendidikan formal (diselenggarakan oleh suatu lembaga pendidikan atau pelatihan dengan perencanaan dan struktur tertentu) dan pendidikan informal/ nonformal (yang dilaksanakan tanpa melalui proses perencanaan edukatif secara khusus dan berlangsung diluar lembaga atau lingkungan sekolah). Sekolah sebagai lembaga pendidikan, tentu berupaya mempersiapkan anak didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi atau bekerja menggunakan panduan yang direncanakan sebelumnya, yaitu kurikulum.
Kurikulum merupakan sejumlah kegiatan dan pengalaman belajar yang dialami peserta didik dibawah pengarahan dan tanggung jawab sekolah, kurikulum dibuat sekolah (lembaga pendidikan) yang didalamnya memuat keseluruhan perencanaan pengalaman pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa agar mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang akan mereka gunakan untuk hidup bermasyarakat, pendidikan yang lebih jelas bersifat formal terdapat dalam lingkungan sekolah.
Dilingkungan sekolah telah dipersiapkan guru sebagai pendidik oleh lembaga pendidikan guru, sebagai seorang pendidik, guru telah dibina atau memiliki kepribadian sebagai pendidik, guru telah diberi kewenangan oleh pejabat dengan surat keputusan untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dengan rencana dan persiapan yang matang.
Mereka mengajar dengan tujuan yang jelas, bahan yang telah disusun dalam pembelajaran yang dirancang secara cermat, guru melaksanakan pendidikan di sekolah secara formal, ciri pendidik formal antara lain adanya kurikulum yang jelas dan rinci, dilaksanakan secara formal, terencana, diawasi, dinilai, diberikan oleh guru yang mempunyai keterampilan dalam lingkungannya dengan aturan tertentu.
Dari ciri-ciri tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidik formal adalah pendidik yang memiliki rancangan pendidikan atau kurikulum tertulis yang tersusun secara sistematis, jelas dan rinci, dilaksanakan secara formal, terencana, diawasi dan dinilai, diberikan oleh guru yang memiliki ilmu dan keterampilan khusus di dalam bidang pendidikan, berlangsung dalam lingkungan tertentu dengan fasilitas dan alat serta aturan-aturan tertentu pula. Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam merencanakan kurikulum adalah tentang siapa saja yang bertanggung jawab, serta bagaimana perencanaan kurikulum dilakukan secara profesional.
Adapun Komponen perencanaan kurikulum
- Perumusan tujuan atau hasil. Untuk mencapai tujuan, penyelenggara sekolah harulslah berpedoman tujuan pendidikan nasional. Sumber empiris, filosofis, konsep kurikulum, materi pelajaran, analisis situasional, serta penekanan pendidikan
- Konten yang terdiri dari fakta dan konsep yang terkait dengan tujuan. Konten kurikulum adalah komposisi bahan studi dan pelajaran guna mencapai tujuan pendidikan. Konten kurikulum harus memperhatikan kriteria: signifikansi validitas, relevansi, utilitas sosial, kemampuan belajar, minat siswa.
- Aktivitas yang digunakan untuk mencapai tujuan. Kegiatan belajar harus dirancang bervariasisehingga memungkinkan siswa untuk memperoleh konten yang ditentukan sehingga tujuan ditetapkan. Strategi belajar mengajar dapat dikelompokkan: ekpositori (ekpository), pembelajaran kooperatif (cooperative learning), proyek layanan masyarakat (community service project), pembelajaran yang dikuasai (mastered learning), dan pendekatan proyek (project approach) Sumber yang digunakan termasuk buku dan bahan cetak, dokumen elektronik, film, video, internet dan banyak lagi,
- Alat ukur untuk menentukan tingkat pencapaian. Evaluasi dilakukan bertahap dan terbuka dan terus menerus. Instrumen untuk pengukuran meliputi: tes standar, tes buatan guru, sampel pekerjaan, tes lisan, pengamatan sistematis, wawancara, kuesioner, daftar hasil, serta skala penilaian kalkulator-anekdotal dan sosiogram dan pelaporan.
Dari uraian diatas dapat kita pahami bahwa kurikulum dan pendidik merupakan syarat terjadinya pendidikan di sekolah formal, karena kurikulum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidik atau pengajar di sekolah. Kedudukan kurikulum dalam pengajaran sangat penting karena kurikulum merupakan pedoman untuk tercapainya tujuan-tujuan pendidikan tertentu. Dalam kurikulum terdapat komponen-komponen kurikulum yang harus dikuasai oleh pengajar antara lain tujuan, bahan ajar, alat, metode dan penilaian (Nana Syaodih,1997:3).
Menurut pandangan lama kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Anggapan demikian sekarang sudah tidak berlaku lagi seiring dengan terus diadakannya pembaharuan dan pengembangan kurikulum. Kurikulum yang berkembang sekarang adalah kurikulum yang telah beralih dari menekankan pada isi menjadi lebih menekankan pada pengalaman belajar.
Konsep pengembangan kurikulum saat ini yang lebih penting adalah konsep pengembangan tentang kurikulum sebagai substansi, sebagai subyek, dan sebagai bidang studi. Sebagai Substansi kurikulum merupakan suatu rencana kegiatan belajar bagi siswa di sekolah atau sebagai suatu perangkat yang tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum sebagai system adalah bahwa kurikulum merupakan bagian dari system persekolahan, system pendidikan, bahkan system masyarakat.
Kurikulum sebagai suatu bidang studi merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran, sebelum dilakukannya pengembangan terhadap kurikulum, maka terlebih dahulu dilakukan nya perencanaan terhadap kurikulum, perencanaan kurikulum ini bertujuan agar sekolah mencapai target ataupun tujuan yang ingin dicapai oleh instansi sekolh tersebut, adapun hal-hal yang harus direncanakan seperti, merencanakan desain dari kurikulum tersebut, implementasi ataupun evaluasi dari kurikulum tersebut.
Jadi perencanaan kurikulum adalah suatu proses ketika peserta dalam banyak tingkatan membuat keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan-tujuan tersebut melalui situasi mengajar-belajar, serta telaah keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut. Tanpa perencanaankurikulum, sistematika berbagai pengalam belajar tidak akan saling berhubungan dan tidak mengarah pada tujuan yang diharapkan.
Perencanaan kurikulum menjadi bagian integral dari manajemen kurikulum. Untuk itu perencanaan berarti menyiapkan langkah pelaksanaan kurikulum di masa akan datang berdasarkan kebutuhan anak pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Dengan kata lain, setiap satuan pendidikan perlu disusun kurikulumnya dengan memperhatikan faktor anak didik dan keadaan bangsa di tengah perubahan zaman.
Penulis:Azri Yeni – Dr.Hj.Demina, M.Pd – Dian Resky
(Mahasiswa dan Dosen IAIN Batusangkar)