29 C
Padang
Sabtu, April 20, 2024
spot_imgspot_img
Beritasumbar.com

Panorama Ampangan Puncak Acara PBF 2017
P

- Advertisement -

Payakumbuh,BeritaSumbar.com,-Kelurahan Ampangan Kapalo Koto Kenagaraian Aur Kuning Kec. Payakumbuh Selatan merupakan lokasi puncak pelaksanaan Payakumbuh Botuang Festival (PBF) Tahun 2017. Daerah ini merupakan salah satu sentra botuang (bambu), karena postur daerahnya yang berlembah dan lereng bukit. Selain sentra Botuang, daerah yang berhawa dingin berhembus sepoi-sepoi ini ternyata juga sentra ubi kayu dan produksi pertanian lainnya. Selain warganya yang ramah, di daerah ini juga masih banyk kita jumpai tanaman aren.

Ampangan , daerah yang dikelilingi suasana alam yang hijau nan asri, objek yang berada di kaki Gunung Sago ini menjadi pelarian yang tepat dari segala kepenatan rutinitas sehari-hari masyarakat perkotaan. Kawasan wisata ini sebenarnya hanyalah sebuah lapangan biasa yang berada tepat di Puncak Bukit Ampangan. Akan tetapi, posisinya yang berada di ketinggian sekitar 650 MDPL membuat lapangan ini memiliki pemandangan yang istimewa. Pusat kota Payakumbuh dapat terlihat indah dari puncak ini.

Ketinggian tersebut memberi rentang pandangan yang cukup luas ke daerah dataran rendah yang berada di sekitarnya, khususnya wilayah di sebelah utara yang tak lain adalah pusat Kota Payakumbuh. Tidak mengherankan, jika hal ini membuat Puncak Ampangan menjadi salah satu tempat yang tepat untuk menikmati pemandangan Kota Payakumbuh.

Dan didaerah yang asri inilah saat ini warga Kota Payakumbuh bersama pengunjung yang berasal dari luar kota, berkumpul untuk menyaksikan puncak pelaksanaan festival Botuang yang pertama kali dilaksanakan di Indonesia ini. Diperkirakan 16 negara sudah ambil tiket sebagai peserta ikut ambil andil di iven berbahan botuang ini. Semua hasil kreasi olahan botuang ditampilkan. Dan tidak hanya itu, pengunjung juga disuguhi makanan, budaya, tari dan lagu tradisonal minangkabau. Selain itu,  pengunjung juga dihibur oleh grup musik kontemporer dari berbagai grup musik, komunitas seni yang ada di Indonesia. Para pengunjung juga disuguhi minuman tradisional Kawa Daun (olahan daun kopi).

Setelah 2 hari sebelumnya warga bersama Panitia Kreatif PBF 2017 telah menggelar Focus Discussion Group (FGD) terkait kreasi dan pernak pernik yang bisa dihasilkan dari olahan bahan dasar botuang. FGD ini juga dihadiri teknisi dan pengrajin olahan botuang profesional yang datang dari luar provinsi bahkan dari Jepang. Selain itu FGD ini juga tampak dihadiri Mukhadas Suhada’ seorang pengrajin bambu terunik di Indonesia.

Walau rangkaian kegiatan puncak ini sebelumnya sudah dirangkai dengan berbagai hiburan rakyat, penyambutan tamu kehormatan dimulai sekitar pukul 15.00 sore dengan penampilan tari pasambahan, tari panen yang dibawakan oleh pemuda Kenagarian Aur Kuning. Tampak tamu yang hadir Wakil Walikota, Erwin Yunaz, Ketua Komisi V DPRD Sumbar, Supardi yang hadir bersama rekannya Martias Tanjung dan Kepala UPT Taman Budaya, Masuari. Selain itu juga hadir Wakil Ketua DPRD Kota Payakumbuh, Wilman Singkuan, Kepala Disparpora, Elfriza Zaharman, Waka polres, Edisra, Ketua KONI, Yusra Maiza, Camat, Doni Prayuda, Forkopimda dan tokoh masyarakat serta insan pers dari nasional dan mancanegara.

Menghadiri puncak PBF Tahun 2017, Jum’at (01/12), Wakil Walikota bersama tamu lainnya menyempatkan diri bersilaturahmi dengan warga. Sebelum menuju pincak Ampangan, para tamu didampingi tokoh masyarakat mengadakan penanaman bambu di lereng Puncak Ampangan yang mulai tak berumput. Salah satu manfaat yang diharapkan kelak dari penanaman bambu ini adalah sebagai penahan tanah. Dipuncak Ampangan, para tamu sangat terpukau dengan suguhan pemandangan yang sangat asri yang terjaga.

Di lokasi dilaksanakannya puncak kegiatan panitia telah menyiapkan berbagai penampilan dan atraksi seni tradisional minangkabau. Seperti penampilan kostum yang dipakai peragawan dan peragawati yang terbuat dari olahan bambu. Selain itu, pengunjung juga disuguhi “Tari Manau Gilo”. Tarian ini menggambarkan kehidupan zaman dahulu kala yang penuh mistis. yang dibawakan pemuda setempat yang tergabung dalam komunitas seni. Objek wisata Ampangan pun mulai tak sanggup menampung padatnya pengunjung.

Kesempatan ini juga digelar jumpa pers antara wartawan dengan Panitia penyelenggara khusunya unsur pemerintahan yang didampingi seniman / budayawan.

Wartawan dari berbagai media nasional dan internasional mengajukan berbagai pertanyaan dan harapan kepada unsur pemerintah terkait keseriusan pemerintah dalam mendukung produktifitas kreasi bambu setelah terlaksananya PBF Tahun 2017 ini. Kalau hanya sekedar selebritas mengenalkan daerah, mereka merasa terlalu besar cost-nya.

Hal tersebut juga disampaikan Ketua Komisi V DPRD Sumbar, Supardi.

“Kami bersama Pemprov hanya ‘Pangambang Lapiak’. Selanjutnya, kami serahkan kepada masyarakat dan Pemko Payakumbuh. Apakah ini hanya sebatas selebritas ?,” tegas Supardi.

Dijanjikan Wakil Ketua DPRD, Wilman Singkuan bersama Wakil Walikota, Erwin Yunaz, “Setidaknya ada 8 nagari di Payakumbuh yang ditumbuhi banyak botuang. Kami juga berharap iven ini menjadi cambuk untuk memajukan perekonomian warga. Tahun 2018, kita sudah siapkan DAK untuk kegiatan ini. Kita akan usahakan Galeh Angek Pado Tada,” janji pejabat pemko ini

Salah seorang pengunjung sekaligus wartawan, Redo bersama 4 rekannya yang berasal dari Ceko, menceritakan dalam Bahasa Indonesia.

” Kami berharap ada pengembangan setelah festival ini, warga semakin kreatif. Warga Kota payakumbuh harus bersyukur dengan keberadaan bambu disini. Kami di Ceko, tak sebatangpun ada bambu. Untuk itu kami belajar bagaimana cara membudidayakan bambu. Pengalaman ini akan kami kembangkan di Ceko, ” ucap Redo.

Untuk memotivasi bakat dan minat warga dan pengunjung, Penggagas dan pemerhati kerajinan bambu, Astuti Masdar sampaikan orasinya.

“Botuang mengandung banyak nilai filosofi, disamping bernilai sejarah bambu runcingnya, bambu juga punya nilai finansial apabila diolah dengan baik dan benar. Selain itu, pengrajin bambu juga harus memiliki SDM dan jaringan bisnis yang luas. Kami berharap pemerintah, pemerhati dan pengamat bambu juga aktif memberikan semangat kepada pengrajin. Untuk tahun 2018 mendatang, Indonesia dipercaya di ISO 2018. Kesempatan ini mesti kita maksimalkan,” Astuti Masdar tutup orasinya.

Bagi masyarakat yang belum dapat menyaksikan langsung Puncak PBF Tahun 2017 di Ampangan, masyarakat juga bisa menyaksikan berbagai pertunjukan di malam harinya. Berbagai grup musisi dan seniman akan tampil menghibur pengunjung, termasuk grup IPe band milik Gubernur Sumatera Barat.

- Advertisement -
- Advertisement -

BERITA PILIHAN

- Advertisement -
- Advertisement -

Tulisan Terkait

- Advertisement -spot_img